#1DLS "Your Smile" Part 2
Created By @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
Krichel membuka mulutnya lebar-lebar, membesarkan matanya,
dan kemuadian menutup mulutnya menggunakan kedua tangan lalu menggeleng cepat.
“Impossible.” gumamnya pelan.
“Ada apa denganmu? Kenapa kamu berekspresi seperti itu?”
Tanya Niall.
“Are you Niall Horan?” Krichel bertanya ragu-ragu.
“Yes, I am.” jawabnya singkat lalu duduk di sebelah Krichel.
“Oh-My-God.” gumam Krichel dengan jeda di setiap katanya.
Tiba-tiba air matanya mengalir menuruni pipi mulusnya. Ia tidak percaya
akhirnya bisa bertemu idolanya di saat yang sangat tidak terbayangkan olehnya
ini.
“Oh God, not again. Pertama, kamu jatuh pingsan. Sekarang,
kamu menangis. Ada apa sebenarnya denganmu?” Niall benar-benar bingung dengan
sikap Krichel.
“I-I-I just.. I just..” Krichel menarik napas dalam-dalam “I
just can’t believe it.” jawab Krichel masih dalam tangisan kecilnya.
“What?” seru Niall.
“Aku benar-benar tidak percaya bisa bertemu dengan idolaku.”
“What? Are you Directioner?” Krichel mengangguk sebagai
jawaban.
“Oh good. what’s your name?” sahut Niall dengan senyuman khasnya dan
mengulurkan tangan kananya untuk menjabat tangan Krichel.
Krichel memandangi
tangan yang Niall ulurkan. Berjabat tangan dengannya? Pasti akan membuatku
gila, pikirnya. Niall menggerak-gerakkan tangannya dengan harapan Krichel akan
menerima jabatannya.
Perlahan Krichel menyambut tangan Niall dan menjabatnya.
“Krichel, Krichel Diamond.”
“Hmm, beautiful name. As beautiful as your face.”
DEG! Oh, Tidak! Tidak! Please jangan membuatku mati saat ini
juga Niall, please. Pikir Krichel. Wajahnya sangat merah sekarang, dan Niall
dapat melihat itu.
“T-t-thanks..” sahut Krichel susah payah.
“Ha ha ha, kamu lucu, Krichel.” seru Niall dan lagi-lagi membuat
degup jantung Krichel hampir berhenti.
“Oh ya, bagaimana keadaanmu? sudah
baikan?” Krichel mengangguk.
“Hmm, mau aku antar pulang sekarang?” Apa katanya?
Mengantarkanku pulang? Gila, gila, ini sangat GILA! Aku pikir aku sudah
kehilangan akal sehatku sekarang. Benak Krichel kembali bicara.
“Bagaimana,
Krichel?”
“Oke, sebaiknya aku pulang sekarang sebelum aku jatuh
pingsan lagi karena terlalu lama melihatmu.”
“Ha ha ha ha..” tawa Niall kembali pecah, dan kali ini
sedikit terbahak.
Ya Tuhan tawanya begitu menenangkan jiwaku, pikir Krichel.
“Kamu ini bisa saja. Sungguh, kamu sangat menyenangkan, Krichel. Aku suka
padamu.” kata Niall dengan senyum yang masih mengembang di sudut bibirnya.
APA? Apa aku tadi tidak salah dengar? Oh, Ayolah, Krichel
kamu tahu kamu itu tidak tuli. Dan jangan besar hati dulu karena yang barusan
itu pastilah bukan pernyataan cinta. Ingat, dia baru bertemu denaganmu hari
ini. Jangan berlebihan, Krichel, bersikap biasalah. Benak Krichel menyadarkan
dirinya sendiri.
“Senang bisa berkenalan denganmu.” ucap Niall menoleh ke
Krichel dengan tersenyum sambil mengendarai mobil.
Kalau aku bukan bahagia lagi, bagaikan mendapat mukjizat!
batin Krichel.
“A-aku juga.” jawab Krichel.
“Ha ha.. Kamu ini mengapa terlihat sangat gugup? Dari
pertama melihatmu, kamu pasti mengeluarkan ekspresi yang aneh. Santai saja, kau
temanku sekarang.” ucap Niall kembali mengeluarkan senyum dahsyatnya.
“Te-te-teman?” sahut Krichel masih dengan tingkat kegugupan
yang tinggi.
“Ya. Teman. Apa kamu tidak mau berteman denganku?” Tanya
Niall ingin memastikan.
Krichel menggeleng cepat...
“Bukan begitu. Maksudku..” Krichel
berhenti sejenak, menelan ludah.
“Apa aku pantas?”
“Kamu ini bicara apa? Mengapa bertanya seperti itu? aku tahu
aku ini artis terkenal, tapi untuk teman, aku tidak pernah memilih-milih. Bukan
hanya aku, Tapi teman-temanku juga. Ya, kamu tau, Zayn, Harry, Liam, dan Louis
mereka sangat ramah terhadap fans. Bahkan kami tidak segan untuk menjadikan
fans sebagai teman.” celoteh Niall.
“Ya, aku mengerti. Kalian memang sangat baik. Baik sekali.
Aku tidak menyangka.” sahut Krichel kemudian.
“Jadi, kamu menyangka bahwa kita jahat?” Tanya Niall dengan
nada bercanda.
Lagi-lagi Krichel menyangkal...
“Bukan seperti itu. Aku hanya
tidak menyangka kamu ternyata lebih baik dari yang ku duga.”
“Ha ha, ya, aku tahu pasti kebanyakan fans akan berpikir
seperti itu.” kata Niall kembali focus pada jalanan di depannya.
Krichel hanya tersenyum kaku. Kemudian ia memberikan isyarat
untuk berbelok ke arah kanan.
“Maaf ya rumahku jauh.” serunya.
Rasa gugupnya
kini mereda. Entah kenapa, mungkin karena berada disisi Niall dan berbincang
dengannya membuat Krichel merasa bahwa ia sedang mengobrol bukan dengan seorang
artis. Melainkan, temannya sendiri.
“No problem. Lagipula, aku kan harus bertanggung jawab
karena telah membuatmu pingsan.” senyum ramah Niall kembali terulas.
“Oya.
Daritadi kita berbincang dengan bahasa Inggris. Aku tidak menyangka ternyata
kamu sangat fasih berbahasa Inggris?” Tanya Niall.
“Ayahku ada keturunan barat. Dan dia juga sangat fasih
berbahasa Inggris. Dari kecil, aku sudah diajarkan oleh Ayah untuk terbiasa
menggunakan bahasa Inggris. Karena katanya, jika aku tidak pandai berbahasa
Inggris, aku tidak bisa menggapai cita-citaku. Karena aku ingin menggapai
cita-citaku ke luar negeri.” jawab Krichel panjang lebar.
“Wow! Kamu mau jadi apa? Penyanyikah?” Tanya Niall lagi.
Krichel tertawa kecil...
“Ha ha. Bukan. Suaraku sangat buruk.
Aku ingin menjadi Photografer, atau Sutradara.” jawabnya kemudian.
“Great! Aku yakin kamu akan berhasil.”
“Benarkah?”
“Yeah, sweet.” seru Niall lalu memberikan satu kedipan maut
untuk Krichel.
Astaga, Tuhan.. Normalkanlah degupan jantungku ini. Batin
Krichel. Ia tertunduk karena sangat tersipu dengan perlakuan Niall tadi dan
mukanya juga pasti mulai memerah.
Jalan raya kali ini telihat lebih ramai. Oh, ternyata
terjadi kemacetan. Niall menginjak pedal rem mobilnya ketika tahu di depan
mobilnya, ada mobil lain. Rintik-rintik hujan terlihat menempel di kaca depan
mobil. Berbentuk buliran-buliran bening yang kecil. Beberapa saat terjadi
keheningan di dalam mobil itu.
“Aku masih tidak mengerti. Mengapa kamu bisa berada di
Indonesia?” kata Krichel memecah keheningan. Pertanyaan yang sangat tepat.
Karena rasa penasaranya dari tadi sama besarnya dengan rasa gugupnya.
“Oh. Itu. Aku sedang ada sedikit urusan di sini. Supupku,
Oscar, besok menikah dan aku di undang olehnya. Ia bisa sangat kecewa jika tahu
aku tidak datang. Karena dulu sewaktu kecil, aku adalah teman bermainnya, dan
dia juga teman bermainku. Jadi, aku juga akan merasa tidak enak jika tidak
memenuhi undangan ini.” jawab Niall lalu menginjak pedal gas perlahan karena
kemacetan mulai ada pergerakan.
“Sepupumu orang Indonesia?” Tanya Krichel lagi, dengan nada
sedikit terkejut.
“Sebenarnya Ia asli orang Inggris, tepatnya Irish sepertiku.
Tapi ketika umur 10 tahun Ia pindah ke Indonesia dan menetap di sini karena
proyek Ayahnya.” tukas Niall.
“Oh.” Krichel mengangguk mantap. Rasa penasarannya kini
lebih berkurang. "Eh, tapi mengapa tidak ada beritanya sama sekali? Apa
wartawan tidak mengetahuinya?” sambung Krichel.
Niall tertawa...
"Jelas saja tidak ada beritanya. Aku tidak
memberitahu siapa pun kecuali personil One Direction yang lain. Wartawan? tidak
akan ku biarkan mereka mengetahui keberadaanku sekarang. Karena pasti kau tahu
kan, akan betapa hebohnya?” Niall menatap Krichel.
Benar juga, batin Kricel.
“Sebenarnya aku tidak masalah jika semua orang tahu aku berada di Indonesia,
tapi tidak dalam hal pribadi seperti ini. Aku di sini kan hanya untuk memenuhi
undangan, itu saja. Aku tidak mau direpotkan dengan hal-hal lain.” sambung
Niall.
Krichel mengangguk pelan...
“Belokan di depan, belok kiri, dan
di sana komplek rumahku. Hanya beberapa rumah dari Jalan masuk utama.” ujar
Krichel memberitahu Niall.
“Okay.” sahut Niall dan memutarkan stir mobilnya ke arah
kiri. Satu menit kemudian, Niall memberhentikan mobilnya sesuai dengan perintah
Krichel.
“Ini rumahku.” ucap Krichel.
“Nice house. Rumah keluargaku juga tidak jauh beda dengan
rumahmu. Tapi lebih sederhana, dan juga tidak memiliki lantai 2. Walaupun
begitu, rumahku sangat nyaman untuk di tinggali.” kata Niall sembari memutar
pandangan ke dalam rumah Kichel.
“Kedengarannya rumahmu cukup menarik.”
“Really? Baiklah, akan ku ajak kamu ke sana lain kali.”
tukas Niall spontan.
“Apa?!” reflex Krichel terkejut.
“Kenapa? Bisa saja kan, suatu saat nanti kita dipertemukan
kembali?”
Krichel mengusap tengkuknya...
“Ya, kau benar juga. Baiklah,
aku masuk dulu. Terima kasih banyak atas tumpangan dan pertolonganmu, Niall.
Ini akan menjadi hari yang takkan pernah bisa ku lupakan.”
“You’re welcome. Senang juga bisa berkenalan denganmu. Kamu
orang yang menyenangkan.” sahut Niall dengan senyum mengembang.
Krichel membalas senyuman Niall. Tak kalah manis. Krichel
memuka pintu mobil dan hendak beranjak.
“Oh, wait, Krichel!” panggil Niall. Sepertinya Ia ingin
membicarakan suatu hal lagi.
“Ya? Ada apa?” sahut Krichel.
“Can I have your phone number?”
“Hah?!” seru Krichel pelan. Tetapi terlihat sekali bahwa Ia
terkejut. Jelas saja Ia terkejut.
Ia sama sekali tidak membayangkan jika Niall
akan meminta nomor Handphonenya. Seharusnya kan aku yang meminta nomor Niall.
Tapi mengapa ini jadi terbalik? Sebenarnya, siapa yang fans di sini? Benaknya.
“Ya, aku kan tadi sudah bilang, bahwa sekarang kita adalah
teman. Jadi, tidak masalahkan temanmu ini meminta nomormu? Jujur saja, aku
sangat senang di pertemukan olehmu dan malah aku sangat berharap kalau kita
bisa menjadi teman dekat.” ujar Niall kemudian turun dari mobil dan menghampiri
Krichel. Berdiri di hadapan Krichel.
“Bagaimana? Boleh tidak?”
Krichel terdiam. Masih mencerna perkataan Niall tadi.
Bukannya ia tidak mengerti, melainkan ia tidak percaya. Bertemu dengan Niall
saja sudah seperti mimpi yang takkan pernah jadi nyata. Oke, tapi sudah
terjadi. Dan kini, menjadi teman Niall? Sepertinya kebahagiaan sedang memihak
kepadanya. What a life! ucapnya dalam hati yang berbunga-bunga.
“Okay. Here is it.” Krichel memperlihatkan layar iPhonenya
kepada Niall yang bertuliskan nomor handphonenya.
Niall mengetik di
handphonenya, menyalin nomor Krichel. Tak lama lagu ‘Cmon Cmon’ terdengar
sangat jelas. Hp Krichel berdering.
“Hey! Itu laguku! Ha ha.” seru Niall tertawa mendengar
ternyata dering lagu Krichel adalah lagu yang Ia nyanyikan bersama teman-teman
Boybandnya.
“Well, that’s my number. Tadi aku hanya missed call.” sambungnya.
Krichel menjadi malu sendiri. Terlihat dari gerakannya, ia
menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal dan tersenyum masam.
“Alright. I have to go now. Bye Krichel!” kata Niall
melambaikan tangannya dan langsung memasuki mobil. Krichel membalas lambaian
tangan Niall dan terus memandangi mobil Niall sampai mobil itu menghilang di
tikungan.
ITS THE BEST DAY EVEEEEEERRR…!!!! Jerit Krichel dalam hati.
Betapa bahagianya dia hari ini. Sungguh-sungguh mimpi yang menjadi kenyataan.
Berada di dekat Niall selama berjam-jam! Hati dan otaknya kini penuh dengan
kebahagiaan. Sehingga ia melupakan suatu hal. Vivian.
Vivian mengetuk-ngetuk meja dengan kuku jari telunjuknya.
Kepalanya tertunduk memerhatikan Handphonenya yang terletak di meja. Yang
diperhatikan olehnya di Handphone itu adalah jam.
“Lama sekali dia.” gerutu
Vivian berbicara sendiri. Krichel tak kunjung kembali selama sekitar 20 menit.
“Apa saja yang dilakukannya di dalam toilet?” ucap Vian-panggilan singkat
namanya-sudah mulai kesal karena orang yang ditunggunya belum menampakkan diri.
“Hmm.. sebaiknya aku lihat keadaannya.” gumam Vian menghela napas, ia pun
breranjak untuk mencari Krichel.
Vian sekarang sudah berada di kamar mandi wanita. Ia
memasuki ruangan itu dan mulai mencari-cari sosok Krichel di sana. Pintu demi
pintu sudah ia buka, tapi tidak ada Krichel di dalamnya.
“Kemana dia?” ucap
Vian setelah mengambil keputusan bahwa Krichel tidak ada di kamar mandi ini.
Vian merogoh tasnya untuk mengambil handphone, ia bermaksud untuk menelpon
Krichel. Angka-angka di handphonenya mulai ia ketik. Setelah itu dia menekan
tombol berwarna hijau lalu menempelkan benda itu di telinganya. Nada sambung
terdengar mendengung. Beberapa dengungan sudah didengarnya tetapi belum ada
jawaban dari orang yang ditelepon. Vian memutuskan sambungan kemudian melakukan
hal yang sama lagi, ia kembali menelpon Krichel. Hasilnya sama, Krichel tidak
mengangkat teleponnya. Berkali-kali Vian mencoba menelepon Krichel. Tapi nihil,
tak ada jawaban sama sekali. Belasan kali Vian menekan tombol hijau dan merah
itu, tapi yang didengarnya hanyalah dengungan nada sambung.
“Astaga! kamu di
mana, Krichel?”
Akhirnya Vian memutuskan untuk pergi ke rumah Krichel.
Mungkin dia sudah pulang ke rumahnya karena ada urusan mendadak. Pikirnya. 15
menit kemudian, Vian sampai di rumah Krichel. Vian turun dari mobilnya dan
melangkah memasuki rumah yang cukup megah itu. Ia mulai mengetuk pintu rumah
Krichel. Beberapa ketukan ia lakukan, lalu seorang wanita paruh baya membuka
pintunya.
“Hey, Vivian!” ucap wanita paruh baya itu.
“Hey juga tante!” seru Vian dengan senyuman ramahnya.
“Dimana Krichel? Krichel bilang dia pergi bersamamu.” Tanya
Ny.Damond masih dengan senyuman.
“Jadi, Krichel belum pulang tante?”
“Belum. Lho memang Krichel kemana? Bukannya dia pergi
denganmu?” ucap Ny.Damond mulai merasakan kepanikannya.
“Iya, tante. Tadi aku memang pergi nonton bersamanya.
Setelah menonton, kami makan siang di mall itu. Lalu Krichel bilang kepadaku
kalau dia ingin ke kamar mandi, tapi setelah aku menunggu lama, Krichel tidak
muncul juga. Aku kira Krichel pulang duluan karena ada urusan mendadak.” jelas
Vian yang juga sudah terlihat panic.
“Tidak. Dia tidak pulang ke rumah. Dia juga tidak
mengabariku kalau dia ada urusan lain. Haduh, kemana dia? Apa kamu sudah
mencoba menghubunginya?”
“Sudah tante. Belasan kali aku mencoba menelepon dia, tapi
telepon dariku tidak diangkat.” jawab Vivian.
“Ya tuhan! Anak ini membuatku cemas saja.” gerutu Ny.Damond.
“Baiklah, kamu duduk saja dulu, aku akan mencoba menghubungi teman-teman
sekolahnya. Siapa tahu mereka mengetahui Krichel berada dimana.”
“Ya tante. Terima kasih. Aku juga akan mencoba menghubungi
beberapa temanku.” ucap Vian lalu duduk di kursi yang berada di ruang tamu itu.
Kedua wanita ini pun sibuk dengan benda komunikasinya
masing-masing. Keduanya mencoba menghubungi orang yang sekiranya mungkin tahu
Krichel sedang berada di mana. Ny.Damond terlihat berjalan ke sana-kemari
dengan telepon genggam di telinganya. Lalu bercakap dengan orang yang ada di
sambungan teleponnya kemudian memasang wajah kecewa. Berkali-kali ia
melakukannya tapi sama saja, wajah kecewa tiap ia memutuskan sambungan
teleponnya. Vian juga terlihat tengah kebingungan. Semua orang yang
dihubunginya mengatakan jawaban yang sama
“Maaf, aku tidak tahu.”
Pukul 20.00 WIB...
“Ya Tuhan! Kamu di mana, nak?” lirih
Ny.Damond dengan air mata yang hampir turun membasahi pipinya. Terlihat sekali
kepanikan itu menyelimuti dirinya.
“Aku pulaaaaaaangggg…” seru seorang gadis dengan wajah ceria
dan dengan suara yang tak kalah ceria dari raut wajahnya. Gadis itu memasuki
pintu dengan berjalan setengah berlari.
“KRICHEL?!” seru Ny.Damond dan Vivian serempak. Raut wajah mereka
terlihat kaget sekaligus lega.
“Darimana saja kamu, Krichel? Mengapa handphonemu tidak kamu
angkat waktu Vivian dan Mama menelepon? Mengapa kamu tidak memberi kabar kepada
mama kalau kamu ada urusan mendadak? Mengapa kamu pulang semalam ini? Kami berdua
mencemaskanmu, kau tahu?!” ucap Ny.Damond cemas setengah mengomel.
“Iya. Benar yang dikatakan mamamu! Kemana saja kau?” Tanya
Vian tak kalah cemas.
“Hey hey hey! Tunggu dulu! Semuanya bisa aku jelaskan, kok.”
jawab Krichel.
“Kalau begitu, cepat jelaskan!” ucap Ny.Damond.
“Tadi aku pingsan saat aku mau memasuki kamar mandi…”
“HAH?! KAMU PINGSAN??” sela Ny.Damond sebelum Krichel
selesai bicara.
“Kamu kenapa, Krichel? Kamu sakit? Kepalamu pusing? Atau
kenapa? Kenapa kamu bisa pingsan?”
“Tunggu dulu aku belum selesai bicara, mama. Aku pingsan
karena.. karena.. Mmm, karena.. agh! Aku yakin kalian tidak akan percaya jika
aku mengatakan apa yang menyebabkanku pingsan.” kata Krichel.
“Kenapa, Krichel? Ayo katakana saja!” Vian angkat bicara.
“Karena aku bertemu.. Mm, aku bertemu dengan Niall Horan.”
“Apa?!”
Sudah larut malam begini Krichel masih saja membuka lebar
matanya sambil senyum-senyum tak menentu. Ia duduk di tempat tidurnya dan
menyandarkan punggungnya pada kepala kasur dengan kaki yang di luruskan. Ia
memeluk erat bonekanya dan sesekali menciuminya. Krichel memang sangat bahagia
hari ini. Sangat, sangat, dan sangat bahagia. Rasanya ia ingin sekali hari ini
tidak cepat berakhir. Tapi waktu terus saja berjalan sesuai takdirnya. Krichel
masih terbayang-bayang oleh kejadian luar bisasanya hari ini. Terputar jelas
sekali dalam pikirannya. Tersenyum disetiap bayangan yang keluar. Kata-kata
dari Niall pun tak ada yang terlupakan sama sekali olehnya. Pujian ringan dari
Niall membuatnya seperti melayang sangat tinggi dan sulit untuk turun kembali.
Terlalu menikmati rasa kesenangannya di atas sana. Sampai iPhonenya bergetar
tanda ada massage yang masuk. Krichel pun tersadar dari lamunannya.
From : Niall Horan
WHAT?! NIALL SMS AKU?! Ini mimpi, ini mimpi, ini mimpi! Gak
mungkin kenyataan! Ini mimpi! Batin Krichel. Lalu ia menggigit tangannya
sendiri.
“Awww.. sakittt!” serunya.
“Ternyata ini bukan mimpi. Ya Tuhan,
kuatkan diriku untuk membaca SMS ini.”
From : Niall Horan
Hai, Krichel. Ini aku Niall Horan. Ingat, kan? hehe.. Maaf
menganggumu malam-malam. Aku hanya ingin mengucapkan selamat malam. Dan semoga
mimpi indah. Oh,ya, Aku juga ingin mengatakan kalau besok aku berencana untuk
berjalan-jalan di kota ini. Mau menemaniku? Aku ingin kamu mengajakku ke
tempat-tempat menarik di kota ini. Bagaimana?
Handphone Krichel terlepas dari genggaman Krichel dan jatuh
ke tempat tidurnya. Jemarinya bergetar saat dan setelah ia membaca SMS dari
idolanya itu. Shock. Tidak percaya atas apa yang tertulis di layar HPnya tadi.
Hampir saja Krichel berteriak setelah selesai membaca SMSnya. Tapi ia sadar bahwa
ini sudah larut malam. Dengan Jemari yang masih gemetar, Krichel mengetik di
layar touchscreen Hpnya untuk membalas SMS dari Niall.
To : Niall Horan
Ingat? Tentu saja! You’re my Idol! haha :D seharusnya aku
yang bertanya, apa kamu masih ingat denganku? Aku sangat senang sekaligus tidak
percaya mendapat SMS darimu, kamu sama sekali tidak mengangguku kok ;)
Menemanimu jalan-jalan? Aku mau! Tidak ada alasan untuk aku menolak. Aku pasti
mau :D Tapi besok aku harus sekolah dulu.
Terkirim. Jantung Krichel berdegup sangat cepat menunggu
balasan SMS dari Niall. Wajahnya panas. Dia merasa sangat nervous. Padahal
hanya berhubungan lewat SMS, tapi itu saja sudah membuat Krichel nervous. Tak
lama kemudian HP Krichel kembali bergetar. Dengan cepat dan Sigap, Krichel
langsung mengambil HPnya dan membaca SMS yang masuk itu.
From : Niall Horan
Haha, tidak mungkin aku melupakan teman baruku yang manis
ini ;D
Lagi-lagi wajah Krichel memanas dan aliran darahnya mengalir
deras saat membaca kalimat pertama SMS ini.
Really? Wah, aku senang kamu mau menerima ajakanku. Tidak
masalah kalau kamu harus sekolah. Kita akan pergi setelah kamu pulang sekolah,
okay ? ;) Aku jemput kamu di depan rumahmu. Jam berapa kamu siap?
Sekarang dadanya yang terasa panas. Setiap hembusan
napasnya, terasa panas. Semuanya panas, kecuali telapak tangannya yang terasa
dingin. Dijemput di rumah? Benaknya tidak percaya.
To : Niall Horan
Okay! Aku pulang dari sekolah jam 12.00. Jadi kamu datang ke
rumahku jam 13.00 saja, soalnya aku mau bersiap-siap dulu, Bagaimana?
From : Niall Horan
No problem. I’ll be there on time ;) See you tomorrow
Krichel! Good Night! xx
To : Niall Horan
See you and good night too, Niall J xxxx
“Mmmuach.. muach.. mmmuuuach!” Krichel menciumi layar Hpnya.
“Berjalan-jalan dengan Niall besok? Astaga, aku masih tidak percaya kalau ini
dunia nyata. Benarkah ini dunia nyata?” ucap Krichel lalu melihat ke sekeliling
kamarnya.
“Tidak. Ini memang dunia nyata. Ini kamarku, dan tidak berubah sama
sekali. Ini bukan istana kerajaan seperti yang ada di dongeng. Tapi ini
rumahku. Aromanya saja memang aroma rumahku. Ya Tuhaaaaan, terima kasih atas
segala yang Kau berikan kepadaku.” seru Krichel sambil memejamkan mata pada
kalimat terakhir.
Krichel berbaring di tempat tidurnya dan memejamkan mata.
Malam ini ia pasti bermimpi sangaaat indah.
“Viviaaaaaaaaaann!” seru Krichel berteriak kencaaang sekali
sampai hampir seluruh siswa di koridor sekolahnya menoleh padanya.
Krichel
menghampiri Vian dengan sedikit berlari. Ia tidak sabar untuk menceritakan apa
yang tadi malam baru terjadi dan apa yang hari ini bakal terjadi.
“Ada apa, Krichel cantiik?” ucap Vian menoleh ke sebelah
kanan setelah Krichel sampai di sebelahnya.
“Aku mau ceritaaaa.” serunya ceria sekali.
“Cerita apa? Oh, pasti tentang Niall. Kamu kan sudah
menceritakannya kemarin setelah kamu pulang.”
“Iya, tentang Niall. Tapi ini bukan hal yang sama tapi beda.
Ayo tebak!” senyumannya melebar menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh
Vian.
“Mmm, apa ya? Aku tidak tahu. Ayolah ceritakan saja! Kamu
membuatku penasaran, Krichel.” ucap Vian mendesak.
“Ha ha.. baiklah, begini ceritanya…”
Krichel pun menceritakan semua isi SMS yang ia dan Niall
kirimkan. Ia juga menunjukkan SMS-SMS itu untuk Vian baca, saat Vian memasang
wajah tidak percaya jika ia SMSan dengan sang Niall Horan.
“Apa?! Jalan-jalan? Sama Niall? Kamu serius?” tanggap Vian
dengan ekspresi wajah –yang lagi-lagi- berlebihan.
“Serius, dong. Kamu kan baca sendiri tadi SMSnya, Vian.”
“Aaaah kamu beruntung banget Chel bisa kenal sama Niall dan
sekarang kamu berteman sama dia. Hiks Hiks, pasti sebentar lagi aku akan
dilupakan olehmu.” kata Vian memasang wajah yang disedih-sedihkan.
“Aduuh, kamu ini bicara apa, Vian? Tidak mungkin aku
melupakanmu.” sahut Krichel lalu mencubit hidung mungil Vivian.
Vian meringis sedikit...
“Coba saja aku tidak ada acara nanti
sepulang sekolah, aku pasti akan meminta untuk ikut bersamamu.”
“Oh, jadi kamu ada acara nanti? Sayang sekali. Padahal jika
kamu mau ikut aku pasti menerima kok.”
“Iya. Ayahku baru pulang dari Kalimantan setelah
menyelesaikan proyeknya di sana. Jadi, aku dan ibuku akan menjemputnya siang
nanti.” jelas Vian.
“Oh, begitu.” tanggap Krichel. Lalu terdengar suara bel
masuk berbunyi.
“Ya sudah, aku ke kelas dulu ya Vian, Bye..”
“Bye..”
Setelah itu mereka memasuki ruang kelasnya masing-masing.
Krichel dan Vian tidak sekelas. Krichel berada di kelas 12 IPA 1, sedangkan
Vian berada di kelas 12 IPS 3. Jarak kelas mereka pun cukup jauh. Kelas Krichel
terletak di lantai 2, sedangkan Vian di lantai 3. Maka dari itu mereka jarang
bertemu jika di sekolah. Kecuali pada saat istirahat seperti tadi. Pasti salah
satu dari mereka akan menghampiri untuk mengobrol atau makan bersama di kantin.
Vian memang sahabat Krichel dari pertama dia masuk SMA ini. Jelas saja bila
sekarang ini mereka begitu dekat.
Pukul 12.56 WIB. Astaga, astaga, astaga! Niall sebentar lagi
akan datang menjemputku! Apakah penampilanku sudah cantik? Karena tidak mungkin
kan aku pergi dengan Niall dengan dandanan yang aneh? Aku harus terlihat sangat
cantik. Biar setidaknya, aku pantas berjalan-jalan dengan pria setampan Niall.
Ungkap Krichel dalam hati sembari memerhatikan penampilannya dipantulan cermin
di hadapannya. Dress indah yang jatuh di atas dengkul berwarna merah marun
dengan ikat pinggang besar berwarna putih itu melekat cantik di tubuh
mungilnya. Rambutnya tergerai panjang sepunggung dengan bando putih
menghiasinya. Sepatu high heels yang sewarna dengan dressnya juga menghiasi
kaki mulusnya. Ia sudah terlihat sangat cantik sekarang, namun ia masih kurang
percaya diri. Apakah dirinya sudah cantik atau belum? Jika saja cermin itu
ajaib seperti yang ada dikisah Putri Salju, bisa berbicara, pasti cermin itu
akan mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah terlihat sangat cantik sekarang.
Handphone Krichel bergetar, ada SMS masuk.
From : Niall Horan
Aku sudah ada di depan rumahmu. Kamu sudah siap, kan? ;)
Mata Krichel membesar setelah membaca SMS itu. Niall sudah
sampai di rumahku? Batinnya. Ia merapikan rambutnya sebentar lalu melesat turun
melalui tangga dan langsung menghampiri Niall di depan pagar rumahnya. Krichel
sendirian di rumah, karena Mama dan Papanya bekerja. Ia sudah izin dengan orang
tuanya di telepon tadi. Dan orang tuanya mengizinkan. Tapi, Krichel harus sudah
sampai di rumah sebelum orang tuanya sampai di rumah juga.
“Hai, Niall!” sapa Krichel kepada pria bersweater biru muda
di hadapannya itu. Dia sangat nervous sekarang. Niall keren sekali, batinnya.
“Oh. Hai, Krichel! Apa kabar?” sahut Niall dan mencoba
mengucapkan ‘Apa kabar’ dengan bahasa Indonesia.
“Ha ha ha. Kamu tahu darimana kalimat sapaan itu? Terdengar
lucu kalau kamu yang mengucapkannya. Ha ha.” ucap Krichel diselingi dengan tawa
manisnya.
“Kenapa? Bahasaku buruk ya?” kata Niall, memasang wajah
kecewa,
“Eh. Tidak. Tidak. Bukan begitu, Niall, tapi…”
“Ha ha ha. Kamu gampang sekali panic, Krichel. Kamu lucu
kalau sedang panic, aku suka melihatnya, ha ha.” canda Niall, sangat mampu
membuat Krichel gugup.
“By the way, you look so pretty today.”
Wajah Krichel memerah, kembali memanas setiap kali Niall
memujinya. Ia tertunduk malu, sekaligus tidak ingin menampakkan wajah merah
tomatnya. Dalam tundukkannya, Krichel tersenyum lebar.
“Ayo kita berangkat, Krichel!” ajak Niall lalu membukakan
pintu mobil untuk Krichel.
Oh My God! Dia gentleman sekali! Benak Krichel
berbicara.
Krichel memasuki mobil Niall.
“Terima kasih.” ucap Krichel
dalam bahasa Indonesia.
Niall memutari bagian depan mobilnya untuk mencapai pintu
mobil di bagian kanan. Setelah Niall masuk kedalam mobil,
“Sama-sama.” jawabnya
juga dalam bahasa Indonesia. Di sambut dengan tawa kecil Krichel.
“Hey, Niall. Kamu yakin akan jalan-jalan dengan menggunakan
pakaian seperti ini?” Tanya Krichel setelah Niall melajukan mobilnya.
“Kenapa? Aku keren ya?” ucap Niall menaik-turunkan alisnya
sambil tersenyum-senyum.
SANGAT! ucap Krichel dalam hati. Krichel memutar bola
matanya.
“Iya, aku akui kamu keren. Tapi, maksudku apakah tidak ketahuan kalau
kamu ini Niall Horan? Katanya kamu tidak ingin siapapun tahu kalau kamu ada di
Indonesia.”
“Bodohnya aku!” seru Niall menepuk jidat dengan tangan
kirinya. “Aku tidak terpikir sama sekali! Bagaimana ini?”
“Mmm, kamu harus menyamar.” ucap Krichel dan berpikir.
“Pertama, kamu harus menutupi rambut blondemu itu. Karena rambutmu sangat
mencolok. Kenakan penutup kepala di sweatermu itu.”
Niall menuruti kata-kata Krichel. Ia pun menaikkan penutup
kepala itu ke kepalanya.
“Hm, kamu punya kaca mata hitam?” Tanya Krichel.
“Punya.” jawab Niall menunjukkan kaca mata hitamnya yang
baru saja ia ambil dari kantung celana jeansnya.
“Pakai!”
Niall memakai kaca mata hitam itu.
“Masih terlihat kalau kamu Niall.” ucap Krichel lalu kembali
berpikir. “Punya sapu tangan atau semacamnya?”
“Tissue?” Tanya Niall.
“Bukan! Itu tidak bisa dipakai. Oh, aku punya!” seru Krichel
sambil merogoh tas putihnya.
“Ini. Kamu pakai itu untuk menutupi mulut dan hidungmu.”
ucap Krichel memberikn sapu tangannya kepada Niall.
Lalu Niall kembali menurut...
“Nah, sekarang tidak akan ada yang mengetahui kalau kamu
Niall.”
“Really? Okay, aku akan mengenakan itu semua nanti jika kita
sudah sampai tujuan ya. Sekarang, kita mau kemana dulu?” Tanya Niall menoleh ke
Krichel.
“Hmm, Dufan!”
-to be continued-
Maaf ya kalo banyak yang typo ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar