Senin, 06 Januari 2014

Because Your Smile Part 14

#1DLS "Your Smile" Part 14
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)

-----------------------------------------------------


Krichel mengitari pandangan sembari terus melangkah ke pinggir pantai. Ia berhenti setelah merasa sudah berada di tempat yang Liam tunjuk tadi. Krichel melipat kedua tangannya menikmati semilir angin malam yang berhembus menggelitiknya. Pandangan Krichel lurus ke depan, memerhatikan hamparan laut yang begitu luas. Dan meresapi suara desiran ombak yang menenangkan jiwa. Ia masih mengira-ngira, kejutan apalagi yang akan Liam perlihatkan padanya. Sedetik setelahnya, cahaya berwarna merah muda terpancar dan menyala terang dari arah bawah. Krichel sedikit menyipitkan matanya dan menerka, cahaya apa itu? Krichel menoleh ke bawah dan menyadari, ia sedang berada di tengah-tengah bentuk hati besar yang terbentuk dari bola-bola lampu kecil menyala berwarna merah muda. Krichel terkejut dan tanpa sadar membuka mulutnya, lalu menutupnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian berputar karena ia mendengar petikan gitar yang berasal dari balik tubuhnya. Krichel melihat Liam berjalan ke arahnya.

“Am I asleep, am I awake or somewhere in between?
I can’t believe that you are here and laying next to me
Or did I dream that we were perfectly entwined?
Like branches on a tree, or twigs caught on a vine?” Suara merdu Liam dengan diiringi petikan gitar yang dimainkannya terdengar lembut di telinga Krichel. Liam terus berjalan mendekati Krichel sembari terus mengalunkan lagu itu.

“Like all those days, and weeks, and months I tried to steal a kiss
And all those sleepless nights and daydreams where I pictured this
I’m just the underdog who finally got the girl
And I am not ashamed to tell it to the world” Liam mulai melangkah memasuki bentuk hati besar itu dan berdiri di hadapan Krichel, menatap lekat mata gelap Krichel yang mulai terbasahi oleh air bening.

“Truly, madly, deeply I am
Foolishly, completely falling
And somehow you kicked all my walls in
So baby, say you’ll always keep me
Truly, madly, crazy, deeply in love with you.. in love with you..”

Kini, air bening itu tak mampu lagi menahan bebannya untuk menetap di bola mata Krichel. Air itu meluncur bebas melewati kedua pipi Krichel. Liam menghentikan petikan gitarnya dan alunan lagunya. Membiarkan gitar kesayangannya itu menggantung pada tali penghubung. Ia mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Krichel. Dengan lembut kedua ibu jari Liam meraba pelan pipi Krichel. Krichel memejamkan matanya, membuat beberapa butiran air kembali turun. Lalu kembali membuka matanya. “Please, don’t stop.”
Liam menyunggingkan senyuman. Meraih gitarnya lagi dan memainkannya.

“Should I put coffee and granola on a tray in bed?
And wake you up with all the words that I still haven’t said?
And tender touches, to show you how I feel
Or should I act so cool like it was no big deal?”

“Wish I could freeze this moment in a frame and stay like this
I’ll put this day back on replay and keep relaving it
‘Cause here’s the tragic truth if you don’t feel the same
My heart would fall apart if someone said your name”

“Truly, madly, deeply I am
Foolishly, completely falling
And somehow you kicked all my walls in
So baby, say you’ll always keep me
Truly, madly, crazy, deeply in love with you..
in love with you..
in love with you, with you wo-ohh..”

Krichel bertepuk tangan setelah Liam selesai mengalunkan lagu indah itu. Air matanya masih berlinang. Tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi kepada dirinya. Tidak percaya bahwa Liam menyanyikan lagu itu untuk dirinya. Dan tidak pernah membayangkan orang yang dicintainya akan melakukan semua ini untuk dirinya. Benar-benar tak terpikir sebelumnya. Liam melepaskan gitar yang menggantung di badannya itu dan mletakkannya perlahan di pasir. Kemudian memegang pipi Krichel menggunakan kedua telapak tangannya. Menatap lekat mata indah Krichel.

“I love you, Krichel Nash Damond.”

Krichel tidak bisa lagi menahan gejolak besar di dalam hatinya. Ia langsung mendekap lelaki tampan di hadapannya itu dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Liam. Liam membalas pelukan Krichel. Pelukan yang tidak kalah erat.

“Hey, why are you crying?” ucap Liam pelan hampir berbisik. Krichel tidak menjawabnya dan terus saja menangis dalam pelukan Liam. Namun, secara perlahan, Liam mencoba melepaskan pelukan itu, lalu mengangkat dagu Krichel dengan telunjuknya supaya ia menatap wajah Liam. “Tell me, what’s wrong babe?”

Krichel menggeleng. “Nope, I just.. I just.. I can’t believe this. You love me?”

Liam kembali mendekap erat tubuh mungil Krichel. “Ofcourse, ofcourse yes! I love you with all my heart, Krichel. I love you so much. Do you love me too?”

Krichel tersenyum dan menghapus air matanya. Melepaskan pelukannya, dan menggenggam erat kedua tangan Liam. Tatapan mata mereka berdua saling bertemu. “Yes, I do, Liam James Payne. Absolutely yes, I love you too.”

Senyuman kini terlukis di wajah Liam seolah tidak bisa menahan rasa bahagia yang sekarang begitu terukir di hatinya. Bukan hanya Krichel yang merasa semua ini seperti mimpi, bahkan Liam juga merasa seperti itu. Tapi, sekarang semua itu bukan mimpi yang hanya bisa diputar saat tidur saja, ini adalah kenyataan yang harus dijalani sehari-hari. Liam masih menatap mata Krichel dengan wajah yang sudah sangat bisa ditebak mengekspresikan kebahagiaan. Liam menyentuh lembut pipi kiri Krichel, menyibak helai rambut yang jatuh di keningnya, lalu mendaratkan kecupan hangat di kening seseorang yang kini sudah menjadi kekasihnya itu. Krichel memejamkan matanya, merasakan desiran di hatinya yang berderu cepat. Merasakan ciuman pertamanya dengan Liam walaupun hanya di kening. Lalu Krichel kembali membuka mata setelah Liam melepaskan ciuman itu. Liam menyatukan keningnya dengan Krichel.

“Thank you.” ucap Liam sedikit berbisik.

Krichel membalasnya dengan senyuman. Senyuman yang sudah membuat Liam jatuh ke dalamnya. Kemudian, kedua sejoli itu kembali berpelukan erat menggambarkan rasa cinta yang sangat besar di kedua belah pihak.


********************************************


Niall kembali menyentuh layar handphonenya dengan tujuan ‘memanggil’ seseorang. Seseorang yang sudah mengabaikan beberapa panggilan serta pesan singkat darinya. Krichel. Sudah beberapa kali Niall mencoba untuk menghubungi Krichel tapi tidak ada balasan satu pun darinya.

“Kemana gadis itu?” seru Niall berbicara sendiri. Tampaknya, ia sedikit khawatir dengan keadaan gadis itu. Tidak, ia memang khawatir.

Sebenarnya Niall hanya ingin memberitahu Krichel kalau ia ingin berkunjung ke rumahnya. Tapi, karena tidak ada satu pun jawaban dari Krichel sejak satu jam yang lalu, Niall jadi berpikir macam-macam takut ada hal yang tidak beres terjadi pada Krichel. Lalu sekejap Niall langsung membuang jauh-jauh pikirannya itu. Ia tidak boleh ber-negative thinking. Akhirnya, Niall memutuskan untuk tetap pergi ke rumah Krichel meski tidak ada tanggapan apa pun dari gadis itu.

Rumahnya terlihat sepi. Pikir Niall setelah mobilnya sudah berhenti di samping rumah besar milik keluarga Damond itu. Niall menarik gagang pintu mobilnya, bermaksud untuk keluar dari sana. Tapi niatnya terurungkan karena ia melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Krichel. Ia kembali menutup pintu mobil dan tetap berada di dalam, memutuskan untuk mengetahui dulu siapa yang akan keluar dari mobil itu. Sepertinya aku mengenal mobil itu. Batin Niall mengucap. Bukankah itu mobil Liam? Dan benar saja, sedetik setelah Niall berpikir seperti itu, sosok yang dimaksudkan menampakkan diri keluar dari mobil tersebut.

“Sedang apa ia di sini?” ucap Niall berbicara sendiri.

Niall terus memerhatikan Liam dari kaca mobilnya. Ia melihat Liam membukakan pintu untuk seseorang. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui siapa orang yang berikutnya keluar dari mobil itu.

“Krichel?!” Niall membulatkan kedua mata birunya, sembari mengucap nama gadis yang baru saja ia lihat keluar dari mobil Liam. “Mereka? Berdua?”

Pikiran buruk segera menghampiri benak Niall. Apa-apaan ini? Mereka pergi berdua? Untuk apa? Kekhawatiran berdatangan menganggu pikiran jernih Niall. Oh, tunggu, memang kenapa jika mereka pergi berdua? Mereka kan sudah menjadi teman sekarang. Wajar saja kan? Niall mencoba memungkiri semua pernyataan-pernyataan dari hatinya. Mencoba menganggap semuanya biasa saja.

Niall kembali memerhatikan kedua orang yang kini sedang berhadap-hadapan itu. Posisi mereka berdua berdiri menyamping. Jadi, Niall bisa melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan. Tidak ada wajah yang tertutupi. Mata Niall tidak berpaling dari kedua orang yang sekarang terlihat sedang bercakap itu. Ekspresi keduanya terlihat senang. Bisa ditebak dari senyuman mereka yang tidak hilang selama mereka berbicara. Perasaan tidak enak mulai hadir dalam hati Niall. Kekhawatiran itu kembali muncul menggerayangi otaknya. Terlebih lagi karena apa yang dilihatnya sekarang. Kedua orang itu tidak lagi saling mengobrol. Mereka berdua saling pandang. Tak hanya itu, tangan kanan Liam perlahan menyentuh dagu Krichel sehingga membuat Krichel lebih lekat menatap mata Liam. Debaran jantung Niall mempercepat aktivitasnya. Wajah Liam semakin lama, semakin mendekati wajah Krichel. Ketegangan yang tak terkira kini sedang dirasakan pria berambut blonde itu. No.. Please.. Don’t do that.. Napas Niall semakin tercekat seiring dengan wajah mereka berdua yang semakin mendekat.

Dan, CRASH! Jantung itu serasa tercabik-cabik. Tidak, bukan hanya terasa, tapi memang tercabik! Kini kedua belah bibir Liam dan Krichel bersatu secara lembut. Niall tidak kuat melihat pemandangan yang lebih dari menyakitkan itu. Niall memalingkan wajahnya. Memejamkan matanya. Sakit. Perih. Rasanya seperti luka yang ditetesi air garam. Mungkin lebih dari itu. Sakitnya seperti pedang tumpul yang sedang mencoba untuk memotong bagian dari tubuhnya secara perlahan. Susah sekali rasanya untuk bernapas.

Tes! Satu butiran bening bertekstur cair menuruni sebelah pipi Niall. Ya Tuhan, mengapa jadi seperti ini? Mengapa harus kenyataan yang seperti ini yang Kau berikan? Tidak ada yang bisa membayangkan betapa hancurnya Niall saat ini. Bahkan Niall sendiri pun tak tahu sehancur apa perasaannya itu. Tidak bisa berpikir, tidak bisa merasa, semuanya seolah tidak bisa dilakukan oleh Niall saat ini. Tanpa sadar, kedua tangannya yang sedari tadi menggenggam stir mobil, sudah berubah menjadi kemerahan karena terlalu kuat menggenggam. Tapi, kesakitan di telapak tangannya itu tidak berbanding apa-apa dengan sakit hatinya. Dengan emosi yang membara, Niall menancapkan pedal gas dan melesatkan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Tidak berpikir apa-apa. Hanya pikiran kosong dengan emosi memanas yang sedang ada di pikiran dan perasaannya. Tidak tahu bertujuan ke mana, Niall terus melajukan mobil itu tanpa memerhatikan kecepatan yang sudah melewati batas normal. Ini terlalu cepat! Sangat berbahaya dengan keadaan jalan raya yang tidak sepi seperti ini. Ia bisa saja menabrak kendaraan lain jika tidak segera menormalkan kecepatannya. Tapi, Niall dengan lihai mengendarai mobilnya melewati kendaraan-kendaraan yang berada di depannya. Menyalib semua mobil ataupun kendaraan lain seolah ia sedang berada di arena balap dan sedang berusaha untuk jadi juaranya. Mobil Niall hampir mendekati persimpangan jalan. Dan tiba-tiba truk besar muncul dari persimpangan jalan tersebut. Niall yang sadar akan hal itu langsung menginjak pedal rem-nya sekuat mungkin berharap tidak terlambat untuk memberhentikan mobilnya. Dan, berhenti. Ternyata takdir belum memutuskan untuk menyudahi hidup Niall. Niall membuang napas lega. Kemudian kembali menjalankan mobilnya. Sekarang dengan kecepatan yang normal.

Mobil Niall berhenti di bawah pohon rindang. Ia memarkirkannya di sana. Lalu, Niall beranjak dari mobilnya, dan berjalan memasuki taman tujuan Niall saat ini. Taman yang pernah ia kunjungi bersama Krichel. Taman yang membuat Krichel kagum akan keindahan bunga-bunganya. Taman tempat mereka berdua bersendagurau sembari menghabiskan cheese burger mereka. Kini taman itu terasa kelam bagi Niall. Bukan karena suasananya yang gelap karena hari sudah malam, tetapi karena perasaannya saat ini yang sedang kacau balau. Niall terus melangkahkan kakinya menelusuri taman itu. Memasuki taman jauh ke dalam. Entah apa yang akan di tujunya. Setelah beberapa menit melangkah, kakinya berhenti. Di depannya kini terhampar danau yang cukup luas. Ia melihat tampak dirinya yang muncul di air danau itu meski tidak terlalu jelas karena gelapnya malam. Membayangkan semua yang terjadi beberapa waktu lalu. Dan bayangan itu muncul. Sepasang lelaki dan perempuan yang sedang bercumbu mesra. Darahnya kembali naik ke puncak kepalanya.

“AAAAAAAAAARRRRGGGGGGGH!!!!!!!!!!!!” 

Teriakan keras terlontar lepas dari bibir Niall. Wajahnya merah padam karena dipenuhi amarah. Ia menendangi batu-batu kerikil yang ada disekitar kakinya ke danau di hadapannya. Napasnya memburu, begitu juga dengan degupan jantung Niall. Udara malam yang dingin, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Niall. Panas, panas sekali. Niall meremas rambutnya dengan kedua telapak tangannya. Lalu jatuh terduduk di hempasan rumput hijau di pinggir danau itu. Kedua kakinya di tekuk dan ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Tidak kuat lagi menahan perih yang dirasa. Ingin sekali ia menangis layaknya anak kecil yang bisa menangis sambil berteriak-teriak histeris jika itu akan menghilangkan kepedihannya. Namun apa daya, menangis pun Niall tidak kuat lagi. Dadanya terlalu sesak. Ia hanya bisa terdiam menahan rasa sakit, merenungi semua yang terjadi, dan menyesali apa yang tidak terjadi.

Ini semua karena salahku! Ini karena aku yang tidak segera menyatakan perasaanku padanya, karena aku yang tidak bisa membuat ia mencintaiku, karena aku yang tidak berusaha untuk layak berada di sampingnya, bahkan ini karena aku yang mempertemukannya dengan lelaki itu, sahabatku! Mengapa? Mengapa kamu harus mencintainya, bukan aku? Apa kamu tidak menyadari siapa yang selama ini ada di sisimu? Padahal akulah orang yang pertama kamu kenal, orang pertama yang menyentuhmu, orang pertama yang mencium keningmu, orang yang pertama jatuh cinta padamu sebelum dia. Dan kamu, adalah orang pertama yang bisa membuatku merasakan ini. Hatiku hancur. Apa kamu tahu itu? Dan apa yang akan kamu lakukan jika kamu tahu penyebab aku seperti ini adalah kamu?

“I’ve been waiting all this time to finally say it, but now I see your heart’s been taken and nothing could be worst, baby, I loved you first..”

Curahan hati serta sepenggal lirik lagu yang menggambarkan perasaannya saat ini baru saja dilantunkan Niall. Kini, ia hanya menatap lurus ke depan. Pandangan kosong dengan pikiran yang juga kosong. Tidak ada lagi yang bisa ia rasakan. Ia terlalu lelah untuk itu. Kedua mata birunya perlahan memberat, dan memburam. Dan tak lama, Niall jatuh tertidur di sana dengan posisi meringkuk.



********************************************


Krichel kembali membuka matanya perlahan ketika Liam sudah melepaskan sentuhan lembut bibirnya pada bibir Krichel. Senyuman manis merekah di kedua wajah sepasang kekasih ini.

“I love you.” ucap Liam membelai rambut Krichel.

“I love you too.” sahut Krichel mengusap sebelah pipi Liam.

“Thank you.”

“For what?”

“For accepting me to be your boyfriend.”

Krichel kembali melebarkan senyumannya, lalu menggeleng. “No, thank you for you to tell me that you loved me.”

Liam terkekeh. “Well, you’re welcome.” sahutnya. Lalu mereka berdua tertawa renyah.
“Okay, I think I must to go now. Sleep tight babe, good night.” Liam mengecup kening Krichel sejenak.

“Good night too darl, see ya.” ucap Krichel.

Krichel berbalik badan dan berjalan memasuki rumahnya. Memasuki rumah dengan hati dan perasaan yang tak pernah seberbunga hari ini. Ia menutup pintu setelah sudah berada di dalam. Bersandar pada pintu itu dan memejamkan mata memutar kembali peristiwa terindah selama hidupnya ini di otaknya. Sungguh ia bersumpah tidak akan pernah melupakan hari ini. Bahkan ia akan mencatatnya sebagai sejarah terbahagia dalam ingatan memorinya. Tanggal 22 Mei 2013, Krichel akan sangat memfavorite-kan tanggal ini. Awal dari hubungannya bersama Liam. Ternyata seperti ini rasanya mimpi yang menjadi nyata. Indah, melampaui indah bahkan. Krichel kembali membuka mata dan melangkah menuju kamarnya.

“Oh My God! Dad!” langkah Krichel terhenti dan menepuk jidatnya dengan sebelah tangan setelah ia sudah menaiki beberapa anak tangga. “Inikan sudah larut malam. Dad pasti akan membunuhku jika ia tahu aku baru sampai di rumah! Damn, kenapa aku bisa lupa akan Dad?” seru Krichel berbicara sendiri. Ia lalu menatap seluruh sudut ruangan tanpa beranjak dari tempatnya berdiri. Tak ada satu orang pun yang terlihat. Suasana sepi tak bersuara sedikitpun. “Hhhhh.. mungkin ia sudah tidur. Baguslah.” Krichel kembali menaiki satu per satu anak tangga. “Tapi..” ia kembali berhenti. “..pasti ia akan menghabisiku besok.” lanjutnya sembari menundukkan kepala. Sampai akhirnya ia berada di depan pintu kamarnya. Ia mendongakkan kepalanya untuk membuka pintu. Tapi, pandangannya berhenti di sebuah kertas yang berisikan tulisan singkat, semacam sebuah pesan menempel pada pintu bagian depan tepat di hadapan mata Krichel.

“Hei, sweety! Ini Dad, maaf kalau aku tidak sempat memberitahumu langsung akan hal yang penting ini. Pagi-pagi sekali Dad pergi ke New York untuk melakukan beberapa pekerjaan di sana. Hmm, kurang lebih selama 7 hari. Kamu bisa tinggal sendiri di rumah selama itukan? Dad yakin kamu bisa. Ya, walaupun terbilang lumayan lama, sih. Tak perlu khawatir, tidak akan terjadi apa-apa padamu. Rumah kita berada di kawasan yang aman, ha ha. Semua bahan makanan sudah Dad sediakan. Kamu jaga dirimu baik-baik, ya? Okay, Krichel, bye and I love you! See you next week!”

Begitulah kira-kira isi pesan yang tertera di kertas putih bergaris hitam tipis itu. Krichel sedikit bernapas lega karena Ayahnya ternyata tidak mengetahui ia pulang selarut ini. Bahkan Ayahnya pun pasti tidak tahu kalau ia pergi. Krichel melipat kertas itu lalu masuk ke dalam kamarnya. Meletakkan kertas itu pada meja kecil di samping tempat tidurnya.
Dad pergi ke New York seminggu? Huh, lagi-lagi aku akan merasa kesepian! gerutu Krichel dalam hati setelah menempati dirinya duduk di tepi tempat tidur. Namun, senyumannya kembali tersungging setelah mengingat bahwa sekarang Liam sudah masuk dalam kehidupannya. Mungkin sepi tidak akan lagi menghampiri Krichel. Dan sudah pasti bukan hanya itu, ia memiliki banyak sahabat sekarang. Zayn, Harry, Niall, Louis, dan Darlee. Perfect, tak perlu ada yang dicemaskan lagi.

Krichel meraih laptopnya dan memutuskan untuk membuka account Twitternya. Yang pertama ia lakukan adalah melihat deretan Trending Topic. Krichel memang selalu ingin tahu, kabar apakah yang menjadi bahan pembicaraan disetiap harinya di dunia ini. Karena Krichel adalah orang yang update dalam urusan hal ini. Ia melirik pada urutan pertama TTWW ‘Lichel are dating’.

“Lichel?” gumam Krichel.

Krichel tertarik pada TT ini, akhirnya ia meng-klik kata-kata itu dan dengan sekejap deretan account Twitter yang sedang membicarakan hal ini pun muncul pada layar kaca laptop Krichel. Krichel membaca secara detail setiap tulisan yang tertera disana. Ia membacanya satu per satu.

“Lichel are dating? Who are Lichel?”

“Can’t believe it! Lichel are dating?!”

“Lichel are dating, woohoooooooo xD”

“Lichel are dating. Hmm, I think they’re will be a cute couple
J

“Lichel ‘Liam-Krichel’. And Lichel are dating? HA HA HA HA I’m laughing so hard! I wouldn’t ship them!!!!!!!!!!!”

“Lichel are dating. Ergh! go to hell you suck @
KrichelDmnd ! Liam is mine! Leave him or I kill you!”

Itu adalah beberapa kalimat komentar yang membicarakan tentang Trending Topic pertama di Twitter saat ini. Krichel membaca kalimat-kalimat itu dengan mata membesar. Apa? Jadi, Lichel itu Liam dan Krichel? Bagaimana mereka bisa tahu hal ini? Apa Liam yang memberitahunya? Ah, tidak mungkin. Ucap Krichel dalam hati. Ia bingung, mengapa berita cepat sekali menyebar? Krichel baru saja menjadi kekasih Liam beberapa jam yang lalu dan orang-orang di dunia ini sudah mengetahuinya? Sungguh sangat sulit di percaya.
Krichel kembali membaca kalimat-kalimat itu. Ada beberapa kalimat yang membuatnya sedih sekaligus takut. Kalimat-kalimat yang menghujatnya, kalimat yang mengata-ngatainya, kalimat yang mengatakan bahwa Liam dan dirinya adalah pasangan yang sama sekali tidak cocok, bahkan kalimat-kalimat itu disertai ancaman yang mengerikan! Krichel tahu bahwa itu hanyalah sekedar kata-kata, karena tidak mungkin mereka akan benar-benar membunuhnya. Tapi, ada juga kalimat yang menyanjung hati Krichel. Kalimat-kalimat itu berkata bahwa mereka menyetujui jika dirinya dan Liam memang berpacaran. Karena mereka tahu, gadis yang Liam pilih pasti adalah gadis yang terbaik untuk diri Liam. Krichel kembali tersenyum membacanya. Gadis itu terus membaca dan membacanya. Sampai akhirnya Krichel tertarik dengan sebuah link foto.

“Lichel are dating!!!!!!!!!!!! http//t.co/5bNJKhfytf8” begitulah tulisan yang tertera sebelum link tercantum.

Tanpa berpikir panjang Krichel mengarahkan kursor pada link tersebut dan menekannya. Beberapa detik kemudian muncullah foto yang dimaksud. Ternyata itu adalah foto dimana Krichel sedang duduk berhadapan dengan Liam di ilana café.
“Oh jadi foto ini yang membuat mereka berpikiran bahwa aku berpacaran dengan Liam? Ha ha, ini kan disaat aku belum menjadi kekasihnya. Hanya kebetulan bertemu saja. Tapi baguslah kalau mereka belum mengetahui yang sebenarnya, karena terlalu cepat untuk mengumumkan ini. Terlebih lagi ini akan menjadi berita besar.” ucap Krichel berbicara sendiri di hadapan laptopnya.



-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar