#1DLS "Your Smile" Part 3
created by @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
“Nah, sekarang tidak akan ada yang mengetahui kalau kamu Niall.”
created by @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
“Nah, sekarang tidak akan ada yang mengetahui kalau kamu Niall.”
“Really? Okay, aku akan mengenakan itu semua nanti jika kita sudah sampai tujuan ya. Sekarang, kita mau kemana dulu?” Tanya Niall menoleh ke Krichel.
“Hmm, Dufan!”
-skip-
“Tidak! Aku tidak mau menaiki wahana itu. Aku takut, Niall.” kata Krichel menahan tarikan dari tangan Niall.
“Takut kenapa? Kelihatannya seru. Ayo, Krichel, aku mau naik itu!” bujuk Niall sambil terus menarik tangan Krichel, tapi Krichel tetap menahannya. Lalu menunjuk wahana yang disebut dengan ’Tornado’ itu.
Krichel menggeleng cepat.
“Aku akan mengantarkanmu ke sana, tapi aku tidak mau ikut
naik bersamamu, aku takut!”
“Baiklah. Ayo kita ke sana!”
Mereka pun berjalan menuju wahana Tornado. Setelah sampai di sana, Niall pun mengambil antrian. Krichel menunggunya di bawah pohon yang tepat berhadapan dengan wahana itu. Aku bisa mati jantungan bila menaiki ini! Batinnya. Dengan sabar Krichel menunggu Niall. Sepertinya dia belum mendapatkan giliran juga untuk naik. 15 menit kemudian, baru giliran Niall dan beberapa orang lainnya yang akan menaiki wahana tersebut.
Krichel bisa melihat Niall melambai-lambaikan tangan kepadanya saat dia sudah menduduki kursi Tornado.
Krichel membalas lambaian tangan Niall. Kemudian, wahana perlahan-lahan naik. Teriakan orang-orang yang menaikinya sudah mulai terdengar. Sampai pada ketinggian penuh, wahana itu memutarkan dirinya dengan sangat cepat. Berputar ke depan sebanyak beberapa kali lalu berhenti sebentar, dan kembali berputar ke belakang. Berputar-putar terus seperti layaknya berada di dalam angin Tornado sungguhan. Di bolak-balikkan semua orang yang menaikinya. Teriakan-teriakan juga sangat jelas terdengar. Entah itu teriakan seru atau malah teriakan kapok tidak akan menaiki wahana ini lagi. Tapi, Niall terlihat senang sekali saat menaikinya. Apa yang ada dipikiran anak itu? gerutu Krichel dalam hati. Lalu, wahana turun perlahan-lahan. Niall langsung menghampiri Krichel.
“Enak?” Tanya Krichel meledek. Saat Niall sudah di sampingnya.
“Wah, tadi itu menyenangkan sekali! Kamu harus mencobanya!” seru Niall.
“Tidak mau. Dan tidak akan pernah!” sahut Krichel sewot dengan menjuluran lidahnya.
“Ha ha ha. Ayo ke wahana lain!” ajak Niall. Kelihatannya ia sangat menikmati acara jalan-jalannya bersama Krichel.
Mereka berdua berjalan sambil mengobrol. Melirik wahana-wahana yang mereka lewati. Mereka sedang berdiskusi apa yang akan mereka naiki selanjutnya. Akhirnya, Krichel memutuskan untuk ke Istana Boneka. Awalnya Niall tidak setuju. Tapi, karena Krichel terus membujuknya dengan kalimat ‘Kamu bisa melihat busana-busana di seluruh dunia di sana, dan yang mengenakannya adalah boneka-boneka yang lucu’, Niall pun mau. Mereka sudah menaiki perahu yang akan memawa mereka masuk ke dalam Istana Boneka itu. Musik khas wahana itu sudah mulai terdengar dilorong utama. Krichel dan Niall menatap seluruh boneka di sana yang bergerak-gerak-seolah menari-dengan menggunakan busana dari setiap Negara di dunia. Niall terlihat sangat serius memperhatikan boneka-boneka itu. Ia tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Ia terlihat takjub melihat perbedaan budaya dari masing-masing Negara yang belum ia ketahui. Musik-musik khas dari setiap Negara membuatnya larut dalam suasana masing-masing Negara tersebut. Terlebih lagi ketika perahunya sampai pada kawasan Negara Inggris, Niall betul-betul memperhatikannya lalu tertawa-tertawa sendiri melihat boneka-boneka yang menari lucu.
“Aku suka Istana Boneka.” ucap Niall gembira setelah mereka sudah keluar dari wahana Istana Boneka.
“Benarkan! Untung kamu menerima tawaranku.” sahut Krichel.
“Sekarang giliran aku ya, yang memilih wahana.” seru Niall.
Krichel mengangguk.
“HYSTERIA?!” ucap Krichel saat Niall sudah memutuskan apa yang akan mereka naiki selanjutnya.
“Ya. Dan kamu harus mau naik bersamaku.” kata Niall menyenggol hidung Krichel menggunakan telunjukknya.
“Ta-tapi-tapi..”
“Let’s gooooo!” seru Niall menarik tangan Krichel dan mengajaknya berlari menghampiri wahana yang dinamai Hysteria itu.
“Niall, aku takuutt.” ungkap Krichel ketika mereka berdua sudah menduduki bangku Hysteria dan baru saja si petugas memasangkan pengaman.
“Tenang saja, Ini pasti akan menyenangkan.” sahut Niall menggenggam tangan Krichel yang duduk di sebelahnya.
DEG! Sekarang malah Niall yang membuat Krichel gugup karena tangannya digenggam erat. Tapi, Krichel merasa ketakutannya berkurang ketika Niall menggenggamnya. Niall mengetahui bahwa Krichel sekarang sangatlah gugup. Maka ia memutuskan untuk terus menggenggam tangan Krichel selama permainan wahana ini berlangsung.
Suara seperti rocket sudah terdengar, tanda wahana itu akan naik ke atas setinggi 60 meter dengan kecepatan yang sangat tinggi juga. Seseorang yang berbicara sudah menyerukan angka-angka, menghitung mundur. 3.. Krichel memejamkan matanya ketika angka itu disebutkan, sedangkan Niall, menarik napas dalam dan menghembuskannya. 2.. Krichel sudah tidak bisa mendengar apa-apa lagi, dia sekuat mungkin memberanikan dirinya untuk menghadapi permainan ini. Niall menoleh ke arah Krichel, lalu mengeratkan genggaman tangannya. Krichel merasakan itu, tapi ia tidak menghiraukannya, ia terlalu tegang saat ini. Ayo Krichel, tenangkan dirimu, tarik napas dan hembuskan, tarik napas dan hembuskan. 1.. WUUUUUSH!!
“Aaaaaaaaaa..!!!!” teriakan nyaring terdengar saat wahana
itu melesat cepat seperti kilat menuju ke ketinggian 60 meter di atas
tanah.
Krichel memejamkan mata saat wahana itu naik. Ketika ia
merasa bahwa wahana itu berhenti sejenak, ia membuka matanya dan seketika
melihat pemandangan laut yang begitu indah. Lalu, WUUUUUSH! wahana itu kembali
turun dengan kecepatan yang sama seperti ketika naik tadi. Perut Krichel terasa
geli, sehingga bukannya teriak, ia malah tertawa menaiki wahana ini. Hysteria
kembali melesat naik. Krichel menoleh ke Niall dan dilihatnya Niall sedang
berteriak ’Wohoooo’ lalu tertawa senang. Tangan kirinya, yang menggenggam
tangan kanan Krichel, diangkatnya ke atas menandakan kesenangan sedang
menyelimuti mereka. Krichel mengikuti Niall berteriak seru lalu tertawa senang.
Setelah beberapa kali wahana itu naik dan turun, akhirnya sekitar 3 menit
kemudian wahana itu turun perlahan sampai akhirnya kaki para penaik wahana ini
menyentuh tanah kembali.
“Seru sekali tadi! Aku jadi ingin naik lagi. Ha ha.” ucap Krichel menggoyang-goyangkan tangan kanannya yang ternyata sedari tadi tanpa ia sadari masih berada di genggaman tangan Niall.
Entah mengapa, Niall enggan melepaskan tangan Krichel dari
genggamannya. Ia merasa… nyaman.
Lalu mereka kembali mencari wahana-wahana lain untuk mereka naiki. Sudah hampir 5 jam mereka berada di dufan untuk bersengang-senang dengan menaiki wahana-wahana seru yang memacu adrenalin mereka. Seperti Halilintar, Ontang-anting, Rajawali, Niagara, dan Kora-kora. Mereka juga menaiki wahana menyenangkan seperti Istana Boneka, Komedi Putar, Cangkir putar, Bom-bom Car. Dan sekarang mereka tengah menuju ke wahana yang mereka putuskan adalah wahana terakhir yang akan mereka naiki hari ini, Bianglala.
Nomor 09, tempat kosong pada Bianglala yang mereka berdua naiki. Bianglala berputar perlahan naik ke atas. Wajah mereka berdua terlihat senang sekali. Mereka lelah, tapi mereka juga bahagia. Wahana ini dipilih mereka sebagai wahana tempat mereka beristirahat sambil melihat-lihat pemandangan di atas sana nanti. Bianglala sudah melakukan satu putaran. Niall dan Krichel sedang mengobrol menceritakan asyiknya hari ini. Tertawa bersama, tegang bersama, semu mereka rasakan secara bersama-sama. Sudah putaran yang ke 8, tempat yang Niall dan Krichel duduki berhenti tepat di puncak paling atas Bianglala.
Lalu mereka kembali mencari wahana-wahana lain untuk mereka naiki. Sudah hampir 5 jam mereka berada di dufan untuk bersengang-senang dengan menaiki wahana-wahana seru yang memacu adrenalin mereka. Seperti Halilintar, Ontang-anting, Rajawali, Niagara, dan Kora-kora. Mereka juga menaiki wahana menyenangkan seperti Istana Boneka, Komedi Putar, Cangkir putar, Bom-bom Car. Dan sekarang mereka tengah menuju ke wahana yang mereka putuskan adalah wahana terakhir yang akan mereka naiki hari ini, Bianglala.
Nomor 09, tempat kosong pada Bianglala yang mereka berdua naiki. Bianglala berputar perlahan naik ke atas. Wajah mereka berdua terlihat senang sekali. Mereka lelah, tapi mereka juga bahagia. Wahana ini dipilih mereka sebagai wahana tempat mereka beristirahat sambil melihat-lihat pemandangan di atas sana nanti. Bianglala sudah melakukan satu putaran. Niall dan Krichel sedang mengobrol menceritakan asyiknya hari ini. Tertawa bersama, tegang bersama, semu mereka rasakan secara bersama-sama. Sudah putaran yang ke 8, tempat yang Niall dan Krichel duduki berhenti tepat di puncak paling atas Bianglala.
“Waaaahh.. Indah sekali!” seru Krichel memandangi pemandangan disekitar dufan dari atas sini.
Pandangannya berputar memperhatikan seluruh isi dufan yang
tertera dihadapannya saat ini. Ia bisa melihat semua wahana dari sini. Takjub.
Itu yang dirasakan Krichel sekarang. Menawan. Pemandangan yang terlihat di
sini. Niall memandangi wajah Krichel yang terlihat sangat bahagia. Niall
tersenyum seolah terhipnotis atas senyuman Krichel. Krichel tidak menyadari
kalau Niall sedang memerhatikannya. Niall merasa bahagia jika melihat senyuman
Krichel. Entah mengapa, senyuman Krichel terlihat lebih menarik perhatiannya
daripada pemandangan yang terlihat dari atas sini. Padahal, pemandangan ini
jauh lebih indah. Tapi tidak bagi Niall. Bahkan, Niall tidak memerhatikan
pemandangan itu. Ia terlalu sibuk memikirkan perasaannya. Aneh. Mengapa aku
jadi seperti ini? Dengan aku melihat senyuman Krichel, aku menjadi berkali-kali
lipat bahagia. Ungkap Niall dalam hatinya. Matanya enggan beranjak ke tempat
lain selain ke wajah Krichel.
“Aku senang sekali! Kamu tahu tidak, berkali-kali aku menaiki Bianglala, baru kali ini tempat yang kududuki berhenti di puncaknya seperti ini. Dulu, bersama Mama dan Papa, aku juga naik Bianglala. Waktu bersama Vian juga. Tapi tidak pernah Bianglala ini berhenti di puncak. Padahal, aku suka sekali melihat pemandangan dari ketinggian.” cerita Krichel lalu menghirup napas panjang, mencium aroma petang dengan udara yang lumayan dingin saat ini.
“Vian?” Tanya Niall.
“Ya, Vian. Kenapa?"
“Pacarmu?” Tanya Niall kembali menunggu jawaban Krichel. Semoga bukan, batinnya.
“Pacar? Hey! Dia perempuan sepertiku! Kamu gila mengira dia pacarku? Dia sahabat baikku sejak pertama masuk Senior High School, tahu!” jawab Krichel dengan nada sewot.
Niall berhembus lega. Hey, kenapa aku begini? Wah, ada yang tidak beres dengan perasaanku. Hm, apakah itu tandanya aku… menyukai Krichel? Hatinya berbicara.
Krichel memotret pemandangannya menggunakan kamera SLRnya. Beberapa jepretan sudah kameranya lontarkan, menangkap setiap gambaran bagus.
“Hey! Ayo kita berfoto!” ajak Niall. Krichel mengangguk mantap lalu berpindah posisi duduk dari yang sebelumnya berhadapan menjadi di sebelah Niall.
Pose-pose lucu dilakukan keduanya untuk menghasilkan jepretan gambar yang unik. Ada pose Niall menjulurkan lidahnya, sedangkan Krichel tersenyum manis. Ada pose yang mana keduanya memajukan bibirnya, Niall menjerengkan matanya, Krichel menjulurkan lidahnya, Mencubit pipi satu sama lain, Menggabungkan kedua tangan mereka di depan kamera dengan membentuk Love, dan ada juga pose dimana Niall seolah ingin mencium pipi kiri Krichel, sedangkan Krichel pose dengan tersenyum lebar. Krichel tidak menyadari jika Niall berpose seperti itu. Mereka melihat-lihat hasil foto di kamera Krichel. Tertawa bersama saat melihat pose terlucu mereka. Krichel kaget ketika melihat pose Niall yang ingin mencium pipinya. Dia menoleh ke Niall. Memasang wajah aneh.
“He he he.” seru Niall cengar-cengir. Lalu Krichel kembali tertawa.
Pukul 19.00 WIB. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Terima kasih banyak untuk hari ini, Krichel.” ucap Niall menyunggingkan senyuman. Mereka sudah sampai di depan rumah Krichel sekarang.
“Sama-sama. Kamu membuatku senang hari ini, Niall.” sahut Krichel membalas senyuman Niall.
Senyumanmu, lebih membahagiakanku, Krichel. Batinnya. Lalu Niall berpamitan dan melaju meninggalkan rumah Krichel.
Ada apa dengan perasaannya kali ini? Niall selalu merasa bahagia yang berkali-kali lipat ketika melihat setiap senyuman yang keluar dari kedua sudut bibir Krichel. Niall terus berpikir sepanjang perjalanannya menuju rumah Oscar setelah mengantarkan Krichel pulang.
“Apa aku suka padanya?” ucap Niall bertanya pada diri
sendiri.
“Tapi, apa yang membuatku suka padanya?” Niall terus
memikirkan perasaan yang bergejolak itu.
“Senyumannya..” ucapnya terlontar begitu saja.
“Ya, mungkin senyumannya. Entah mengapa jika dia
bahagia, kebahagiaan itu ikut menjalar ke tubuhku. Jika ia tertawa atau
tersenyum, bibirku menurut untuk mengikutinya.”
Niall menghela napas berat...
“Aku memang menyukainya.”
Pernyataan yang sulit dipercaya. Namun, Niall senang atas
pernyataanya itu. Karena ia pernah berandai-andai bahwa bagaimana jika suatu
saat ia mencintai salah satu fansnya? Pasti akan sangat membahagiakan. Dan hal
itu menjadi kenyataan sekarang.
Niall kembali focus pada jalan raya di hadapannya. Walaupun
pikirannya masih terbayang-bayang oleh kejadian hari ini. Ya, tentu saja,
kejadian hari ini tidak akan pernah dilupakan oleh Niall maupun Krichel.
Keduanya merasa kalau hari ini akan menjadi sejarah terindah dikehidupan
mereka.
Sementara itu Krichel yang sudah mandi, sudah rapi menggunakan piyamanya dan baru saja menyantap habis makan malamnya sedang menatap ke luar jendela kamarnya. Mengingat-ingat kembali aktivitas yang ia jalani setengah hari ini bersama salah satu idola besarnya. Sesuatu yang masih tidak bisa masuk di akal dan pikirannya. Tapi, dalam kenyataannya kejadian mustahil itu sudah terjadi. Krichel menyunggingkan senyuman ketika sekelebat bayangan diotaknya muncul. Foto-foto ia dan Niall yang sekarang ada di memory kamera SLRnya. Semua wahana yang mereka naiki, tingkah-tingkah konyol Niall selama berada di Dufan, tertawa, bergandengan tangan, semua –semuanya- masih terbayang-bayang oleh Krichel. Satu impiannya sudah tercapai. Walaupun hanya satu personil, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi Krichel. Karena itu saja sudah masih tidak bisa dipercaya. Apalagi jika ia bertemua semua personil One Direction? Pasti itu benar-benar mimpi –benar-benar mimpi- indah.
Sementara itu Krichel yang sudah mandi, sudah rapi menggunakan piyamanya dan baru saja menyantap habis makan malamnya sedang menatap ke luar jendela kamarnya. Mengingat-ingat kembali aktivitas yang ia jalani setengah hari ini bersama salah satu idola besarnya. Sesuatu yang masih tidak bisa masuk di akal dan pikirannya. Tapi, dalam kenyataannya kejadian mustahil itu sudah terjadi. Krichel menyunggingkan senyuman ketika sekelebat bayangan diotaknya muncul. Foto-foto ia dan Niall yang sekarang ada di memory kamera SLRnya. Semua wahana yang mereka naiki, tingkah-tingkah konyol Niall selama berada di Dufan, tertawa, bergandengan tangan, semua –semuanya- masih terbayang-bayang oleh Krichel. Satu impiannya sudah tercapai. Walaupun hanya satu personil, tapi itu sudah lebih dari cukup bagi Krichel. Karena itu saja sudah masih tidak bisa dipercaya. Apalagi jika ia bertemua semua personil One Direction? Pasti itu benar-benar mimpi –benar-benar mimpi- indah.
“Kalau begitu, CERAIKAN saja aku!” terdengar suara teriakan dari lantai bawah. Ya Tuhan, mereka bertengkar lagi. Lirih Krichel di hatinya.
“Baiklah! Kita bercerai saja!”
DEG! Empat kata yang baru saja terlontar kasar dari mulut Ayahnya itu tiba-tiba membuat jantung Krichel hancur lebur. Membuat hati Krichel jatuh terpelanting ke lantai. Membuat darah Krichel mengalir deras melebihi air terjun. Membuat tubuh Krichel seketika membeku layaknya balok es. Hatinya sakit, sakit sekali mendengar teriakan Ayahnya tadi. Cerai? Mereka akan bercerai? Mereka akan berpisah dan aku? Aku? Bagaimana dengan aku? Aku akan menjadi anak Broken Home. Aku akan berpisah dengan salah satu dari mereka. Karena aku tahu, salah satu dari mereka akan pergi membawaku untuk berpisah meninggalkan rumah ini. Ini tidak boleh terjadi. Tidak boleh! Kita sudah menjadi keluarga yang sempurna selama bertahun-tahun. Dan aku tidak akan membiarkan kesempurnaan ini hancur begitu saja. Kata-kata dari hati Krichel berbicara lirih. Air matanya pun tak berhasil ia bendung. Air mata itu mengalir dengan lancar tanpa ada hambatan. Yang setiap tetesannya menyakitkan hatinya.
Krichel menuruni tangga rumahnya untuk menghampiri pasangan suami istri yang sedang berseteru itu.
“Bercerai?” ucap Krichel dengan napas yang tercekat ketika
ia sudah berada di anak tangga paling bawah dan berhadapan dengan Ayah dan
Ibunya.
“Krichel?!” seru kedua orang tuanya itu bersamaan. Terkejut karena tiba-tiba Krichel datang menghampiri mereka.
“Kalian akan bercerai?” ucap Krichel sekali lagi dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya dan dengan suara yang teramat pelan. Namun masih bisa terdengar karena keheningan dan ketegangan yang mengerumuni ruang keluarga itu.
“Sayang..” ucap mamanya menghampiri dan merangkul pundak putri satu-satunya itu. Ia tidak tega melihat anaknya menangis tersedu-sedu seperti ini.
“Dengarkan papa, Krichel. Papa dan Mama tidak bisa melanjuti hubungan ini lagi.” ungkap Papanya lalu mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.
“Kenapa?” sahut Krichel.
“Karena.. karena..” ucapan papanya terhenti sampai disitu karena tak mampu mengeluarkan kata-katanya lagi. Ia juga sebenarnya tidak tega melihat Krichel menangis, ia terlalu sayang pada Krichel. Air mata Krichel menjadi beban baginya. Mata kecoklatan Krichel yang indah, sekarang pudar tertutup air mata.
“Karena apa papa? Apa papa tidak mencintai mama lagi?” Tanya Krichel terus terang.
Ia tidak sanggup lagi merasa penasaran apa sebenarnya
penyebab pertengkaran ini? Dan separah apakah itu sampai mereka memutuskan
untuk bercerai? Sekarang mamanya pun ikut menangis.
Tn.Damond menundukkan kepalanya. Terasa sangat berat beban dikepalanya sampai ia merasa tak kuat untuk menahannya lagi.
Tn.Damond menundukkan kepalanya. Terasa sangat berat beban dikepalanya sampai ia merasa tak kuat untuk menahannya lagi.
“Bukan begitu..” seru Tn.Damond dalam tundukannya.
“Lalu apa? Apa papa? APA?!” sekarang emosi Krichel benar-benar memuncak. Dadanya panas. Kesal, sedih, marah, bingung. Semua perasaan tidak enak berkumpul di hatinya.
“Lalu apa? Apa papa? APA?!” sekarang emosi Krichel benar-benar memuncak. Dadanya panas. Kesal, sedih, marah, bingung. Semua perasaan tidak enak berkumpul di hatinya.
“Papa tidak tahu kenapa. Papa hanya sudah tidak nyaman dengan ikatan pernikahan ini. Papa tidak kuat lagi bertahan dikeluarga ini. Papa tidak tahu penyebabnya Krichel. Tidak tahu. Sekarang kami-papa dan mama- sering sekali bertengkar. Padahal Cuma hal sepele. Dan itu sudah membuat kami bertengkar hebat. Jalan pikiran papa dan mama sudah berbeda, Krichel. Tidak satu tujuan lagi. Selalu tidak setuju atas pemikiran masing-masing. Dan ini harus diakhiri sebelum papa frustasi karena hubungan yang tidak lagi harmonis ini.” jelas Tn.Damond penuh dengan dramatis.
Dirinya tidak menangis, tetapi hatinya menjerit amat sangat
keras. Jeritan hati yang keras, yang tidak bisa didengar oleh siapapun kecuali
dirinya sendiri dan Tuhan yang maha tahu segalanya.
Krichel menangis tambah tersedu. Bahunya naik turun akibat sesengukan hebat. Tak kuat lagi berbicara. Tak kuat lagi mendengar. Bahkan ia tak kuat lagi berdiri. Ia membawa dirinya terduduk di lantai. Meresapi semua perkataan papanya. Mencoba mengerti tapi sama sekali tidak bisa dimengerti. Bukan, tapi ia tidak mau untuk mengerti. Sesak sekali perasaan ini. Sulit dipercaya dan sangat sulit untuk diterima.
Krichel menangis tambah tersedu. Bahunya naik turun akibat sesengukan hebat. Tak kuat lagi berbicara. Tak kuat lagi mendengar. Bahkan ia tak kuat lagi berdiri. Ia membawa dirinya terduduk di lantai. Meresapi semua perkataan papanya. Mencoba mengerti tapi sama sekali tidak bisa dimengerti. Bukan, tapi ia tidak mau untuk mengerti. Sesak sekali perasaan ini. Sulit dipercaya dan sangat sulit untuk diterima.
“Kalian berdua tidak menyayangiku lagi.” satu kalimat paling
menyedihkan baru saja keluar dari mulut Krichel.
Kedua orang tuanya tersentak. Tusukan tajam di dada mereka berhasil menghancurkan jantung mereka. Membuat lubang besar yang rasanya tidak bisa tertutup lagi. Ny.Damond yang sedari tadi merangkul bahu Krichel, sekarang beralih menjadi memeluk seluruh tubuh Krichel dengan sangat erat.
“Mama sangat menyayangimu Krichel, sangat, mama lebih
menyayangimu daripada diriku sendiri. Mama dan papa ingin bercerai karena
memang kami tidak lagi cocok, bukan karena tidak menyayangimu, sayang.” ucap
Ny.Damond masih menangis.
“Bohong,” kata Krichel melepaskan diri dari dalam pelukan
mamanya. Krichel bangit dari duduknya dan berdiri tanda ia sangat menentang
pernyataan orang tuanya.
“Kalian tidak sayang padaku lagi! aku tahu, salah satu dari
kalian akan membawaku pergi dan meninggalkan salah satu dari kalian juga. Aku
tidak suka itu. Aku benci perpisahan. Aku menginginkan keluarga yang utuh.
Kalian tahu, aku sudah merasa kesepian sekarang. Bagaimana jika nanti kalian
bercerai? Dan aku akan tinggal hanya bersama salah satu dari kalian. Itu pasti
akan tambah membuatku merasa kesepian. Seorang diri, dan tidak ada yang
memerhatikan. Bukankah itu sangat menyedihkan?"
“Apa kalian tega membuat anak kalian bersedih? Mengangis jika suatu saat nanti aku merindukan salah satu dari kalian?” Krichel menghentikan ucapannya lalu menghirup udara lalu menghembuskannya lagi. “Aku mohon pikirkan lagi, Ma, Pa. Aku mohon.” lirihnya berkata sangat perlahan.
Tn.Damond berjalan menghampiri Krichel...
“Nak, apa kamu tidak sedih melihat kami bertengkar setiap
hari? Apa kamu kuat mendengar semua teriakan-teriakan yang terlontar dari mulut
kami? Apa kamu pikir kami tidak pernah memikirkan perasaanmu atas semua
pertengkaran antara papa dan mama? Kamu bilang, kamu ingin keluarga yang utuh.
Tapi, apa artinya suatu keluarga yang utuh itu jika tidak ada keharmonisan di
dalamnya? Jika hubungan ini terus dipaksakan, itu akan semakin menyiksa. Hati
papa dan mama akan sering sekali tersakiti karena terus menerus
bertengkar."
“Krichel, aku tahu kamu benci perpisahan. Papa dan mama juga. Semua orang benci perpisahan dan juga benci kesedihan. Tapi, itu semua takdir. Dan kita tidak bisa mengubah takdir.” ungkap Tn.Damond.
Tak ada reaksi dari Krichel. Krichel masih menangis, tapi
tidak sesengukan lagi.
“Aku harap kamu mengerti, Krichel. Papa tahu kamu bisa
berpikir dewasa sekarang. Dan kamu juga sudah mulai beranjak dewasa.” lanjut
Tn.Damond.
“Sekarang, apa keputusan kalian?” ucap Krichel pasrah. Tidak bisa lagi menentang pernyataan orang tuanya. Terlalu lemas dan kaku. Tidak bertenaga sama sekali.
Orang tuanya saling pandang..
“Kami belum memutuskan apa-apa, Krichel. Mungkin besok kami
sudah mendapatkan keputusan. Kami hanya perlu bicara lagi. Sekarang pergilah ke
kamarmu dan lekas tidur.” kata Ny.Damond pada akhirnya.
Krichel hanya bisa menuruti perkataan mamanya. Ia beranjak dari tempat itu dan berjalan gontai menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya. Setetah ia sampai di dalam kamar, ia langsung menutup pintu kamar dan menguncinya. Krichel menaiki tempat tidur empuknya. Menyandarkan punggung pada kepala tempat tidurnya. Menekuk kedua kakinya dan kembali menangis.
Ya Tuhan.. Apa sebenarnya rencanaMu? Kau membuat diriku sangat bahagia dan merasa sangat terpuruk dihari yang sama. Kau membuat kedua mimpiku menjadi kenyataan. Mimpi terindah dan mimpi terburukku. Aku baru saja terbang tinggi. Lalu tiba-tiba saja terjadi benturan hebat yang membuatku langsung jatuh ke bawah dan tersungkur di tanah yang keras. Perubahan perasaan yang sangat drastis. Aku tidak percaya ini. Jadi begini rasanya terpuruk. Merasa seperti orang yang paling manyedihkan di dunia. Dan tak bisa lagi menemukan kebahagiaan. Kata hati nurani Krichel berbicara. Ia menangis sambil memeluk lututnya.
Krichel menoleh ke letak Handphonenya berada. Tepat di samping dirinya. Krichel menghapus air matanya dan mulai memeriksa Handphonenya. Ada 3 SMS. Krichel membukanya satu per satu. Ternyata semua SMSnya dari Niall.
Baru kali ini Krichel tidak merasa terkejut. Baru kali ini jantung Krichel tidak berdetak lebih cepat dan baru kali ini pula napasnya tidak tercekat ketika mendapat SMS dari Niall. Mungkin perasaan sedihnya mampu mengalahkan perasaan bahagia sebahagia apapun itu.
From : Niall Horan
Malam, Krichel. Aku ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi untuk hari ini. Aku harap suatu saat kita bisa pergi bersama lagi J Apa kamu sudah tidur?
From : Niall Horan
Sudah tidur ya? Ya sudah. Have a nice dream, Krichel ;) xxx
From : Niall Horan
Oh, ya. Aku ingin bicara satu hal. Aku besok pulang ke Amerika karena kegiatanku di sini sudah selesai. Sedih rasanya berpisah denganmu ;( Aku harap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti, Krichel. Jika kamu sudah bangun, aku sangat berharap kamu membalas pesanku. Good Night Krichel.
Hambar. Tidak ada yang Krichel rasakan. Semua perasaannya terkalahkan oleh rasa sedih ini.
-to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar