Kamis, 14 Maret 2013

Because Your Smile Part 2



#1DLS "Your Smile" Part 2
Created By @DyahAnindes

enjoy reading ;)

-----------------------------------------------------

Krichel membuka mulutnya lebar-lebar, membesarkan matanya, dan kemuadian menutup mulutnya menggunakan kedua tangan lalu menggeleng cepat. 

“Impossible.” gumamnya pelan.

“Ada apa denganmu? Kenapa kamu berekspresi seperti itu?” Tanya Niall.

“Are you Niall Horan?” Krichel bertanya ragu-ragu.

“Yes, I am.” jawabnya singkat lalu duduk di sebelah Krichel.

“Oh-My-God.” gumam Krichel dengan jeda di setiap katanya. Tiba-tiba air matanya mengalir menuruni pipi mulusnya. Ia tidak percaya akhirnya bisa bertemu idolanya di saat yang sangat tidak terbayangkan olehnya ini.

“Oh God, not again. Pertama, kamu jatuh pingsan. Sekarang, kamu menangis. Ada apa sebenarnya denganmu?” Niall benar-benar bingung dengan sikap Krichel.

“I-I-I just.. I just..” Krichel menarik napas dalam-dalam “I just can’t believe it.” jawab Krichel masih dalam tangisan kecilnya.

“What?” seru Niall.

“Aku benar-benar tidak percaya bisa bertemu dengan idolaku.”

“What? Are you Directioner?” Krichel mengangguk sebagai jawaban. 

“Oh good. what’s your name?” sahut Niall dengan senyuman khasnya dan mengulurkan tangan kananya untuk menjabat tangan Krichel. 

Krichel memandangi tangan yang Niall ulurkan. Berjabat tangan dengannya? Pasti akan membuatku gila, pikirnya. Niall menggerak-gerakkan tangannya dengan harapan Krichel akan menerima jabatannya.
Perlahan Krichel menyambut tangan Niall dan menjabatnya. 

“Krichel, Krichel Diamond.”

“Hmm, beautiful name. As beautiful as your face.”

DEG! Oh, Tidak! Tidak! Please jangan membuatku mati saat ini juga Niall, please. Pikir Krichel. Wajahnya sangat merah sekarang, dan Niall dapat melihat itu.

“T-t-thanks..” sahut Krichel susah payah.

“Ha ha ha, kamu lucu, Krichel.” seru Niall dan lagi-lagi membuat degup jantung Krichel hampir berhenti. 

“Oh ya, bagaimana keadaanmu? sudah baikan?” Krichel mengangguk. 

“Hmm, mau aku antar pulang sekarang?” Apa katanya? Mengantarkanku pulang? Gila, gila, ini sangat GILA! Aku pikir aku sudah kehilangan akal sehatku sekarang. Benak Krichel kembali bicara. 

“Bagaimana, Krichel?”

“Oke, sebaiknya aku pulang sekarang sebelum aku jatuh pingsan lagi karena terlalu lama melihatmu.”

“Ha ha ha ha..” tawa Niall kembali pecah, dan kali ini sedikit terbahak.

Ya Tuhan tawanya begitu menenangkan jiwaku, pikir Krichel. “Kamu ini bisa saja. Sungguh, kamu sangat menyenangkan, Krichel. Aku suka padamu.” kata Niall dengan senyum yang masih mengembang di sudut bibirnya.
APA? Apa aku tadi tidak salah dengar? Oh, Ayolah, Krichel kamu tahu kamu itu tidak tuli. Dan jangan besar hati dulu karena yang barusan itu pastilah bukan pernyataan cinta. Ingat, dia baru bertemu denaganmu hari ini. Jangan berlebihan, Krichel, bersikap biasalah. Benak Krichel menyadarkan dirinya sendiri.


***

“Senang bisa berkenalan denganmu.” ucap Niall menoleh ke Krichel dengan tersenyum sambil mengendarai mobil.

Kalau aku bukan bahagia lagi, bagaikan mendapat mukjizat! batin Krichel. 

“A-aku juga.” jawab Krichel.

“Ha ha.. Kamu ini mengapa terlihat sangat gugup? Dari pertama melihatmu, kamu pasti mengeluarkan ekspresi yang aneh. Santai saja, kau temanku sekarang.” ucap Niall kembali mengeluarkan senyum dahsyatnya.

“Te-te-teman?” sahut Krichel masih dengan tingkat kegugupan yang tinggi.

“Ya. Teman. Apa kamu tidak mau berteman denganku?” Tanya Niall ingin memastikan.

Krichel menggeleng cepat... 

“Bukan begitu. Maksudku..” Krichel berhenti sejenak, menelan ludah. 

“Apa aku pantas?”

“Kamu ini bicara apa? Mengapa bertanya seperti itu? aku tahu aku ini artis terkenal, tapi untuk teman, aku tidak pernah memilih-milih. Bukan hanya aku, Tapi teman-temanku juga. Ya, kamu tau, Zayn, Harry, Liam, dan Louis mereka sangat ramah terhadap fans. Bahkan kami tidak segan untuk menjadikan fans sebagai teman.” celoteh Niall.

“Ya, aku mengerti. Kalian memang sangat baik. Baik sekali. Aku tidak menyangka.” sahut Krichel kemudian.

“Jadi, kamu menyangka bahwa kita jahat?” Tanya Niall dengan nada bercanda.

Lagi-lagi Krichel menyangkal... 

“Bukan seperti itu. Aku hanya tidak menyangka kamu ternyata lebih baik dari yang ku duga.”

“Ha ha, ya, aku tahu pasti kebanyakan fans akan berpikir seperti itu.” kata Niall kembali focus pada jalanan di depannya.

Krichel hanya tersenyum kaku. Kemudian ia memberikan isyarat untuk berbelok ke arah kanan. 

“Maaf ya rumahku jauh.” serunya. 

Rasa gugupnya kini mereda. Entah kenapa, mungkin karena berada disisi Niall dan berbincang dengannya membuat Krichel merasa bahwa ia sedang mengobrol bukan dengan seorang artis. Melainkan, temannya sendiri.

“No problem. Lagipula, aku kan harus bertanggung jawab karena telah membuatmu pingsan.” senyum ramah Niall kembali terulas. 

“Oya. Daritadi kita berbincang dengan bahasa Inggris. Aku tidak menyangka ternyata kamu sangat fasih berbahasa Inggris?” Tanya Niall.

“Ayahku ada keturunan barat. Dan dia juga sangat fasih berbahasa Inggris. Dari kecil, aku sudah diajarkan oleh Ayah untuk terbiasa menggunakan bahasa Inggris. Karena katanya, jika aku tidak pandai berbahasa Inggris, aku tidak bisa menggapai cita-citaku. Karena aku ingin menggapai cita-citaku ke luar negeri.” jawab Krichel panjang lebar.

“Wow! Kamu mau jadi apa? Penyanyikah?” Tanya Niall lagi.

Krichel tertawa kecil... 

“Ha ha. Bukan. Suaraku sangat buruk. Aku ingin menjadi Photografer, atau Sutradara.” jawabnya kemudian.

“Great! Aku yakin kamu akan berhasil.”

“Benarkah?”

“Yeah, sweet.” seru Niall lalu memberikan satu kedipan maut untuk Krichel.

Astaga, Tuhan.. Normalkanlah degupan jantungku ini. Batin Krichel. Ia tertunduk karena sangat tersipu dengan perlakuan Niall tadi dan mukanya juga pasti mulai memerah.
Jalan raya kali ini telihat lebih ramai. Oh, ternyata terjadi kemacetan. Niall menginjak pedal rem mobilnya ketika tahu di depan mobilnya, ada mobil lain. Rintik-rintik hujan terlihat menempel di kaca depan mobil. Berbentuk buliran-buliran bening yang kecil. Beberapa saat terjadi keheningan di dalam mobil itu.

“Aku masih tidak mengerti. Mengapa kamu bisa berada di Indonesia?” kata Krichel memecah keheningan. Pertanyaan yang sangat tepat. Karena rasa penasaranya dari tadi sama besarnya dengan rasa gugupnya.

“Oh. Itu. Aku sedang ada sedikit urusan di sini. Supupku, Oscar, besok menikah dan aku di undang olehnya. Ia bisa sangat kecewa jika tahu aku tidak datang. Karena dulu sewaktu kecil, aku adalah teman bermainnya, dan dia juga teman bermainku. Jadi, aku juga akan merasa tidak enak jika tidak memenuhi undangan ini.” jawab Niall lalu menginjak pedal gas perlahan karena kemacetan mulai ada pergerakan.

“Sepupumu orang Indonesia?” Tanya Krichel lagi, dengan nada sedikit terkejut.

“Sebenarnya Ia asli orang Inggris, tepatnya Irish sepertiku. Tapi ketika umur 10 tahun Ia pindah ke Indonesia dan menetap di sini karena proyek Ayahnya.” tukas Niall.

“Oh.” Krichel mengangguk mantap. Rasa penasarannya kini lebih berkurang. "Eh, tapi mengapa tidak ada beritanya sama sekali? Apa wartawan tidak mengetahuinya?” sambung Krichel.

Niall tertawa...

"Jelas saja tidak ada beritanya. Aku tidak memberitahu siapa pun kecuali personil One Direction yang lain. Wartawan? tidak akan ku biarkan mereka mengetahui keberadaanku sekarang. Karena pasti kau tahu kan, akan betapa hebohnya?” Niall menatap Krichel. 

Benar juga, batin Kricel. 

“Sebenarnya aku tidak masalah jika semua orang tahu aku berada di Indonesia, tapi tidak dalam hal pribadi seperti ini. Aku di sini kan hanya untuk memenuhi undangan, itu saja. Aku tidak mau direpotkan dengan hal-hal lain.” sambung Niall.

Krichel mengangguk pelan... 

“Belokan di depan, belok kiri, dan di sana komplek rumahku. Hanya beberapa rumah dari Jalan masuk utama.” ujar Krichel memberitahu Niall.

“Okay.” sahut Niall dan memutarkan stir mobilnya ke arah kiri. Satu menit kemudian, Niall memberhentikan mobilnya sesuai dengan perintah Krichel.

“Ini rumahku.” ucap Krichel.

“Nice house. Rumah keluargaku juga tidak jauh beda dengan rumahmu. Tapi lebih sederhana, dan juga tidak memiliki lantai 2. Walaupun begitu, rumahku sangat nyaman untuk di tinggali.” kata Niall sembari memutar pandangan ke dalam rumah Kichel.

“Kedengarannya rumahmu cukup menarik.”

“Really? Baiklah, akan ku ajak kamu ke sana lain kali.” tukas Niall spontan.

“Apa?!” reflex Krichel terkejut.

“Kenapa? Bisa saja kan, suatu saat nanti kita dipertemukan kembali?”

Krichel mengusap tengkuknya... 

“Ya, kau benar juga. Baiklah, aku masuk dulu. Terima kasih banyak atas tumpangan dan pertolonganmu, Niall. Ini akan menjadi hari yang takkan pernah bisa ku lupakan.”

“You’re welcome. Senang juga bisa berkenalan denganmu. Kamu orang yang menyenangkan.” sahut Niall dengan senyum mengembang.

Krichel membalas senyuman Niall. Tak kalah manis. Krichel memuka pintu mobil dan hendak beranjak.

“Oh, wait, Krichel!” panggil Niall. Sepertinya Ia ingin membicarakan suatu hal lagi.

“Ya? Ada apa?” sahut Krichel.

“Can I have your phone number?”

“Hah?!” seru Krichel pelan. Tetapi terlihat sekali bahwa Ia terkejut. Jelas saja Ia terkejut. 

Ia sama sekali tidak membayangkan jika Niall akan meminta nomor Handphonenya. Seharusnya kan aku yang meminta nomor Niall. Tapi mengapa ini jadi terbalik? Sebenarnya, siapa yang fans di sini? Benaknya.

“Ya, aku kan tadi sudah bilang, bahwa sekarang kita adalah teman. Jadi, tidak masalahkan temanmu ini meminta nomormu? Jujur saja, aku sangat senang di pertemukan olehmu dan malah aku sangat berharap kalau kita bisa menjadi teman dekat.” ujar Niall kemudian turun dari mobil dan menghampiri Krichel. Berdiri di hadapan Krichel. 

“Bagaimana? Boleh tidak?”

Krichel terdiam. Masih mencerna perkataan Niall tadi. Bukannya ia tidak mengerti, melainkan ia tidak percaya. Bertemu dengan Niall saja sudah seperti mimpi yang takkan pernah jadi nyata. Oke, tapi sudah terjadi. Dan kini, menjadi teman Niall? Sepertinya kebahagiaan sedang memihak kepadanya. What a life! ucapnya dalam hati yang berbunga-bunga.

“Okay. Here is it.” Krichel memperlihatkan layar iPhonenya kepada Niall yang bertuliskan nomor handphonenya. 

Niall mengetik di handphonenya, menyalin nomor Krichel. Tak lama lagu ‘Cmon Cmon’ terdengar sangat jelas. Hp Krichel berdering.

“Hey! Itu laguku! Ha ha.” seru Niall tertawa mendengar ternyata dering lagu Krichel adalah lagu yang Ia nyanyikan bersama teman-teman Boybandnya. 

“Well, that’s my number. Tadi aku hanya missed call.” sambungnya.

Krichel menjadi malu sendiri. Terlihat dari gerakannya, ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal dan tersenyum masam.

“Alright. I have to go now. Bye Krichel!” kata Niall melambaikan tangannya dan langsung memasuki mobil. Krichel membalas lambaian tangan Niall dan terus memandangi mobil Niall sampai mobil itu menghilang di tikungan.

ITS THE BEST DAY EVEEEEEERRR…!!!! Jerit Krichel dalam hati. Betapa bahagianya dia hari ini. Sungguh-sungguh mimpi yang menjadi kenyataan. Berada di dekat Niall selama berjam-jam! Hati dan otaknya kini penuh dengan kebahagiaan. Sehingga ia melupakan suatu hal. Vivian.



Vivian mengetuk-ngetuk meja dengan kuku jari telunjuknya. Kepalanya tertunduk memerhatikan Handphonenya yang terletak di meja. Yang diperhatikan olehnya di Handphone itu adalah jam. 

“Lama sekali dia.” gerutu Vivian berbicara sendiri. Krichel tak kunjung kembali selama sekitar 20 menit. 

“Apa saja yang dilakukannya di dalam toilet?” ucap Vian-panggilan singkat namanya-sudah mulai kesal karena orang yang ditunggunya belum menampakkan diri. 

“Hmm.. sebaiknya aku lihat keadaannya.” gumam Vian menghela napas, ia pun breranjak untuk mencari Krichel.


Vian sekarang sudah berada di kamar mandi wanita. Ia memasuki ruangan itu dan mulai mencari-cari sosok Krichel di sana. Pintu demi pintu sudah ia buka, tapi tidak ada Krichel di dalamnya. 

“Kemana dia?” ucap Vian setelah mengambil keputusan bahwa Krichel tidak ada di kamar mandi ini. 

Vian merogoh tasnya untuk mengambil handphone, ia bermaksud untuk menelpon Krichel. Angka-angka di handphonenya mulai ia ketik. Setelah itu dia menekan tombol berwarna hijau lalu menempelkan benda itu di telinganya. Nada sambung terdengar mendengung. Beberapa dengungan sudah didengarnya tetapi belum ada jawaban dari orang yang ditelepon. Vian memutuskan sambungan kemudian melakukan hal yang sama lagi, ia kembali menelpon Krichel. Hasilnya sama, Krichel tidak mengangkat teleponnya. Berkali-kali Vian mencoba menelepon Krichel. Tapi nihil, tak ada jawaban sama sekali. Belasan kali Vian menekan tombol hijau dan merah itu, tapi yang didengarnya hanyalah dengungan nada sambung. 

“Astaga! kamu di mana, Krichel?”

Akhirnya Vian memutuskan untuk pergi ke rumah Krichel. Mungkin dia sudah pulang ke rumahnya karena ada urusan mendadak. Pikirnya. 15 menit kemudian, Vian sampai di rumah Krichel. Vian turun dari mobilnya dan melangkah memasuki rumah yang cukup megah itu. Ia mulai mengetuk pintu rumah Krichel. Beberapa ketukan ia lakukan, lalu seorang wanita paruh baya membuka pintunya.

“Hey, Vivian!” ucap wanita paruh baya itu.

“Hey juga tante!” seru Vian dengan senyuman ramahnya.

“Dimana Krichel? Krichel bilang dia pergi bersamamu.” Tanya Ny.Damond masih dengan senyuman.

“Jadi, Krichel belum pulang tante?”

“Belum. Lho memang Krichel kemana? Bukannya dia pergi denganmu?” ucap Ny.Damond mulai merasakan kepanikannya.

“Iya, tante. Tadi aku memang pergi nonton bersamanya. Setelah menonton, kami makan siang di mall itu. Lalu Krichel bilang kepadaku kalau dia ingin ke kamar mandi, tapi setelah aku menunggu lama, Krichel tidak muncul juga. Aku kira Krichel pulang duluan karena ada urusan mendadak.” jelas Vian yang juga sudah terlihat panic.

“Tidak. Dia tidak pulang ke rumah. Dia juga tidak mengabariku kalau dia ada urusan lain. Haduh, kemana dia? Apa kamu sudah mencoba menghubunginya?”

“Sudah tante. Belasan kali aku mencoba menelepon dia, tapi telepon dariku tidak diangkat.” jawab Vivian.

“Ya tuhan! Anak ini membuatku cemas saja.” gerutu Ny.Damond. 

“Baiklah, kamu duduk saja dulu, aku akan mencoba menghubungi teman-teman sekolahnya. Siapa tahu mereka mengetahui Krichel berada dimana.”

“Ya tante. Terima kasih. Aku juga akan mencoba menghubungi beberapa temanku.” ucap Vian lalu duduk di kursi yang berada di ruang tamu itu.


Kedua wanita ini pun sibuk dengan benda komunikasinya masing-masing. Keduanya mencoba menghubungi orang yang sekiranya mungkin tahu Krichel sedang berada di mana. Ny.Damond terlihat berjalan ke sana-kemari dengan telepon genggam di telinganya. Lalu bercakap dengan orang yang ada di sambungan teleponnya kemudian memasang wajah kecewa. Berkali-kali ia melakukannya tapi sama saja, wajah kecewa tiap ia memutuskan sambungan teleponnya. Vian juga terlihat tengah kebingungan. Semua orang yang dihubunginya mengatakan jawaban yang sama 

“Maaf, aku tidak tahu.”


Pukul 20.00 WIB...

“Ya Tuhan! Kamu di mana, nak?” lirih Ny.Damond dengan air mata yang hampir turun membasahi pipinya. Terlihat sekali kepanikan itu menyelimuti dirinya.

“Aku pulaaaaaaangggg…” seru seorang gadis dengan wajah ceria dan dengan suara yang tak kalah ceria dari raut wajahnya. Gadis itu memasuki pintu dengan berjalan setengah berlari.

“KRICHEL?!” seru Ny.Damond dan Vivian serempak. Raut wajah mereka terlihat kaget sekaligus lega.

“Darimana saja kamu, Krichel? Mengapa handphonemu tidak kamu angkat waktu Vivian dan Mama menelepon? Mengapa kamu tidak memberi kabar kepada mama kalau kamu ada urusan mendadak? Mengapa kamu pulang semalam ini? Kami berdua mencemaskanmu, kau tahu?!” ucap Ny.Damond cemas setengah mengomel.

“Iya. Benar yang dikatakan mamamu! Kemana saja kau?” Tanya Vian tak kalah cemas.

“Hey hey hey! Tunggu dulu! Semuanya bisa aku jelaskan, kok.” jawab Krichel.

“Kalau begitu, cepat jelaskan!” ucap Ny.Damond.

“Tadi aku pingsan saat aku mau memasuki kamar mandi…”

“HAH?! KAMU PINGSAN??” sela Ny.Damond sebelum Krichel selesai bicara. 

“Kamu kenapa, Krichel? Kamu sakit? Kepalamu pusing? Atau kenapa? Kenapa kamu bisa pingsan?”

“Tunggu dulu aku belum selesai bicara, mama. Aku pingsan karena.. karena.. Mmm, karena.. agh! Aku yakin kalian tidak akan percaya jika aku mengatakan apa yang menyebabkanku pingsan.” kata Krichel.

“Kenapa, Krichel? Ayo katakana saja!” Vian angkat bicara.

“Karena aku bertemu.. Mm, aku bertemu dengan Niall Horan.”

“Apa?!”



Sudah larut malam begini Krichel masih saja membuka lebar matanya sambil senyum-senyum tak menentu. Ia duduk di tempat tidurnya dan menyandarkan punggungnya pada kepala kasur dengan kaki yang di luruskan. Ia memeluk erat bonekanya dan sesekali menciuminya. Krichel memang sangat bahagia hari ini. Sangat, sangat, dan sangat bahagia. Rasanya ia ingin sekali hari ini tidak cepat berakhir. Tapi waktu terus saja berjalan sesuai takdirnya. Krichel masih terbayang-bayang oleh kejadian luar bisasanya hari ini. Terputar jelas sekali dalam pikirannya. Tersenyum disetiap bayangan yang keluar. Kata-kata dari Niall pun tak ada yang terlupakan sama sekali olehnya. Pujian ringan dari Niall membuatnya seperti melayang sangat tinggi dan sulit untuk turun kembali. Terlalu menikmati rasa kesenangannya di atas sana. Sampai iPhonenya bergetar tanda ada massage yang masuk. Krichel pun tersadar dari lamunannya.

From : Niall Horan

WHAT?! NIALL SMS AKU?! Ini mimpi, ini mimpi, ini mimpi! Gak mungkin kenyataan! Ini mimpi! Batin Krichel. Lalu ia menggigit tangannya sendiri. 

“Awww.. sakittt!” serunya. 

“Ternyata ini bukan mimpi. Ya Tuhan, kuatkan diriku untuk membaca SMS ini.”

From : Niall Horan
Hai, Krichel. Ini aku Niall Horan. Ingat, kan? hehe.. Maaf menganggumu malam-malam. Aku hanya ingin mengucapkan selamat malam. Dan semoga mimpi indah. Oh,ya, Aku juga ingin mengatakan kalau besok aku berencana untuk berjalan-jalan di kota ini. Mau menemaniku? Aku ingin kamu mengajakku ke tempat-tempat menarik di kota ini. Bagaimana?


Handphone Krichel terlepas dari genggaman Krichel dan jatuh ke tempat tidurnya. Jemarinya bergetar saat dan setelah ia membaca SMS dari idolanya itu. Shock. Tidak percaya atas apa yang tertulis di layar HPnya tadi. Hampir saja Krichel berteriak setelah selesai membaca SMSnya. Tapi ia sadar bahwa ini sudah larut malam. Dengan Jemari yang masih gemetar, Krichel mengetik di layar touchscreen Hpnya untuk membalas SMS dari Niall.

To : Niall Horan
Ingat? Tentu saja! You’re my Idol! haha :D seharusnya aku yang bertanya, apa kamu masih ingat denganku? Aku sangat senang sekaligus tidak percaya mendapat SMS darimu, kamu sama sekali tidak mengangguku kok ;) Menemanimu jalan-jalan? Aku mau! Tidak ada alasan untuk aku menolak. Aku pasti mau :D Tapi besok aku harus sekolah dulu.


Terkirim. Jantung Krichel berdegup sangat cepat menunggu balasan SMS dari Niall. Wajahnya panas. Dia merasa sangat nervous. Padahal hanya berhubungan lewat SMS, tapi itu saja sudah membuat Krichel nervous. Tak lama kemudian HP Krichel kembali bergetar. Dengan cepat dan Sigap, Krichel langsung mengambil HPnya dan membaca SMS yang masuk itu.

From : Niall Horan
Haha, tidak mungkin aku melupakan teman baruku yang manis ini ;D


Lagi-lagi wajah Krichel memanas dan aliran darahnya mengalir deras saat membaca kalimat pertama SMS ini.

Really? Wah, aku senang kamu mau menerima ajakanku. Tidak masalah kalau kamu harus sekolah. Kita akan pergi setelah kamu pulang sekolah, okay ? ;) Aku jemput kamu di depan rumahmu. Jam berapa kamu siap?

Sekarang dadanya yang terasa panas. Setiap hembusan napasnya, terasa panas. Semuanya panas, kecuali telapak tangannya yang terasa dingin. Dijemput di rumah? Benaknya tidak percaya.

To : Niall Horan
Okay! Aku pulang dari sekolah jam 12.00. Jadi kamu datang ke rumahku jam 13.00 saja, soalnya aku mau bersiap-siap dulu, Bagaimana?

From : Niall Horan
No problem. I’ll be there on time ;) See you tomorrow Krichel! Good Night! xx

To : Niall Horan
See you and good night too, Niall J xxxx

“Mmmuach.. muach.. mmmuuuach!” Krichel menciumi layar Hpnya. 

“Berjalan-jalan dengan Niall besok? Astaga, aku masih tidak percaya kalau ini dunia nyata. Benarkah ini dunia nyata?” ucap Krichel lalu melihat ke sekeliling kamarnya. 

“Tidak. Ini memang dunia nyata. Ini kamarku, dan tidak berubah sama sekali. Ini bukan istana kerajaan seperti yang ada di dongeng. Tapi ini rumahku. Aromanya saja memang aroma rumahku. Ya Tuhaaaaan, terima kasih atas segala yang Kau berikan kepadaku.” seru Krichel sambil memejamkan mata pada kalimat terakhir.

Krichel berbaring di tempat tidurnya dan memejamkan mata. Malam ini ia pasti bermimpi sangaaat indah.



“Viviaaaaaaaaaann!” seru Krichel berteriak kencaaang sekali sampai hampir seluruh siswa di koridor sekolahnya menoleh padanya. 

Krichel menghampiri Vian dengan sedikit berlari. Ia tidak sabar untuk menceritakan apa yang tadi malam baru terjadi dan apa yang hari ini bakal terjadi.

“Ada apa, Krichel cantiik?” ucap Vian menoleh ke sebelah kanan setelah Krichel sampai di sebelahnya.
“Aku mau ceritaaaa.” serunya ceria sekali.

“Cerita apa? Oh, pasti tentang Niall. Kamu kan sudah menceritakannya kemarin setelah kamu pulang.”

“Iya, tentang Niall. Tapi ini bukan hal yang sama tapi beda. Ayo tebak!” senyumannya melebar menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh Vian.

“Mmm, apa ya? Aku tidak tahu. Ayolah ceritakan saja! Kamu membuatku penasaran, Krichel.” ucap Vian mendesak.

“Ha ha.. baiklah, begini ceritanya…”

Krichel pun menceritakan semua isi SMS yang ia dan Niall kirimkan. Ia juga menunjukkan SMS-SMS itu untuk Vian baca, saat Vian memasang wajah tidak percaya jika ia SMSan dengan sang Niall Horan.

“Apa?! Jalan-jalan? Sama Niall? Kamu serius?” tanggap Vian dengan ekspresi wajah –yang lagi-lagi- berlebihan.

“Serius, dong. Kamu kan baca sendiri tadi SMSnya, Vian.”

“Aaaah kamu beruntung banget Chel bisa kenal sama Niall dan sekarang kamu berteman sama dia. Hiks Hiks, pasti sebentar lagi aku akan dilupakan olehmu.” kata Vian memasang wajah yang disedih-sedihkan.

“Aduuh, kamu ini bicara apa, Vian? Tidak mungkin aku melupakanmu.” sahut Krichel lalu mencubit hidung mungil Vivian.

Vian meringis sedikit...

“Coba saja aku tidak ada acara nanti sepulang sekolah, aku pasti akan meminta untuk ikut bersamamu.”

“Oh, jadi kamu ada acara nanti? Sayang sekali. Padahal jika kamu mau ikut aku pasti menerima kok.”

“Iya. Ayahku baru pulang dari Kalimantan setelah menyelesaikan proyeknya di sana. Jadi, aku dan ibuku akan menjemputnya siang nanti.” jelas Vian.

“Oh, begitu.” tanggap Krichel. Lalu terdengar suara bel masuk berbunyi. 

“Ya sudah, aku ke kelas dulu ya Vian, Bye..”

“Bye..”


Setelah itu mereka memasuki ruang kelasnya masing-masing. Krichel dan Vian tidak sekelas. Krichel berada di kelas 12 IPA 1, sedangkan Vian berada di kelas 12 IPS 3. Jarak kelas mereka pun cukup jauh. Kelas Krichel terletak di lantai 2, sedangkan Vian di lantai 3. Maka dari itu mereka jarang bertemu jika di sekolah. Kecuali pada saat istirahat seperti tadi. Pasti salah satu dari mereka akan menghampiri untuk mengobrol atau makan bersama di kantin. Vian memang sahabat Krichel dari pertama dia masuk SMA ini. Jelas saja bila sekarang ini mereka begitu dekat.




Pukul 12.56 WIB. Astaga, astaga, astaga! Niall sebentar lagi akan datang menjemputku! Apakah penampilanku sudah cantik? Karena tidak mungkin kan aku pergi dengan Niall dengan dandanan yang aneh? Aku harus terlihat sangat cantik. Biar setidaknya, aku pantas berjalan-jalan dengan pria setampan Niall. Ungkap Krichel dalam hati sembari memerhatikan penampilannya dipantulan cermin di hadapannya. Dress indah yang jatuh di atas dengkul berwarna merah marun dengan ikat pinggang besar berwarna putih itu melekat cantik di tubuh mungilnya. Rambutnya tergerai panjang sepunggung dengan bando putih menghiasinya. Sepatu high heels yang sewarna dengan dressnya juga menghiasi kaki mulusnya. Ia sudah terlihat sangat cantik sekarang, namun ia masih kurang percaya diri. Apakah dirinya sudah cantik atau belum? Jika saja cermin itu ajaib seperti yang ada dikisah Putri Salju, bisa berbicara, pasti cermin itu akan mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah terlihat sangat cantik sekarang.
Handphone Krichel bergetar, ada SMS masuk.

From : Niall Horan
Aku sudah ada di depan rumahmu. Kamu sudah siap, kan? ;)


Mata Krichel membesar setelah membaca SMS itu. Niall sudah sampai di rumahku? Batinnya. Ia merapikan rambutnya sebentar lalu melesat turun melalui tangga dan langsung menghampiri Niall di depan pagar rumahnya. Krichel sendirian di rumah, karena Mama dan Papanya bekerja. Ia sudah izin dengan orang tuanya di telepon tadi. Dan orang tuanya mengizinkan. Tapi, Krichel harus sudah sampai di rumah sebelum orang tuanya sampai di rumah juga.

“Hai, Niall!” sapa Krichel kepada pria bersweater biru muda di hadapannya itu. Dia sangat nervous sekarang. Niall keren sekali, batinnya.

“Oh. Hai, Krichel! Apa kabar?” sahut Niall dan mencoba mengucapkan ‘Apa kabar’ dengan bahasa Indonesia.

“Ha ha ha. Kamu tahu darimana kalimat sapaan itu? Terdengar lucu kalau kamu yang mengucapkannya. Ha ha.” ucap Krichel diselingi dengan tawa manisnya.

“Kenapa? Bahasaku buruk ya?” kata Niall, memasang wajah kecewa,

“Eh. Tidak. Tidak. Bukan begitu, Niall, tapi…”

“Ha ha ha. Kamu gampang sekali panic, Krichel. Kamu lucu kalau sedang panic, aku suka melihatnya, ha ha.” canda Niall, sangat mampu membuat Krichel gugup. 

“By the way, you look so pretty today.”

Wajah Krichel memerah, kembali memanas setiap kali Niall memujinya. Ia tertunduk malu, sekaligus tidak ingin menampakkan wajah merah tomatnya. Dalam tundukkannya, Krichel tersenyum lebar.

“Ayo kita berangkat, Krichel!” ajak Niall lalu membukakan pintu mobil untuk Krichel. 


Oh My God! Dia gentleman sekali! Benak Krichel berbicara.
Krichel memasuki mobil Niall. 

“Terima kasih.” ucap Krichel dalam bahasa Indonesia.

Niall memutari bagian depan mobilnya untuk mencapai pintu mobil di bagian kanan. Setelah Niall masuk kedalam mobil, 

“Sama-sama.” jawabnya juga dalam bahasa Indonesia. Di sambut dengan tawa kecil Krichel.

“Hey, Niall. Kamu yakin akan jalan-jalan dengan menggunakan pakaian seperti ini?” Tanya Krichel setelah Niall melajukan mobilnya.

“Kenapa? Aku keren ya?” ucap Niall menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum-senyum.

SANGAT! ucap Krichel dalam hati. Krichel memutar bola matanya. 

“Iya, aku akui kamu keren. Tapi, maksudku apakah tidak ketahuan kalau kamu ini Niall Horan? Katanya kamu tidak ingin siapapun tahu kalau kamu ada di Indonesia.”

“Bodohnya aku!” seru Niall menepuk jidat dengan tangan kirinya. “Aku tidak terpikir sama sekali! Bagaimana ini?”

“Mmm, kamu harus menyamar.” ucap Krichel dan berpikir. 

“Pertama, kamu harus menutupi rambut blondemu itu. Karena rambutmu sangat mencolok. Kenakan penutup kepala di sweatermu itu.”

Niall menuruti kata-kata Krichel. Ia pun menaikkan penutup kepala itu ke kepalanya.

“Hm, kamu punya kaca mata hitam?” Tanya Krichel.

“Punya.” jawab Niall menunjukkan kaca mata hitamnya yang baru saja ia ambil dari kantung celana jeansnya.

“Pakai!”

Niall memakai kaca mata hitam itu.

“Masih terlihat kalau kamu Niall.” ucap Krichel lalu kembali berpikir. “Punya sapu tangan atau semacamnya?”

“Tissue?” Tanya Niall.

“Bukan! Itu tidak bisa dipakai. Oh, aku punya!” seru Krichel sambil merogoh tas putihnya.

“Ini. Kamu pakai itu untuk menutupi mulut dan hidungmu.” ucap Krichel memberikn sapu tangannya kepada Niall.

Lalu Niall kembali menurut...

“Nah, sekarang tidak akan ada yang mengetahui kalau kamu Niall.”

“Really? Okay, aku akan mengenakan itu semua nanti jika kita sudah sampai tujuan ya. Sekarang, kita mau kemana dulu?” Tanya Niall menoleh ke Krichel.

“Hmm, Dufan!”



-to be continued-

Maaf ya kalo banyak yang typo ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar