#1DLS "Your
Smile" Part 13
created
by @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
“Dengar, mungkin ini
adalah masalah yang cukup serius. Aku tidak sanggup jika memendamnya sendiri,
jadi aku harus memberitahu kalian. Siapa tahu kalian tahu jalan keluarnya.”
Zayn memulai penjelasan awalnya.
“Okay, tell us!” sahut Harry tanpa meninggikan intonasinya.
Zayn menghela napas sejenak. “Niall juga mencintai Krichel.”
“What?!” tanggap Harry dan Louis bersamaan dengan nada berbisik. Mereka sangat
terkejut akan berita ini. Zayn menaruh telunjukknya di depan bibirnya.
Memerintahkan mereka berdua untuk tidak mengeluarkan suara lebih kencang dari
itu.
“Bagaimana kau bisa mengetahui itu?” Tanya Louis.
“Niall memberitahuku beberapa hari lalu. Ia bilang ia sudah menyukai Krichel
sejak pertama kali mereka bertemu. Saat ia sedang berada di Indonesia.” lanjut
Zayn menjelaskan.
“Oh, man! What should we do? Kita tidak akan membiarkan mereka berdua saling
memukul bukan?” sahut Louis.
“Louis, mereka tidak akan seperti itu! Tapi pasti mereka akan patah hati.
Saling mengalah untuk mempertahankan persahabatan kita. Atau bisa saja
kebalikannya, mereka tidak akan ada yang mengalah. Dan yang terakhir itu yang
aku takutkan.” kata Harry.
“Menurutku, baik Liam maupun Niall tidak ada yang boleh mengetahui hal ini. Aku
mau mereka mengetahuinya sendiri. Dan kupikir, siapapun yang mendapatkan
Krichel, aku mendukungnya.” sambung Zayn.
“Aku setuju.” ujar Harry dan Louis.
“Setuju dengan apa?” sahut seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi
yang kini hanya mengenakan celana pendek dan handuk kecil yang bergantung di
pundaknya, Liam.
Zayn, Louis, dan Harry agak tersontak mendengar sahutan dari Liam barusan. Apa
dia mendengar pembicaraan kami tadi? pikir mereka bertiga. Liam memandangi
mereka dengan kening berkerut.
“Eh-uhm-tidak. Bukan hal penting, he he.” jawab Zayn agak terbata karena gugup.
Takut Liam mendengar pembicaraan tadi.
Liam semakin mempertebal kerutan dahinya. Dan berjalan mendekati ketiga pria
teman dekatnya itu. “Tapi kalian seperti sedang membicarakan hal serius?”
“Tidak, Liam. Zayn tadi hanya memberikan usul bagaimana kalau kapan-kapan kita
pergi bersama dengan Krichel dan juga Darlee. Lalu aku dan Louis menjawab
setuju.” dusta Harry dan langsung merangkul bahu Liam. Kata-kata itu secara
tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Tapi, sepertinya Liam mempercayainya.
“Sounds great!” seru Liam dengan ekspresi senangnya.
Zayn, Harry dan Louis kini bisa menghela napas lega.
********************************************
Mobil yang Niall kendarai sudah berhenti di depan rumah Darlee beberapa detik
yang lalu. Niall menoleh kepada Krichel sejenak. Gadis itu masih memejamkan
kedua matanya dan kelihatannya masih tengelam dalam mimpi indahnya. Krichel
tertidur selama perjalanan tadi.
“Gadis ini.
Bisa-bisanya dia tertidur dalam perjalanan sesingkat tadi!” gerutu Darlee yang
belum beranjak keluar dari mobil Niall.
“Ya sudah, kamu masuk saja, biar aku yang mengurus Krichel.” ujar Niall.
“Baiklah kalau begitu. Jangan kamu apa-apakan ya!” seru Darlee dengan nada
bercanda.
Niall terkekeh. “Tenang saja.”
“Okay, thank you, Niall.” ujar Darlee lalu membuka pintu di sebelah kirinya-berada
di bangku belakang.
“You’re welcome.” sahut Niall.
Darlee tersenyum singkat lalu keluar dan kembali menutup pintu mobil Niall.
Darlee melambai kepada Niall kemudian menghilang masuk ke dalam rumahnya. Niall
kembali melajukan mobilnya dengan sangat perlahan. Karena jarak rumah Darlee
dan Krichel yang teramat sangat dekat. Mobil itu pun berhenti tepat di hadapan
rumah megah milik Mr.Damond itu. Niall kembali memandangi wajah Krichel yang
terlihat begitu manis jika sedang tertidur. Niall memperhatikan setiap lekukan
dari wajah Krichel. Bulu mata Krichel yang lentik, hidung Krichel yang mancung,
Bibir tipis Krichel yang berwarna merah muda tanpa olesan lipstick sama sekali,
wajahnya yang terlihat polos, Niall benar-benar mengagumi betul setiap titik
dari gadis ini.
Niall semakin merasakan getaran di hatinya menderu kencang. Ia menyadari betapa
sayangnya ia kepada Krichel. Ia bersumpah dalam hatinya, ia tidak akan pernah
membiarkan Krichel tersakiti. Siapapun itu penyebabnya, ia pasti tidak akan
tinggal diam. Niall menekankan hatinya bahwa ia harus selalu ada di samping
Krichel entah apapun itu keadaannya. Niall sudah dibutakan oleh gadis yang
sedang tertidur di sampingnya ini. Cinta, perasaan yang bisa membuat siapapun
gila itu sedang menggelayuti relung hati terdalam Niall. Perlahan, Niall
menggerakkan tangannya untuk menyentuh lembut pipi Krichel. Membelai pelan
wajah cantik itu dengan penuh perasaan. Betapa besar perasaannya untuk memiliki
gadis ini. Niall mendekatkan wajahnya dengan wajah Krichel lalu mengecup lembut
kening Krichel yang tertutup oleh pony. Kecupan hangat itu mendarat cukup lama.
Niall berharap kecupan itu dapat mengalirkan perasaannya kepada Krichel
sehingga Krichel dapat merasakan apa yang Niall rasakan sekarang ini. Tapi itu
mustahil.
“I love you Krichel.” bisik Niall setelah bibirnya sudah terlepas dari kening
Krichel. Tidak ada reaksi apapun di wajah Krichel. Ia masih memejamkan matanya.
Niall beranjak keluar dari mobilnya. Lalu membuka pintu mobil di samping tubuh
Krichel dari luar dan mengambil posisi untuk menggendong Krichel. Dan berhasil,
Krichel kini tertidur di kedua lengan Niall yang menggendongnya di depan. Niall
menutup pintu mobil menggunakan kaki kanannya. Lalu melangkah masuk ke dalam
rumah Krichel. Niall menekan tombol kecil yang disebut bel itu menggunakan
dagunya setelah berada dihadapan pintu masuk. Karena tangannya sedang tidak
mungkin untuk menekan bel. Tak lama, seorang lelaki paruh baya muncul di
hadapan mereka. Wajahnya sedikit panic.
“Ada apa dengan Krichel?” Tanya Mr.Damond melihat putrinya terbaring tak
berdaya di pelukan Niall.
“Tidak. Ia tidak apa-apa, Mr.Damond. Ia hanya tertidur tadi di mobil saat aku
membawanya pulang dan aku tidak tega untuk membangunkannya.” Niall buru-buru
menjelaskan sebelum Mr.Damond memikirkan hal yang tidak-tidak.
“Oh, begitu. Ya sudah, biar aku saja yang membawanya ke kamar.” sahut Mr.Damond
mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh Krichel. Tubuh Krichel pun berpindah
tangan. Sekarang ia tertidur di dekapan ayahnya. “Terimakasih, Niall.” sambung
Mr.Damond menyunggingkan senyuman ramahnya.
“Don’t mention it, Sir.” Niall membalas senyumannya. “Kalau begitu, aku pamit
dulu.” ucapnya membungkukkan badan sejenak sebagai symbol memberi salam lalu
melangkah ke mobilnya dan langsung pergi tanpa jejak.
Mr.Damond melangkah menelusuri lantai rumahnya dan kini sedang menaiki tangga
menuju kamar putrinya. Krichel sedikit mengerang dan perlahan membuka matanya.
Ia lumayan terkejut.
“Dad?” serunya.
“Hey, sleeping beauty.” sahut Mr.Damond
“What are you doing?”
“Menggendongmu. Tadi Niall membawamu pulang dengan keadaan kamu sedang
tertidur, sayang.” jelas Mr.Damond.
“Oh, yeah. Aku tadi sangat mengantuk dan tertidur dalam perjalanan.” ujar
Krichel yang sudah sepenuhnya sadar.
“It’s okay, honey. Ini kamarmu.” ucap Mr.Damond menurunkan Krichel secara
perlahan ketika mereka sudah berada di depan kamar Krichel.
“Thank you, dad.”
“Alright, Krichel. Sleep tight, okay?”
Krichel tersenyum. “You too, dad.” balasnya. Mr.Damond meninggalkan Krichel dan
menuju kamar tidurnya.
Krichel memasuki kamar, duduk di pinggiran tempat tidurnya sambil membuka tas
dan sepatu flatnya. Lalu ia menghempaskan badannya ke atas tempat tidur nyaman
itu. Senyuman manis tersungging lebar di kedua sudut bibirnya. Memejamkan mata
sembari membayangkan mimpi singkat yang sangat membuat ia melayang. Di dalam
tidurnya tadi, ia bermimpi mengenai seseorang.
********************************************
Aku berada di pantai yang pernah Liam tunjukkan padaku. Aku sedang bersama
seorang pria yang sekarang ini sedang menggenggam erat tanganku, berada di
sampingku. Berjalan di pinggir lautan biru dan merasakan dinginnya air yang
sesekali menyambar telapak kaki kami berdua. Kami terlihat sangat bahagia di
sana. Tertawa bersama tanpa sedikitpun merasakan beban di hati. Lalu seketika,
pria itu menghentikan langkahnya dan meraih kedua tanganku di genggamannya.
Kami saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain. Wajah pria itu, wajah
yang selama ini aku dambakan. Pria yang selalu memberiku kejutan. Mata itu,
mata yang selalu membuatku tenggelam di dalamnya, dan sekarang sedang menatap
lekat ke mataku. Aku hanya berdiri beku masih dengan senyum terukir di wajahku.
Tangan kanan pria itu perlahan terangkat dan menyentuh lembut pipi kiriku. Aku
merasakan hangat tangannya mengalir di pipiku. Aku memejamkan mata menghayati
perasaan ini. Lalu kembali membuka mata dan mendapati wajah pria ini mendekat
ke arahku. Ia mendaratkan kecupan manis tepat di keningku. Cukup lama bibirnya
menempel pada keningku. Ya Tuhan, aku sangat mencintainya. Kemudian ia melepas kecupannya
dan menyandarkan keningnya padaku. Pandangan mata kami begitu dekat sekarang.
“I Love You, Krichel.” Satu kalimat itu terucap di hadapanku. Aku segera
mendekap pria tinggi yang sangat aku cintai ini. Liam James Payne.
Krichel membuka kembali matanya. Senyumnya memudar, ia langsung menyayangkan
kejadian indah yang kenyataannya hanya sebuah mimpi itu. Apakah itu bisa
menjadi kenyataan? Krichel terlalu takut untuk berharap banyak. Tapi ia tidak
bisa memungkiri keinginan terdalamnya itu. Tiba-tiba dada Krichel terasa sesak
membayangkan kemungkinan terburuk. Kemungkinan bahwa Liam tidak memiliki rasa
yang sama padanya. Kemungkinan bahwa suatu saat Krichel akan kehilangan seorang
Liam. Dan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja terjadi suatu saat nanti.
Tapi, ia sadar itu hanyalah sebuah perasaannya saja. Dan ia tidak mau tenggelam
dalam bayangannya ini, ia harus yakin bahwa masa depan akan terasa indah sesuai
keinginannya.
Krichel meraih handphonenya, dan mendapatkan sebuah pasan baru tertera di layarnya.
Dari pujaannya, Liam.
From : Liam Payne
Good night, Krichel J
Apa kamu sudah tidur? aku harap begitu, karena aku tidak mau kamu sakit karena
tidur terlalu malam. Sweet dreams, cute xxx
Krichel tidak bisa menyembunyikan senyumnya sekarang. Bunga-bunga itu kembali
bermekaran di hati Krichel. Dan Krichel juga tidak bisa menahan hawa nafsunya
untuk segera membalas pesan singkat itu.
To : Liam Payne
Night too, Liam ;) sejujurnya aku belum tidur, he he. Aku belum merasa ngantuk,
tapi akan aku coba untuk tidur. Thanks for caring me, Liam J
Pesan terkirim. Sebenarnya Krichel memang jadi merasa tidak mengantuk sama
sekali. Mungkin karena tadi ia sempat tertidur dan memikirkan mimpi indah serta
pikiran buruk itu. Tak lama, handphone Krichel bergetar cukup lama. Ada telepon
masuk? Dan benar, tertera nama Liam Payne di sana. Krichel hampir saja melonjak
kegirangan. Tapi ia harus menyesuaikan dengan keadaan bahwa ini malam hari.
Tanpa ragu, Krichel menekan tombol hijau dan menempelkan handphone itu di
telinga kanannya.
“Halo, Liam?” seru Krichel berusaha untuk senormal mungkin.
“Hai, Krichel. Ternyata benar kamu belum tidur, kenapa?” terdengar suara lembut
di seberang sana mengiang di telinga Krichel.
“Tidak apa-apa, hanya belum mengantuk. Ada apa meneleponku?”
“Hanya ingin mendengar suaramu, dan menemanimu sampai kamu tertidur.”
BLUSH! Jantung Krichel seolah akan melompat keluar dari tempatnya. Pipinya
terasa panas dan tubuhnya melemas. Untung saja Krichel masih dalam keadaan
berbaring sehingga tidak kehilangan keseimbangannya. “Benarkah? Kenapa kamu mau
melakukan ini?”
“Tidak tahu. Tanganku reflex menekan tombol untuk meneleponmu.”
“Ha ha ha! Itu tidak mungkin, Liam!” sahut Krichel terkekeh.
“Ya, aku tahu. Itu hanya alasanku saja ha ha.”
Krichel masih dalam tawa renyahnya. “Hmm, Krichel?” seru Liam.
“Ya?” Krichel menghentikan tawaannya.
“Besok apakah kamu ada acara?”
“Aku rasa tidak. Memang kenapa?”
“Aku ingin mengajakmu ke pantai yang beberapa hari lalu pernah kita kunjungi,
apa kamu mau?”
“Boleh saja. Tapi, mau apa kamu mengajakku ke sana? berenang?”
“Bukan. Hm, aku..” Liam berdeham untuk sedikit melegakan tenggorokkannya.
“Nanti juga kamu akan tahu.”
Kejutan lagi? Liam memang manusia yang dipenuhi oleh hal-hal tidak terduga.
Tapi, itulah yang membuat Krichel mabuk kepayang.
“O-kay. Kamu memang misterius, Liam. Ha ha. Jam berapa kita pergi?” jawab
Krichel tak ada alasan untuk menolak ajakan Liam.
“Jam 7 malam, bagaimana?” usul Liam.
Sebenarnya Krichel agak aneh dengan usulan Liam untuk pergi ke pantai pada
malam hari. Tapi apa boleh buat, terserah dia saja. “Baiklah.”
Perbincangan antara Krichel dan Liam tidak berhenti sampai di sana. Mereka
masih melanjutkan obrolan mereka di telepon itu dengan pembicaraan yang
sepertinya menyenangkan. Sesekali mereka tertawa disela-sela pembicaraan. Tapi,
senyuman kedua orang itu tidak pernah pudar selama mereka mengobrol. Apapun
topik yang mereka bicarakan, akan terdengar menarik entah mengapa. Mungkin
memang begitulah jatuh cinta.
Niall memasuki kamar tidurnya setelah pulang mengantarkan kedua gadis tadi. Ia
mendapati Liam sedang bersenda gurau dengan seseorang melalui handphone-nya.
Liam terlihat senang sekali? Niall tidak pernah sebelumnya melihat Liam
sebahagia itu jika sedang menelepon seseorang, kecuali kekasihnya. Tapi, Liam kan
sedang tidak mempunyai kekasih. Niall jadi penasaran siapa orang di seberang
sana yang sedang berbincang dengan Liam.
Malam ini termasuk sudah sangat larut. Sekarang sudah pukul 11 malam. Niall
baru sampai di apartementnya karena tadi ia pergi untuk makan malam dulu di
sebuah restaurant mengingat ia belum makan malam. Sudah larut seperti ini, Liam
masih saja berbicara di teleponnya. Niall membaringkan tubuhnya di tempat tidur
yang berada di paling pinggir dekat pintu balcony. Apakah Liam sedang dekat dengan
seseorang? Siapa? Niall menoleh ke kiri untuk melirik Liam. Ia sudah memutuskan
sambungan teleponnya, dan senyuman masih tersungging di wajahnya. Niall
memiringkan seluruh untuk tubuhnya menghadap ke sebelah kiri.
“Kau habis menelepon siapa malam-malam begini?” Tanya Niall.
“Hmm?” sahut Liam. Sepertinya ia masih terfokus pada handphone-nya jadi ia
kurang jelas mendengar perkataan Niall barusan.
“Kau habis menelepon siapa, Liam?”
“Oh. Krichel.”
Krichel? Untuk apa Liam menelepon Krichel selarut ini? Oya, bukankah tadi
Krichel sudah tidur? Tidak mungkin kan Liam menganggu tidur Krichel? Oh, tapi
dia kan tidak tahu kalau Krichel sudah tertidur sejak di mobil tadi. Batin
Niall bertanya-tanya.
“Selarut ini? Ada urusan apa kau dengannya?” Niall kembali bertanya.
Liam menoleh ke arah Niall. “Tidak ada, he he. Iseng saja.”
Niall mengerutkan dahinya dalam-dalam. Masih belum bisa mengerti pernyataan
yang di katakan oleh Liam barusan. Berbagai pikiran aneh mulai bermunculan di
otak Niall. Pertama ia menghilang bersama Krichel saat kami sedang bermain
tadi. Sekarang ia berbincang dengan Krichel sampai selarut ini. Tadi ketika
Liam menjalankan tantangannya untuk menatap mata Krichel juga seperti sedikit
ada keganjalan. Ada apa sebenarnya dengan mereka? DEG! Tiba-tiba saja dada
Niall menyesak. Ia baru saja mendapat satu kesimpulan yang mengerikan terlintas
di otaknya. Kemungkinan itu, kemungkinan yang sama sekali tidak Niall inginkan.
Kekhawatiran kini berterbangan di sekitar Niall yang sedang menatap kosong ke
arah langit-langit kamarnya. Apakah dugaannya itu benar? Kalau benar, Niall
pasti akan menghadapi kesakitan yang teramat dalam. Ya tuhan, memperkirakan
sesuatu yang belum pasti saja aku sudah merasa sesak seperti ini. Bagaimana
jika perkiraanku itu benar? Niall memejamkan kedua matanya berusaha untuk
terlelap. Berharap semua dugaan-dugaan serta ketakutan itu hilang dan memang
akan hanya menjadi sebuah bayangan ketika ia bangun nanti.
********************************************
Liam sedang berdiri di hadapan lemari baju besar yang kini sedang terbuka
lebar. Memeriksa semua baju yang berada di sana. Ada apa dengan Liam? Tidak
biasanya ia memilih baju selama ini. Biasanya ia tidak pernah mempermasalahkan
penampilan jika ingin pergi keluar. Karena asal tahu saja, semua baju Liam
adalah baju yang bagus. Tidak ada baju biasa di dalamnya. Liam memang orang
yang rapi dalam berpakaian, bahkan dalam segala hal. Liam masih berdiri di sana
hanya dengan memakai jensnya yang berwarna hitam. Mengapa aku jadi bingung
begini memilih pakaian apa yang pantas untuk pergi bersama Krichel? Liam
menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Akhirnya Liam memilih kaus
hitam berlengan pendek dan jacket putih untuk melapisinya. Lalu ia memakai
sepatu ketsnya yang berwarna putih. Kemudian ia berdiri di hadapan cermin dan
melihat pantulan dirinya di sana. Mengambil sisir yang terletak di meja di
bawah cermin itu, dan mulai menyisir rambutnya yang tidak panjang itu.
“Woo, man! Mau kemana kau? Kau terlihat…” Louis menghentikan kata-katanya lalu
memperhatikan Liam dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. “…tampan.”
“Benarkah? Bagus kalau begitu!” sahut Liam menghadap ke Louis.
“Ngomong-ngomong kau mau kemana?” Louis kembali bertanya.
“Ke pantai, dengan Krichel.” jawab Liam.
“Ooh, I see. A date, right?” goda Louis mengedipkan sebelah matanya.
“Ha ha ha, ya, semacam itulah.” sahut Liam. Kemudian ia meraih kunci mobilnya
dan berjalan melewati Louis, keluar kamarnya. Liam berhenti di ambang pintu dan
menoleh ke belakang. “Wish me luck, Lou!”
“Ofcourse, dude! Bye!” sahut Louis.
Liam melanjutkan langkahnya. Ia menyempatkan untuk mengambil gitar
kesayangannya di pojok ruang TV, dan berniat membawanya. “Bye, Guys!” seru Liam
seraya melewati teman-temannya yang sedang berkumpul di ruang TV.
“Mau kemana orang itu?” ujar Zayn setelah Liam menghilang di balik pintu utama
ruangan mereka. Niall dan Harry hanya saling pandang dan mengangkat kedua
bahunya.
Di lain sisi, Krichel sedang terus menatap dirinya di hadapan benda besar yang
memancarkan duplikat dari dirinya itu di kamarnya. Bertopang dagu, sembari
menatap kosong pancaran wajahnya. Wajah Krichel masih polos tidak ber-make up.
Tapi, ia memang tipe wanita yang tidak suka berdandan, jadi wajar saja. Namun,
penampilan dirinya sudah terlihat sangat cantik. Ia sekarang sedang mengenakan
kaus merah berlengan pendek yang dilapisi dengan jaket jeans, dan menggunakan
celana jeans panjang berwarna biru. Simple, but perfect!
Krichel beralih melihat handphonenya dan terlihat jam sudah menunjukkan hampir
pukul tujuh malam. Pasti sesaat lagi Liam akan datang menjemputku. Ucap Krichel
di dalam hatinya, lalu mendesah pelan. Entah ada apa dengan perasaannya.
Hatinya terus berdegup tanpa alasan. Degupan yang berarti gugup, senang,
khawatir, atau entahlah, Krichel sendiri tidak tahu apa arti degupan ini. Ia
merasa akan ada sesuatu yang tidak terduga terjadi malam ini. Dan sesuatu itu
bisa membuat kebahagiaan di hidupnya. Tapi ia tidak mau terlalu jauh berharap.
Sesaat kemudian, terdengar suara klakson mobil seolah memanggil Krichel.
“Yap, it’s the time!” seru Krichel lalu meraih tas kecilnya dan beranjak keluar
rumah untuk menghampiri si penyuara klakson itu yang sudah bisa dipastikan
adalah Liam.
Benar. Sosok Liam pun sedang terlihat bersandar di mobil hitam pekatnya melihat
lurus ke dalam rumah besar Krichel. Dan tak lama, gadis itu pun muncul, datang
menghampirinya.
“Hai.” satu kata
singkat terlontar dari bibir Liam.
Krichel tersenyum. “Hai, Liam.”
Liam membalas senyuman Krichel. “Ayo kita berangkat!” ucapnya lalu membukakan
pintu mobil untuk Krichel dan menutupnya kembali setelah Krichel berada di
dalam mobilnya.
Terjadi suasana yang sedikit terasa aneh ketika mereka berdua sudah berada di
dalam mobil. Keduanya saling terdiam dan tidak ada yang berani membuka
pembicaraan. Liam mulai melajukan mobilnya.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan di pantai?” akhirnya Krichel-lah yang memulai
untuk bersuara sebelum suasana seperti tadi membunuh mereka berdua.
“You will know after we already arrive there.” jawab Liam, mengedipkan sebelah
matanya.
“Another surprise?”
“Emm..” Liam menggantungkan kata-katanya. “…maybe.”
“Oh, seriously Liam. You are really really mysterious!”
“Yeah, I am!”
Krichel tertawa mendengar sahutan Liam tersebut. Liam pun ikut tertawa. Mereka
terus mengobrol sampai akhirnya sekarang sudah tiba di pantai.
“Oke, kita sudah sampai!” seru Liam.
Mereka berdua pun turun dari mobil dan dengan beriringan berjalan memasuki
pantai. Tapi, tiba-tiba Liam menghentikan langkahnya.
“Oh, shit.” ucap Liam.
“Ada apa?” Tanya Krichel sedikit khawatir.
“Krichel, I’m sorry, I must to go to the toilet.”
Krichel terkekeh. Sempat-sempatnya Liam merasa ingin buang air disaat seperti
ini? ha ha ha. “O-okay.” sahut Krichel sembali tertawa kecil.
“Kamu jalan saja terus sampai ke tempat kita pernah duduk berdua di sana,” ucap
Liam menunjuk suatu tempat. “lalu aku akan menemuimu di sana, oke?”
“OK then.” Krichel mengangguk mengerti. Lalu berjalan perlahan ke tempat yang
dimaksudkan oleh Liam tadi.
Liam sebenarnya tidak benar-benar pergi ke toilet, melainkan ia kembali ke
mobilnya dan mengambil gitar. Kemudian bersembunyi di balik pohon kelapa besar
sambil memerhatikan Krichel dari belakang. Kelihatannya ia sedang merencanakan
sesuatu. Liam tidak melepaskan pandangannya dari Krichel. Sampai akhirnya
Krichel berhenti di tempat yang ia maksud, dan berdiri terdiam di sana. Ia
segera merogoh saku celananya dan mengambil suatu benda. Benda hitam berukuran
persegi panjang kecil seperti kunci alarm mobil. Di benda itu juga terdapat
satu tombol kecil. Entah apa kegunaan dari benda tersebut. Tanpa ragu, Liam
menekan tombol yang ada di benda itu. Sekejap, sesuatu yang sangat tidak
terkira muncul di permukaan pasir pantai. Dan Krichel terlihat sangat terkejut
saat itu.
-to be continued-