Sabtu, 24 Mei 2014

One Direction On The Road Again Tour 2015 To Indonesia





         Kabar baik datang untuk para Directioners Indonesia yang sudah menantikan kedatangan Para idolanya, One Directioner untuk datang ke indonesia. Pada hari Senin, 19 Mei 2014 pada pukul 12 WIB, One Directioner Secara resmi mengumumkan tentang tournya yang bernama On The Road Again Tour 2015 yang akan di adakan di beberapa negara termaksud Indonesia. Dalam Video berdurasi 11 detik, para personil One Direction memberitahukan ketidak sabarannya untuk segera datang ke Indonesia. pada Video itu pula Niall Horan, salah satu Personil One Direction memberitahukan tanggal konser mereka yang akan di adakan pada Rabu, 25 Maret 2015. Sedangkan Dari Video yang di unggah oleh Ismaya, promotor yang mengundang One Direction mengatakan kalau konser tersebut akan di adakan di lapangan Gelora Bungkarno senayan. Dalam akun Twitter dan Facebook promotor tersebut, mereka juga menjelaskan kalau pembelian tiket sudah dapat di lakukan secara Offline pada hari Sabtu, 31 Mei 2014 di Mall Kota Kasablanka pada pukul 10 pagi sampai pukul 8 malam. Tiket juga dapat di beli secara Online pada hari senin, 2 Juni 2014 di www.1DINDO.com yang di buka pada pukul 10 pagi. Untuk harga tiket yang tidak begitu mahal membuat banyak Directioner Indonesia merasa senang dan tidak sabar untuk segera membelinya. Diperkirkan tiket mugkin akan habis dalam beberapa menit seperti yang pernah terjadi di beberapa konser One Directoner lainnya. Hal ini menyebabkan para Directioners indonesia menyiapkan rencana untuk segera membeli tiket tersebut secepat mungkin agar tidak kehabisan.
         One Directione merupakan boyband papan atas asal Inggris yang tengah di gandrungi oleh seluruh remaja di dunia. Ini merupakan kali pertama mereka menapakan kaki di Indonesia setelah beberapa tahun lamanya para Directioners Indonesia menanti mereka untuk datang ke Indonesia. Konser ini memang telah lama di rencanakan, dan seperti janji mereka yang akan datang ke Indonesia pada tahun 2015. Hal itu tentunya membuat para Directioners indonesia berbondong-bondong menabung uangnya untuk membeli tiket konser tersebut. Meski begitu, tak jarang beberapa Directioners Indonesia hanya bisa diam sambil menggigit jari di karenaka tidak dapat menhadiri konser akibat beberapa alasan seperti rumah yang jauh, tidak mendapat izin, belum cukup umur, tidak memiliki pendamping hingga bahkan tidak memiliki cukup uang untuk membeli tiket konser tersebut. Tapi meskipun begitu, mereka tetap mencoba tenang dan tidak bersdih. karena untuk mereka, dengan kedatangan One Direction ke Indnesia sudah cukup membuat senang para penggemanya di sini.




Harga dan posisi Kursi saat konser 1D di GBK

Para Personil 1D yang memeganng jerse Indonesia

info penjualan tiket







Minggu, 20 April 2014

One Direction: This Is Us (2013) BluRay 720p 700MB





Director: Morgan Spurlock
Producer: Morgan Spurlock, Simon Cowell, Ben Winston, Adam Milano
Release Date: 30 August 2013 (USA)
Genre: Documentary | Music
Stars: Liam Payne, Harry Styles, Zayn Malik
Studio: TriStar Pictures
Production: Sony Pictures
Quality: BluRay 720p
Source: 720p BluRay x264-BLOW
Size: 700MB
Subtitle: Indonesia, English







Synopsis:

One Direction : This Is Us merupakan sebuah perjalanan panjang sebuah grup band One Direction. Di film ini penonton dapat melihat kehidupan para anggotanya kelompok musik fenomenal ini dari dekat. serta cuplikan konser-konser menakjubkan yang telah mereka jalani.

Kisah Niall, Zayn, Liam, Harry dan Louis, sejak awal mengikuti X-Factor dan gagal namun mereka justru mampu menaklukkan dunia dan tampil di Arena O2 London yang terkenal. Mendengar dan melihat langsung dari mereka sendiri bagaimana rasanya menjadi bagian dari One Direction.



Watch Trailer




Download Movie: http://adf.ly/aK9qN






Cara Mendownload dari Link:

1. Klik Link



2. Akan muncul tampilan seperti berikut. Tunggu selama 5 detik lalu klik 'Skip Ad'.



3. Kemudian klik 'Download Free'.



4. Akan muncul countdown 25 detik. Tunggulah sebentar.



5. Lalu masukkan kode keamanan dalam kolom dan klik 'Next'.



6. Countdown lagi selama 19 detik. Sabaaaar :p



7. Setelah itu klik 'Or Click Here' jika tidak terdownload secara otomatis.



8. IDM akan muncul seketika, langsung deh klik 'Mulai Download'.





Senin, 06 Januari 2014

Because Your Smile Part 14

#1DLS "Your Smile" Part 14
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)

-----------------------------------------------------


Krichel mengitari pandangan sembari terus melangkah ke pinggir pantai. Ia berhenti setelah merasa sudah berada di tempat yang Liam tunjuk tadi. Krichel melipat kedua tangannya menikmati semilir angin malam yang berhembus menggelitiknya. Pandangan Krichel lurus ke depan, memerhatikan hamparan laut yang begitu luas. Dan meresapi suara desiran ombak yang menenangkan jiwa. Ia masih mengira-ngira, kejutan apalagi yang akan Liam perlihatkan padanya. Sedetik setelahnya, cahaya berwarna merah muda terpancar dan menyala terang dari arah bawah. Krichel sedikit menyipitkan matanya dan menerka, cahaya apa itu? Krichel menoleh ke bawah dan menyadari, ia sedang berada di tengah-tengah bentuk hati besar yang terbentuk dari bola-bola lampu kecil menyala berwarna merah muda. Krichel terkejut dan tanpa sadar membuka mulutnya, lalu menutupnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian berputar karena ia mendengar petikan gitar yang berasal dari balik tubuhnya. Krichel melihat Liam berjalan ke arahnya.

“Am I asleep, am I awake or somewhere in between?
I can’t believe that you are here and laying next to me
Or did I dream that we were perfectly entwined?
Like branches on a tree, or twigs caught on a vine?” Suara merdu Liam dengan diiringi petikan gitar yang dimainkannya terdengar lembut di telinga Krichel. Liam terus berjalan mendekati Krichel sembari terus mengalunkan lagu itu.

“Like all those days, and weeks, and months I tried to steal a kiss
And all those sleepless nights and daydreams where I pictured this
I’m just the underdog who finally got the girl
And I am not ashamed to tell it to the world” Liam mulai melangkah memasuki bentuk hati besar itu dan berdiri di hadapan Krichel, menatap lekat mata gelap Krichel yang mulai terbasahi oleh air bening.

“Truly, madly, deeply I am
Foolishly, completely falling
And somehow you kicked all my walls in
So baby, say you’ll always keep me
Truly, madly, crazy, deeply in love with you.. in love with you..”

Kini, air bening itu tak mampu lagi menahan bebannya untuk menetap di bola mata Krichel. Air itu meluncur bebas melewati kedua pipi Krichel. Liam menghentikan petikan gitarnya dan alunan lagunya. Membiarkan gitar kesayangannya itu menggantung pada tali penghubung. Ia mengangkat tangannya untuk menghapus air mata Krichel. Dengan lembut kedua ibu jari Liam meraba pelan pipi Krichel. Krichel memejamkan matanya, membuat beberapa butiran air kembali turun. Lalu kembali membuka matanya. “Please, don’t stop.”
Liam menyunggingkan senyuman. Meraih gitarnya lagi dan memainkannya.

“Should I put coffee and granola on a tray in bed?
And wake you up with all the words that I still haven’t said?
And tender touches, to show you how I feel
Or should I act so cool like it was no big deal?”

“Wish I could freeze this moment in a frame and stay like this
I’ll put this day back on replay and keep relaving it
‘Cause here’s the tragic truth if you don’t feel the same
My heart would fall apart if someone said your name”

“Truly, madly, deeply I am
Foolishly, completely falling
And somehow you kicked all my walls in
So baby, say you’ll always keep me
Truly, madly, crazy, deeply in love with you..
in love with you..
in love with you, with you wo-ohh..”

Krichel bertepuk tangan setelah Liam selesai mengalunkan lagu indah itu. Air matanya masih berlinang. Tidak menyangka hal seperti ini bisa terjadi kepada dirinya. Tidak percaya bahwa Liam menyanyikan lagu itu untuk dirinya. Dan tidak pernah membayangkan orang yang dicintainya akan melakukan semua ini untuk dirinya. Benar-benar tak terpikir sebelumnya. Liam melepaskan gitar yang menggantung di badannya itu dan mletakkannya perlahan di pasir. Kemudian memegang pipi Krichel menggunakan kedua telapak tangannya. Menatap lekat mata indah Krichel.

“I love you, Krichel Nash Damond.”

Krichel tidak bisa lagi menahan gejolak besar di dalam hatinya. Ia langsung mendekap lelaki tampan di hadapannya itu dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Liam. Liam membalas pelukan Krichel. Pelukan yang tidak kalah erat.

“Hey, why are you crying?” ucap Liam pelan hampir berbisik. Krichel tidak menjawabnya dan terus saja menangis dalam pelukan Liam. Namun, secara perlahan, Liam mencoba melepaskan pelukan itu, lalu mengangkat dagu Krichel dengan telunjuknya supaya ia menatap wajah Liam. “Tell me, what’s wrong babe?”

Krichel menggeleng. “Nope, I just.. I just.. I can’t believe this. You love me?”

Liam kembali mendekap erat tubuh mungil Krichel. “Ofcourse, ofcourse yes! I love you with all my heart, Krichel. I love you so much. Do you love me too?”

Krichel tersenyum dan menghapus air matanya. Melepaskan pelukannya, dan menggenggam erat kedua tangan Liam. Tatapan mata mereka berdua saling bertemu. “Yes, I do, Liam James Payne. Absolutely yes, I love you too.”

Senyuman kini terlukis di wajah Liam seolah tidak bisa menahan rasa bahagia yang sekarang begitu terukir di hatinya. Bukan hanya Krichel yang merasa semua ini seperti mimpi, bahkan Liam juga merasa seperti itu. Tapi, sekarang semua itu bukan mimpi yang hanya bisa diputar saat tidur saja, ini adalah kenyataan yang harus dijalani sehari-hari. Liam masih menatap mata Krichel dengan wajah yang sudah sangat bisa ditebak mengekspresikan kebahagiaan. Liam menyentuh lembut pipi kiri Krichel, menyibak helai rambut yang jatuh di keningnya, lalu mendaratkan kecupan hangat di kening seseorang yang kini sudah menjadi kekasihnya itu. Krichel memejamkan matanya, merasakan desiran di hatinya yang berderu cepat. Merasakan ciuman pertamanya dengan Liam walaupun hanya di kening. Lalu Krichel kembali membuka mata setelah Liam melepaskan ciuman itu. Liam menyatukan keningnya dengan Krichel.

“Thank you.” ucap Liam sedikit berbisik.

Krichel membalasnya dengan senyuman. Senyuman yang sudah membuat Liam jatuh ke dalamnya. Kemudian, kedua sejoli itu kembali berpelukan erat menggambarkan rasa cinta yang sangat besar di kedua belah pihak.


********************************************


Niall kembali menyentuh layar handphonenya dengan tujuan ‘memanggil’ seseorang. Seseorang yang sudah mengabaikan beberapa panggilan serta pesan singkat darinya. Krichel. Sudah beberapa kali Niall mencoba untuk menghubungi Krichel tapi tidak ada balasan satu pun darinya.

“Kemana gadis itu?” seru Niall berbicara sendiri. Tampaknya, ia sedikit khawatir dengan keadaan gadis itu. Tidak, ia memang khawatir.

Sebenarnya Niall hanya ingin memberitahu Krichel kalau ia ingin berkunjung ke rumahnya. Tapi, karena tidak ada satu pun jawaban dari Krichel sejak satu jam yang lalu, Niall jadi berpikir macam-macam takut ada hal yang tidak beres terjadi pada Krichel. Lalu sekejap Niall langsung membuang jauh-jauh pikirannya itu. Ia tidak boleh ber-negative thinking. Akhirnya, Niall memutuskan untuk tetap pergi ke rumah Krichel meski tidak ada tanggapan apa pun dari gadis itu.

Rumahnya terlihat sepi. Pikir Niall setelah mobilnya sudah berhenti di samping rumah besar milik keluarga Damond itu. Niall menarik gagang pintu mobilnya, bermaksud untuk keluar dari sana. Tapi niatnya terurungkan karena ia melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Krichel. Ia kembali menutup pintu mobil dan tetap berada di dalam, memutuskan untuk mengetahui dulu siapa yang akan keluar dari mobil itu. Sepertinya aku mengenal mobil itu. Batin Niall mengucap. Bukankah itu mobil Liam? Dan benar saja, sedetik setelah Niall berpikir seperti itu, sosok yang dimaksudkan menampakkan diri keluar dari mobil tersebut.

“Sedang apa ia di sini?” ucap Niall berbicara sendiri.

Niall terus memerhatikan Liam dari kaca mobilnya. Ia melihat Liam membukakan pintu untuk seseorang. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui siapa orang yang berikutnya keluar dari mobil itu.

“Krichel?!” Niall membulatkan kedua mata birunya, sembari mengucap nama gadis yang baru saja ia lihat keluar dari mobil Liam. “Mereka? Berdua?”

Pikiran buruk segera menghampiri benak Niall. Apa-apaan ini? Mereka pergi berdua? Untuk apa? Kekhawatiran berdatangan menganggu pikiran jernih Niall. Oh, tunggu, memang kenapa jika mereka pergi berdua? Mereka kan sudah menjadi teman sekarang. Wajar saja kan? Niall mencoba memungkiri semua pernyataan-pernyataan dari hatinya. Mencoba menganggap semuanya biasa saja.

Niall kembali memerhatikan kedua orang yang kini sedang berhadap-hadapan itu. Posisi mereka berdua berdiri menyamping. Jadi, Niall bisa melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan. Tidak ada wajah yang tertutupi. Mata Niall tidak berpaling dari kedua orang yang sekarang terlihat sedang bercakap itu. Ekspresi keduanya terlihat senang. Bisa ditebak dari senyuman mereka yang tidak hilang selama mereka berbicara. Perasaan tidak enak mulai hadir dalam hati Niall. Kekhawatiran itu kembali muncul menggerayangi otaknya. Terlebih lagi karena apa yang dilihatnya sekarang. Kedua orang itu tidak lagi saling mengobrol. Mereka berdua saling pandang. Tak hanya itu, tangan kanan Liam perlahan menyentuh dagu Krichel sehingga membuat Krichel lebih lekat menatap mata Liam. Debaran jantung Niall mempercepat aktivitasnya. Wajah Liam semakin lama, semakin mendekati wajah Krichel. Ketegangan yang tak terkira kini sedang dirasakan pria berambut blonde itu. No.. Please.. Don’t do that.. Napas Niall semakin tercekat seiring dengan wajah mereka berdua yang semakin mendekat.

Dan, CRASH! Jantung itu serasa tercabik-cabik. Tidak, bukan hanya terasa, tapi memang tercabik! Kini kedua belah bibir Liam dan Krichel bersatu secara lembut. Niall tidak kuat melihat pemandangan yang lebih dari menyakitkan itu. Niall memalingkan wajahnya. Memejamkan matanya. Sakit. Perih. Rasanya seperti luka yang ditetesi air garam. Mungkin lebih dari itu. Sakitnya seperti pedang tumpul yang sedang mencoba untuk memotong bagian dari tubuhnya secara perlahan. Susah sekali rasanya untuk bernapas.

Tes! Satu butiran bening bertekstur cair menuruni sebelah pipi Niall. Ya Tuhan, mengapa jadi seperti ini? Mengapa harus kenyataan yang seperti ini yang Kau berikan? Tidak ada yang bisa membayangkan betapa hancurnya Niall saat ini. Bahkan Niall sendiri pun tak tahu sehancur apa perasaannya itu. Tidak bisa berpikir, tidak bisa merasa, semuanya seolah tidak bisa dilakukan oleh Niall saat ini. Tanpa sadar, kedua tangannya yang sedari tadi menggenggam stir mobil, sudah berubah menjadi kemerahan karena terlalu kuat menggenggam. Tapi, kesakitan di telapak tangannya itu tidak berbanding apa-apa dengan sakit hatinya. Dengan emosi yang membara, Niall menancapkan pedal gas dan melesatkan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Tidak berpikir apa-apa. Hanya pikiran kosong dengan emosi memanas yang sedang ada di pikiran dan perasaannya. Tidak tahu bertujuan ke mana, Niall terus melajukan mobil itu tanpa memerhatikan kecepatan yang sudah melewati batas normal. Ini terlalu cepat! Sangat berbahaya dengan keadaan jalan raya yang tidak sepi seperti ini. Ia bisa saja menabrak kendaraan lain jika tidak segera menormalkan kecepatannya. Tapi, Niall dengan lihai mengendarai mobilnya melewati kendaraan-kendaraan yang berada di depannya. Menyalib semua mobil ataupun kendaraan lain seolah ia sedang berada di arena balap dan sedang berusaha untuk jadi juaranya. Mobil Niall hampir mendekati persimpangan jalan. Dan tiba-tiba truk besar muncul dari persimpangan jalan tersebut. Niall yang sadar akan hal itu langsung menginjak pedal rem-nya sekuat mungkin berharap tidak terlambat untuk memberhentikan mobilnya. Dan, berhenti. Ternyata takdir belum memutuskan untuk menyudahi hidup Niall. Niall membuang napas lega. Kemudian kembali menjalankan mobilnya. Sekarang dengan kecepatan yang normal.

Mobil Niall berhenti di bawah pohon rindang. Ia memarkirkannya di sana. Lalu, Niall beranjak dari mobilnya, dan berjalan memasuki taman tujuan Niall saat ini. Taman yang pernah ia kunjungi bersama Krichel. Taman yang membuat Krichel kagum akan keindahan bunga-bunganya. Taman tempat mereka berdua bersendagurau sembari menghabiskan cheese burger mereka. Kini taman itu terasa kelam bagi Niall. Bukan karena suasananya yang gelap karena hari sudah malam, tetapi karena perasaannya saat ini yang sedang kacau balau. Niall terus melangkahkan kakinya menelusuri taman itu. Memasuki taman jauh ke dalam. Entah apa yang akan di tujunya. Setelah beberapa menit melangkah, kakinya berhenti. Di depannya kini terhampar danau yang cukup luas. Ia melihat tampak dirinya yang muncul di air danau itu meski tidak terlalu jelas karena gelapnya malam. Membayangkan semua yang terjadi beberapa waktu lalu. Dan bayangan itu muncul. Sepasang lelaki dan perempuan yang sedang bercumbu mesra. Darahnya kembali naik ke puncak kepalanya.

“AAAAAAAAAARRRRGGGGGGGH!!!!!!!!!!!!” 

Teriakan keras terlontar lepas dari bibir Niall. Wajahnya merah padam karena dipenuhi amarah. Ia menendangi batu-batu kerikil yang ada disekitar kakinya ke danau di hadapannya. Napasnya memburu, begitu juga dengan degupan jantung Niall. Udara malam yang dingin, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Niall. Panas, panas sekali. Niall meremas rambutnya dengan kedua telapak tangannya. Lalu jatuh terduduk di hempasan rumput hijau di pinggir danau itu. Kedua kakinya di tekuk dan ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Tidak kuat lagi menahan perih yang dirasa. Ingin sekali ia menangis layaknya anak kecil yang bisa menangis sambil berteriak-teriak histeris jika itu akan menghilangkan kepedihannya. Namun apa daya, menangis pun Niall tidak kuat lagi. Dadanya terlalu sesak. Ia hanya bisa terdiam menahan rasa sakit, merenungi semua yang terjadi, dan menyesali apa yang tidak terjadi.

Ini semua karena salahku! Ini karena aku yang tidak segera menyatakan perasaanku padanya, karena aku yang tidak bisa membuat ia mencintaiku, karena aku yang tidak berusaha untuk layak berada di sampingnya, bahkan ini karena aku yang mempertemukannya dengan lelaki itu, sahabatku! Mengapa? Mengapa kamu harus mencintainya, bukan aku? Apa kamu tidak menyadari siapa yang selama ini ada di sisimu? Padahal akulah orang yang pertama kamu kenal, orang pertama yang menyentuhmu, orang pertama yang mencium keningmu, orang yang pertama jatuh cinta padamu sebelum dia. Dan kamu, adalah orang pertama yang bisa membuatku merasakan ini. Hatiku hancur. Apa kamu tahu itu? Dan apa yang akan kamu lakukan jika kamu tahu penyebab aku seperti ini adalah kamu?

“I’ve been waiting all this time to finally say it, but now I see your heart’s been taken and nothing could be worst, baby, I loved you first..”

Curahan hati serta sepenggal lirik lagu yang menggambarkan perasaannya saat ini baru saja dilantunkan Niall. Kini, ia hanya menatap lurus ke depan. Pandangan kosong dengan pikiran yang juga kosong. Tidak ada lagi yang bisa ia rasakan. Ia terlalu lelah untuk itu. Kedua mata birunya perlahan memberat, dan memburam. Dan tak lama, Niall jatuh tertidur di sana dengan posisi meringkuk.



********************************************


Krichel kembali membuka matanya perlahan ketika Liam sudah melepaskan sentuhan lembut bibirnya pada bibir Krichel. Senyuman manis merekah di kedua wajah sepasang kekasih ini.

“I love you.” ucap Liam membelai rambut Krichel.

“I love you too.” sahut Krichel mengusap sebelah pipi Liam.

“Thank you.”

“For what?”

“For accepting me to be your boyfriend.”

Krichel kembali melebarkan senyumannya, lalu menggeleng. “No, thank you for you to tell me that you loved me.”

Liam terkekeh. “Well, you’re welcome.” sahutnya. Lalu mereka berdua tertawa renyah.
“Okay, I think I must to go now. Sleep tight babe, good night.” Liam mengecup kening Krichel sejenak.

“Good night too darl, see ya.” ucap Krichel.

Krichel berbalik badan dan berjalan memasuki rumahnya. Memasuki rumah dengan hati dan perasaan yang tak pernah seberbunga hari ini. Ia menutup pintu setelah sudah berada di dalam. Bersandar pada pintu itu dan memejamkan mata memutar kembali peristiwa terindah selama hidupnya ini di otaknya. Sungguh ia bersumpah tidak akan pernah melupakan hari ini. Bahkan ia akan mencatatnya sebagai sejarah terbahagia dalam ingatan memorinya. Tanggal 22 Mei 2013, Krichel akan sangat memfavorite-kan tanggal ini. Awal dari hubungannya bersama Liam. Ternyata seperti ini rasanya mimpi yang menjadi nyata. Indah, melampaui indah bahkan. Krichel kembali membuka mata dan melangkah menuju kamarnya.

“Oh My God! Dad!” langkah Krichel terhenti dan menepuk jidatnya dengan sebelah tangan setelah ia sudah menaiki beberapa anak tangga. “Inikan sudah larut malam. Dad pasti akan membunuhku jika ia tahu aku baru sampai di rumah! Damn, kenapa aku bisa lupa akan Dad?” seru Krichel berbicara sendiri. Ia lalu menatap seluruh sudut ruangan tanpa beranjak dari tempatnya berdiri. Tak ada satu orang pun yang terlihat. Suasana sepi tak bersuara sedikitpun. “Hhhhh.. mungkin ia sudah tidur. Baguslah.” Krichel kembali menaiki satu per satu anak tangga. “Tapi..” ia kembali berhenti. “..pasti ia akan menghabisiku besok.” lanjutnya sembari menundukkan kepala. Sampai akhirnya ia berada di depan pintu kamarnya. Ia mendongakkan kepalanya untuk membuka pintu. Tapi, pandangannya berhenti di sebuah kertas yang berisikan tulisan singkat, semacam sebuah pesan menempel pada pintu bagian depan tepat di hadapan mata Krichel.

“Hei, sweety! Ini Dad, maaf kalau aku tidak sempat memberitahumu langsung akan hal yang penting ini. Pagi-pagi sekali Dad pergi ke New York untuk melakukan beberapa pekerjaan di sana. Hmm, kurang lebih selama 7 hari. Kamu bisa tinggal sendiri di rumah selama itukan? Dad yakin kamu bisa. Ya, walaupun terbilang lumayan lama, sih. Tak perlu khawatir, tidak akan terjadi apa-apa padamu. Rumah kita berada di kawasan yang aman, ha ha. Semua bahan makanan sudah Dad sediakan. Kamu jaga dirimu baik-baik, ya? Okay, Krichel, bye and I love you! See you next week!”

Begitulah kira-kira isi pesan yang tertera di kertas putih bergaris hitam tipis itu. Krichel sedikit bernapas lega karena Ayahnya ternyata tidak mengetahui ia pulang selarut ini. Bahkan Ayahnya pun pasti tidak tahu kalau ia pergi. Krichel melipat kertas itu lalu masuk ke dalam kamarnya. Meletakkan kertas itu pada meja kecil di samping tempat tidurnya.
Dad pergi ke New York seminggu? Huh, lagi-lagi aku akan merasa kesepian! gerutu Krichel dalam hati setelah menempati dirinya duduk di tepi tempat tidur. Namun, senyumannya kembali tersungging setelah mengingat bahwa sekarang Liam sudah masuk dalam kehidupannya. Mungkin sepi tidak akan lagi menghampiri Krichel. Dan sudah pasti bukan hanya itu, ia memiliki banyak sahabat sekarang. Zayn, Harry, Niall, Louis, dan Darlee. Perfect, tak perlu ada yang dicemaskan lagi.

Krichel meraih laptopnya dan memutuskan untuk membuka account Twitternya. Yang pertama ia lakukan adalah melihat deretan Trending Topic. Krichel memang selalu ingin tahu, kabar apakah yang menjadi bahan pembicaraan disetiap harinya di dunia ini. Karena Krichel adalah orang yang update dalam urusan hal ini. Ia melirik pada urutan pertama TTWW ‘Lichel are dating’.

“Lichel?” gumam Krichel.

Krichel tertarik pada TT ini, akhirnya ia meng-klik kata-kata itu dan dengan sekejap deretan account Twitter yang sedang membicarakan hal ini pun muncul pada layar kaca laptop Krichel. Krichel membaca secara detail setiap tulisan yang tertera disana. Ia membacanya satu per satu.

“Lichel are dating? Who are Lichel?”

“Can’t believe it! Lichel are dating?!”

“Lichel are dating, woohoooooooo xD”

“Lichel are dating. Hmm, I think they’re will be a cute couple
J

“Lichel ‘Liam-Krichel’. And Lichel are dating? HA HA HA HA I’m laughing so hard! I wouldn’t ship them!!!!!!!!!!!”

“Lichel are dating. Ergh! go to hell you suck @
KrichelDmnd ! Liam is mine! Leave him or I kill you!”

Itu adalah beberapa kalimat komentar yang membicarakan tentang Trending Topic pertama di Twitter saat ini. Krichel membaca kalimat-kalimat itu dengan mata membesar. Apa? Jadi, Lichel itu Liam dan Krichel? Bagaimana mereka bisa tahu hal ini? Apa Liam yang memberitahunya? Ah, tidak mungkin. Ucap Krichel dalam hati. Ia bingung, mengapa berita cepat sekali menyebar? Krichel baru saja menjadi kekasih Liam beberapa jam yang lalu dan orang-orang di dunia ini sudah mengetahuinya? Sungguh sangat sulit di percaya.
Krichel kembali membaca kalimat-kalimat itu. Ada beberapa kalimat yang membuatnya sedih sekaligus takut. Kalimat-kalimat yang menghujatnya, kalimat yang mengata-ngatainya, kalimat yang mengatakan bahwa Liam dan dirinya adalah pasangan yang sama sekali tidak cocok, bahkan kalimat-kalimat itu disertai ancaman yang mengerikan! Krichel tahu bahwa itu hanyalah sekedar kata-kata, karena tidak mungkin mereka akan benar-benar membunuhnya. Tapi, ada juga kalimat yang menyanjung hati Krichel. Kalimat-kalimat itu berkata bahwa mereka menyetujui jika dirinya dan Liam memang berpacaran. Karena mereka tahu, gadis yang Liam pilih pasti adalah gadis yang terbaik untuk diri Liam. Krichel kembali tersenyum membacanya. Gadis itu terus membaca dan membacanya. Sampai akhirnya Krichel tertarik dengan sebuah link foto.

“Lichel are dating!!!!!!!!!!!! http//t.co/5bNJKhfytf8” begitulah tulisan yang tertera sebelum link tercantum.

Tanpa berpikir panjang Krichel mengarahkan kursor pada link tersebut dan menekannya. Beberapa detik kemudian muncullah foto yang dimaksud. Ternyata itu adalah foto dimana Krichel sedang duduk berhadapan dengan Liam di ilana café.
“Oh jadi foto ini yang membuat mereka berpikiran bahwa aku berpacaran dengan Liam? Ha ha, ini kan disaat aku belum menjadi kekasihnya. Hanya kebetulan bertemu saja. Tapi baguslah kalau mereka belum mengetahui yang sebenarnya, karena terlalu cepat untuk mengumumkan ini. Terlebih lagi ini akan menjadi berita besar.” ucap Krichel berbicara sendiri di hadapan laptopnya.



-to be continued-

Because Your Smile Part 13

#1DLS "Your Smile" Part 13
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)

-----------------------------------------------------


“Dengar, mungkin ini adalah masalah yang cukup serius. Aku tidak sanggup jika memendamnya sendiri, jadi aku harus memberitahu kalian. Siapa tahu kalian tahu jalan keluarnya.” Zayn memulai penjelasan awalnya.

“Okay, tell us!” sahut Harry tanpa meninggikan intonasinya.

Zayn menghela napas sejenak. “Niall juga mencintai Krichel.”

“What?!” tanggap Harry dan Louis bersamaan dengan nada berbisik. Mereka sangat terkejut akan berita ini. Zayn menaruh telunjukknya di depan bibirnya. Memerintahkan mereka berdua untuk tidak mengeluarkan suara lebih kencang dari itu.

“Bagaimana kau bisa mengetahui itu?” Tanya Louis.

“Niall memberitahuku beberapa hari lalu. Ia bilang ia sudah menyukai Krichel sejak pertama kali mereka bertemu. Saat ia sedang berada di Indonesia.” lanjut Zayn menjelaskan.

“Oh, man! What should we do? Kita tidak akan membiarkan mereka berdua saling memukul bukan?” sahut Louis.

“Louis, mereka tidak akan seperti itu! Tapi pasti mereka akan patah hati. Saling mengalah untuk mempertahankan persahabatan kita. Atau bisa saja kebalikannya, mereka tidak akan ada yang mengalah. Dan yang terakhir itu yang aku takutkan.” kata Harry.

“Menurutku, baik Liam maupun Niall tidak ada yang boleh mengetahui hal ini. Aku mau mereka mengetahuinya sendiri. Dan kupikir, siapapun yang mendapatkan Krichel, aku mendukungnya.” sambung Zayn.

“Aku setuju.” ujar Harry dan Louis.

“Setuju dengan apa?” sahut seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi yang kini hanya mengenakan celana pendek dan handuk kecil yang bergantung di pundaknya, Liam.
Zayn, Louis, dan Harry agak tersontak mendengar sahutan dari Liam barusan. Apa dia mendengar pembicaraan kami tadi? pikir mereka bertiga. Liam memandangi mereka dengan kening berkerut.

“Eh-uhm-tidak. Bukan hal penting, he he.” jawab Zayn agak terbata karena gugup. Takut Liam mendengar pembicaraan tadi.

Liam semakin mempertebal kerutan dahinya. Dan berjalan mendekati ketiga pria teman dekatnya itu. “Tapi kalian seperti sedang membicarakan hal serius?”
“Tidak, Liam. Zayn tadi hanya memberikan usul bagaimana kalau kapan-kapan kita pergi bersama dengan Krichel dan juga Darlee. Lalu aku dan Louis menjawab setuju.” dusta Harry dan langsung merangkul bahu Liam. Kata-kata itu secara tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Tapi, sepertinya Liam mempercayainya.

“Sounds great!” seru Liam dengan ekspresi senangnya.

Zayn, Harry dan Louis kini bisa menghela napas lega.



********************************************


Mobil yang Niall kendarai sudah berhenti di depan rumah Darlee beberapa detik yang lalu. Niall menoleh kepada Krichel sejenak. Gadis itu masih memejamkan kedua matanya dan kelihatannya masih tengelam dalam mimpi indahnya. Krichel tertidur selama perjalanan tadi.

“Gadis ini. Bisa-bisanya dia tertidur dalam perjalanan sesingkat tadi!” gerutu Darlee yang belum beranjak keluar dari mobil Niall.

“Ya sudah, kamu masuk saja, biar aku yang mengurus Krichel.” ujar Niall.

“Baiklah kalau begitu. Jangan kamu apa-apakan ya!” seru Darlee dengan nada bercanda.
Niall terkekeh. “Tenang saja.”

“Okay, thank you, Niall.” ujar Darlee lalu membuka pintu di sebelah kirinya-berada di bangku belakang.

“You’re welcome.” sahut Niall.

Darlee tersenyum singkat lalu keluar dan kembali menutup pintu mobil Niall. Darlee melambai kepada Niall kemudian menghilang masuk ke dalam rumahnya. Niall kembali melajukan mobilnya dengan sangat perlahan. Karena jarak rumah Darlee dan Krichel yang teramat sangat dekat. Mobil itu pun berhenti tepat di hadapan rumah megah milik Mr.Damond itu. Niall kembali memandangi wajah Krichel yang terlihat begitu manis jika sedang tertidur. Niall memperhatikan setiap lekukan dari wajah Krichel. Bulu mata Krichel yang lentik, hidung Krichel yang mancung, Bibir tipis Krichel yang berwarna merah muda tanpa olesan lipstick sama sekali, wajahnya yang terlihat polos, Niall benar-benar mengagumi betul setiap titik dari gadis ini.

Niall semakin merasakan getaran di hatinya menderu kencang. Ia menyadari betapa sayangnya ia kepada Krichel. Ia bersumpah dalam hatinya, ia tidak akan pernah membiarkan Krichel tersakiti. Siapapun itu penyebabnya, ia pasti tidak akan tinggal diam. Niall menekankan hatinya bahwa ia harus selalu ada di samping Krichel entah apapun itu keadaannya. Niall sudah dibutakan oleh gadis yang sedang tertidur di sampingnya ini. Cinta, perasaan yang bisa membuat siapapun gila itu sedang menggelayuti relung hati terdalam Niall. Perlahan, Niall menggerakkan tangannya untuk menyentuh lembut pipi Krichel. Membelai pelan wajah cantik itu dengan penuh perasaan. Betapa besar perasaannya untuk memiliki gadis ini. Niall mendekatkan wajahnya dengan wajah Krichel lalu mengecup lembut kening Krichel yang tertutup oleh pony. Kecupan hangat itu mendarat cukup lama. Niall berharap kecupan itu dapat mengalirkan perasaannya kepada Krichel sehingga Krichel dapat merasakan apa yang Niall rasakan sekarang ini. Tapi itu mustahil.

“I love you Krichel.” bisik Niall setelah bibirnya sudah terlepas dari kening Krichel. Tidak ada reaksi apapun di wajah Krichel. Ia masih memejamkan matanya.

Niall beranjak keluar dari mobilnya. Lalu membuka pintu mobil di samping tubuh Krichel dari luar dan mengambil posisi untuk menggendong Krichel. Dan berhasil, Krichel kini tertidur di kedua lengan Niall yang menggendongnya di depan. Niall menutup pintu mobil menggunakan kaki kanannya. Lalu melangkah masuk ke dalam rumah Krichel. Niall menekan tombol kecil yang disebut bel itu menggunakan dagunya setelah berada dihadapan pintu masuk. Karena tangannya sedang tidak mungkin untuk menekan bel. Tak lama, seorang lelaki paruh baya muncul di hadapan mereka. Wajahnya sedikit panic.

“Ada apa dengan Krichel?” Tanya Mr.Damond melihat putrinya terbaring tak berdaya di pelukan Niall.

“Tidak. Ia tidak apa-apa, Mr.Damond. Ia hanya tertidur tadi di mobil saat aku membawanya pulang dan aku tidak tega untuk membangunkannya.” Niall buru-buru menjelaskan sebelum Mr.Damond memikirkan hal yang tidak-tidak.

“Oh, begitu. Ya sudah, biar aku saja yang membawanya ke kamar.” sahut Mr.Damond mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh Krichel. Tubuh Krichel pun berpindah tangan. Sekarang ia tertidur di dekapan ayahnya. “Terimakasih, Niall.” sambung Mr.Damond menyunggingkan senyuman ramahnya.

“Don’t mention it, Sir.” Niall membalas senyumannya. “Kalau begitu, aku pamit dulu.” ucapnya membungkukkan badan sejenak sebagai symbol memberi salam lalu melangkah ke mobilnya dan langsung pergi tanpa jejak.

Mr.Damond melangkah menelusuri lantai rumahnya dan kini sedang menaiki tangga menuju kamar putrinya. Krichel sedikit mengerang dan perlahan membuka matanya. Ia lumayan terkejut.

“Dad?” serunya.

“Hey, sleeping beauty.” sahut Mr.Damond

“What are you doing?”

“Menggendongmu. Tadi Niall membawamu pulang dengan keadaan kamu sedang tertidur, sayang.” jelas Mr.Damond.

“Oh, yeah. Aku tadi sangat mengantuk dan tertidur dalam perjalanan.” ujar Krichel yang sudah sepenuhnya sadar.

“It’s okay, honey. Ini kamarmu.” ucap Mr.Damond menurunkan Krichel secara perlahan ketika mereka sudah berada di depan kamar Krichel.

“Thank you, dad.”

“Alright, Krichel. Sleep tight, okay?”

Krichel tersenyum. “You too, dad.” balasnya. Mr.Damond meninggalkan Krichel dan menuju kamar tidurnya.

Krichel memasuki kamar, duduk di pinggiran tempat tidurnya sambil membuka tas dan sepatu flatnya. Lalu ia menghempaskan badannya ke atas tempat tidur nyaman itu. Senyuman manis tersungging lebar di kedua sudut bibirnya. Memejamkan mata sembari membayangkan mimpi singkat yang sangat membuat ia melayang. Di dalam tidurnya tadi, ia bermimpi mengenai seseorang.


********************************************


Aku berada di pantai yang pernah Liam tunjukkan padaku. Aku sedang bersama seorang pria yang sekarang ini sedang menggenggam erat tanganku, berada di sampingku. Berjalan di pinggir lautan biru dan merasakan dinginnya air yang sesekali menyambar telapak kaki kami berdua. Kami terlihat sangat bahagia di sana. Tertawa bersama tanpa sedikitpun merasakan beban di hati. Lalu seketika, pria itu menghentikan langkahnya dan meraih kedua tanganku di genggamannya. Kami saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain. Wajah pria itu, wajah yang selama ini aku dambakan. Pria yang selalu memberiku kejutan. Mata itu, mata yang selalu membuatku tenggelam di dalamnya, dan sekarang sedang menatap lekat ke mataku. Aku hanya berdiri beku masih dengan senyum terukir di wajahku. Tangan kanan pria itu perlahan terangkat dan menyentuh lembut pipi kiriku. Aku merasakan hangat tangannya mengalir di pipiku. Aku memejamkan mata menghayati perasaan ini. Lalu kembali membuka mata dan mendapati wajah pria ini mendekat ke arahku. Ia mendaratkan kecupan manis tepat di keningku. Cukup lama bibirnya menempel pada keningku. Ya Tuhan, aku sangat mencintainya. Kemudian ia melepas kecupannya dan menyandarkan keningnya padaku. Pandangan mata kami begitu dekat sekarang. “I Love You, Krichel.” Satu kalimat itu terucap di hadapanku. Aku segera mendekap pria tinggi yang sangat aku cintai ini. Liam James Payne.


Krichel membuka kembali matanya. Senyumnya memudar, ia langsung menyayangkan kejadian indah yang kenyataannya hanya sebuah mimpi itu. Apakah itu bisa menjadi kenyataan? Krichel terlalu takut untuk berharap banyak. Tapi ia tidak bisa memungkiri keinginan terdalamnya itu. Tiba-tiba dada Krichel terasa sesak membayangkan kemungkinan terburuk. Kemungkinan bahwa Liam tidak memiliki rasa yang sama padanya. Kemungkinan bahwa suatu saat Krichel akan kehilangan seorang Liam. Dan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja terjadi suatu saat nanti. Tapi, ia sadar itu hanyalah sebuah perasaannya saja. Dan ia tidak mau tenggelam dalam bayangannya ini, ia harus yakin bahwa masa depan akan terasa indah sesuai keinginannya.

Krichel meraih handphonenya, dan mendapatkan sebuah pasan baru tertera di layarnya. Dari pujaannya, Liam.

From : Liam Payne
Good night, Krichel
J Apa kamu sudah tidur? aku harap begitu, karena aku tidak mau kamu sakit karena tidur terlalu malam. Sweet dreams, cute xxx

Krichel tidak bisa menyembunyikan senyumnya sekarang. Bunga-bunga itu kembali bermekaran di hati Krichel. Dan Krichel juga tidak bisa menahan hawa nafsunya untuk segera membalas pesan singkat itu.

To : Liam Payne
Night too, Liam ;) sejujurnya aku belum tidur, he he. Aku belum merasa ngantuk, tapi akan aku coba untuk tidur. Thanks for caring me, Liam
J

Pesan terkirim. Sebenarnya Krichel memang jadi merasa tidak mengantuk sama sekali. Mungkin karena tadi ia sempat tertidur dan memikirkan mimpi indah serta pikiran buruk itu. Tak lama, handphone Krichel bergetar cukup lama. Ada telepon masuk? Dan benar, tertera nama Liam Payne di sana. Krichel hampir saja melonjak kegirangan. Tapi ia harus menyesuaikan dengan keadaan bahwa ini malam hari. Tanpa ragu, Krichel menekan tombol hijau dan menempelkan handphone itu di telinga kanannya.

“Halo, Liam?” seru Krichel berusaha untuk senormal mungkin.

“Hai, Krichel. Ternyata benar kamu belum tidur, kenapa?” terdengar suara lembut di seberang sana mengiang di telinga Krichel.

“Tidak apa-apa, hanya belum mengantuk. Ada apa meneleponku?”

“Hanya ingin mendengar suaramu, dan menemanimu sampai kamu tertidur.”

BLUSH! Jantung Krichel seolah akan melompat keluar dari tempatnya. Pipinya terasa panas dan tubuhnya melemas. Untung saja Krichel masih dalam keadaan berbaring sehingga tidak kehilangan keseimbangannya. “Benarkah? Kenapa kamu mau melakukan ini?”

“Tidak tahu. Tanganku reflex menekan tombol untuk meneleponmu.”

“Ha ha ha! Itu tidak mungkin, Liam!” sahut Krichel terkekeh.

“Ya, aku tahu. Itu hanya alasanku saja ha ha.”

Krichel masih dalam tawa renyahnya. “Hmm, Krichel?” seru Liam.

“Ya?” Krichel menghentikan tawaannya.

“Besok apakah kamu ada acara?”

“Aku rasa tidak. Memang kenapa?”

“Aku ingin mengajakmu ke pantai yang beberapa hari lalu pernah kita kunjungi, apa kamu mau?”

“Boleh saja. Tapi, mau apa kamu mengajakku ke sana? berenang?”

“Bukan. Hm, aku..” Liam berdeham untuk sedikit melegakan tenggorokkannya. “Nanti juga kamu akan tahu.”

Kejutan lagi? Liam memang manusia yang dipenuhi oleh hal-hal tidak terduga. Tapi, itulah yang membuat Krichel mabuk kepayang.

“O-kay. Kamu memang misterius, Liam. Ha ha. Jam berapa kita pergi?” jawab Krichel tak ada alasan untuk menolak ajakan Liam.

“Jam 7 malam, bagaimana?” usul Liam.

Sebenarnya Krichel agak aneh dengan usulan Liam untuk pergi ke pantai pada malam hari. Tapi apa boleh buat, terserah dia saja. “Baiklah.”

Perbincangan antara Krichel dan Liam tidak berhenti sampai di sana. Mereka masih melanjutkan obrolan mereka di telepon itu dengan pembicaraan yang sepertinya menyenangkan. Sesekali mereka tertawa disela-sela pembicaraan. Tapi, senyuman kedua orang itu tidak pernah pudar selama mereka mengobrol. Apapun topik yang mereka bicarakan, akan terdengar menarik entah mengapa. Mungkin memang begitulah jatuh cinta.
Niall memasuki kamar tidurnya setelah pulang mengantarkan kedua gadis tadi. Ia mendapati Liam sedang bersenda gurau dengan seseorang melalui handphone-nya. Liam terlihat senang sekali? Niall tidak pernah sebelumnya melihat Liam sebahagia itu jika sedang menelepon seseorang, kecuali kekasihnya. Tapi, Liam kan sedang tidak mempunyai kekasih. Niall jadi penasaran siapa orang di seberang sana yang sedang berbincang dengan Liam.
Malam ini termasuk sudah sangat larut. Sekarang sudah pukul 11 malam. Niall baru sampai di apartementnya karena tadi ia pergi untuk makan malam dulu di sebuah restaurant mengingat ia belum makan malam. Sudah larut seperti ini, Liam masih saja berbicara di teleponnya. Niall membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang berada di paling pinggir dekat pintu balcony. Apakah Liam sedang dekat dengan seseorang? Siapa? Niall menoleh ke kiri untuk melirik Liam. Ia sudah memutuskan sambungan teleponnya, dan senyuman masih tersungging di wajahnya. Niall memiringkan seluruh untuk tubuhnya menghadap ke sebelah kiri.

“Kau habis menelepon siapa malam-malam begini?” Tanya Niall.

“Hmm?” sahut Liam. Sepertinya ia masih terfokus pada handphone-nya jadi ia kurang jelas mendengar perkataan Niall barusan.

“Kau habis menelepon siapa, Liam?”

“Oh. Krichel.”

Krichel? Untuk apa Liam menelepon Krichel selarut ini? Oya, bukankah tadi Krichel sudah tidur? Tidak mungkin kan Liam menganggu tidur Krichel? Oh, tapi dia kan tidak tahu kalau Krichel sudah tertidur sejak di mobil tadi. Batin Niall bertanya-tanya.

“Selarut ini? Ada urusan apa kau dengannya?” Niall kembali bertanya.

Liam menoleh ke arah Niall. “Tidak ada, he he. Iseng saja.”

Niall mengerutkan dahinya dalam-dalam. Masih belum bisa mengerti pernyataan yang di katakan oleh Liam barusan. Berbagai pikiran aneh mulai bermunculan di otak Niall. Pertama ia menghilang bersama Krichel saat kami sedang bermain tadi. Sekarang ia berbincang dengan Krichel sampai selarut ini. Tadi ketika Liam menjalankan tantangannya untuk menatap mata Krichel juga seperti sedikit ada keganjalan. Ada apa sebenarnya dengan mereka? DEG! Tiba-tiba saja dada Niall menyesak. Ia baru saja mendapat satu kesimpulan yang mengerikan terlintas di otaknya. Kemungkinan itu, kemungkinan yang sama sekali tidak Niall inginkan. Kekhawatiran kini berterbangan di sekitar Niall yang sedang menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Apakah dugaannya itu benar? Kalau benar, Niall pasti akan menghadapi kesakitan yang teramat dalam. Ya tuhan, memperkirakan sesuatu yang belum pasti saja aku sudah merasa sesak seperti ini. Bagaimana jika perkiraanku itu benar? Niall memejamkan kedua matanya berusaha untuk terlelap. Berharap semua dugaan-dugaan serta ketakutan itu hilang dan memang akan hanya menjadi sebuah bayangan ketika ia bangun nanti.


********************************************


Liam sedang berdiri di hadapan lemari baju besar yang kini sedang terbuka lebar. Memeriksa semua baju yang berada di sana. Ada apa dengan Liam? Tidak biasanya ia memilih baju selama ini. Biasanya ia tidak pernah mempermasalahkan penampilan jika ingin pergi keluar. Karena asal tahu saja, semua baju Liam adalah baju yang bagus. Tidak ada baju biasa di dalamnya. Liam memang orang yang rapi dalam berpakaian, bahkan dalam segala hal. Liam masih berdiri di sana hanya dengan memakai jensnya yang berwarna hitam. Mengapa aku jadi bingung begini memilih pakaian apa yang pantas untuk pergi bersama Krichel? Liam menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Akhirnya Liam memilih kaus hitam berlengan pendek dan jacket putih untuk melapisinya. Lalu ia memakai sepatu ketsnya yang berwarna putih. Kemudian ia berdiri di hadapan cermin dan melihat pantulan dirinya di sana. Mengambil sisir yang terletak di meja di bawah cermin itu, dan mulai menyisir rambutnya yang tidak panjang itu.

“Woo, man! Mau kemana kau? Kau terlihat…” Louis menghentikan kata-katanya lalu memperhatikan Liam dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. “…tampan.”

“Benarkah? Bagus kalau begitu!” sahut Liam menghadap ke Louis.

“Ngomong-ngomong kau mau kemana?” Louis kembali bertanya.

“Ke pantai, dengan Krichel.” jawab Liam.

“Ooh, I see. A date, right?” goda Louis mengedipkan sebelah matanya.

“Ha ha ha, ya, semacam itulah.” sahut Liam. Kemudian ia meraih kunci mobilnya dan berjalan melewati Louis, keluar kamarnya. Liam berhenti di ambang pintu dan menoleh ke belakang. “Wish me luck, Lou!”

“Ofcourse, dude! Bye!” sahut Louis.

Liam melanjutkan langkahnya. Ia menyempatkan untuk mengambil gitar kesayangannya di pojok ruang TV, dan berniat membawanya. “Bye, Guys!” seru Liam seraya melewati teman-temannya yang sedang berkumpul di ruang TV.

“Mau kemana orang itu?” ujar Zayn setelah Liam menghilang di balik pintu utama ruangan mereka. Niall dan Harry hanya saling pandang dan mengangkat kedua bahunya.


Di lain sisi, Krichel sedang terus menatap dirinya di hadapan benda besar yang memancarkan duplikat dari dirinya itu di kamarnya. Bertopang dagu, sembari menatap kosong pancaran wajahnya. Wajah Krichel masih polos tidak ber-make up. Tapi, ia memang tipe wanita yang tidak suka berdandan, jadi wajar saja. Namun, penampilan dirinya sudah terlihat sangat cantik. Ia sekarang sedang mengenakan kaus merah berlengan pendek yang dilapisi dengan jaket jeans, dan menggunakan celana jeans panjang berwarna biru. Simple, but perfect!
Krichel beralih melihat handphonenya dan terlihat jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh malam. Pasti sesaat lagi Liam akan datang menjemputku. Ucap Krichel di dalam hatinya, lalu mendesah pelan. Entah ada apa dengan perasaannya. Hatinya terus berdegup tanpa alasan. Degupan yang berarti gugup, senang, khawatir, atau entahlah, Krichel sendiri tidak tahu apa arti degupan ini. Ia merasa akan ada sesuatu yang tidak terduga terjadi malam ini. Dan sesuatu itu bisa membuat kebahagiaan di hidupnya. Tapi ia tidak mau terlalu jauh berharap. Sesaat kemudian, terdengar suara klakson mobil seolah memanggil Krichel.

“Yap, it’s the time!” seru Krichel lalu meraih tas kecilnya dan beranjak keluar rumah untuk menghampiri si penyuara klakson itu yang sudah bisa dipastikan adalah Liam.

Benar. Sosok Liam pun sedang terlihat bersandar di mobil hitam pekatnya melihat lurus ke dalam rumah besar Krichel. Dan tak lama, gadis itu pun muncul, datang menghampirinya.
“Hai.” satu kata singkat terlontar dari bibir Liam.

Krichel tersenyum. “Hai, Liam.”

Liam membalas senyuman Krichel. “Ayo kita berangkat!” ucapnya lalu membukakan pintu mobil untuk Krichel dan menutupnya kembali setelah Krichel berada di dalam mobilnya.
Terjadi suasana yang sedikit terasa aneh ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Keduanya saling terdiam dan tidak ada yang berani membuka pembicaraan. Liam mulai melajukan mobilnya.

“Jadi, apa yang akan kita lakukan di pantai?” akhirnya Krichel-lah yang memulai untuk bersuara sebelum suasana seperti tadi membunuh mereka berdua.

“You will know after we already arrive there.” jawab Liam, mengedipkan sebelah matanya.

“Another surprise?”

“Emm..” Liam menggantungkan kata-katanya. “…maybe.”

“Oh, seriously Liam. You are really really mysterious!”

“Yeah, I am!”

Krichel tertawa mendengar sahutan Liam tersebut. Liam pun ikut tertawa. Mereka terus mengobrol sampai akhirnya sekarang sudah tiba di pantai.

“Oke, kita sudah sampai!” seru Liam.

Mereka berdua pun turun dari mobil dan dengan beriringan berjalan memasuki pantai. Tapi, tiba-tiba Liam menghentikan langkahnya.

“Oh, shit.” ucap Liam.

“Ada apa?” Tanya Krichel sedikit khawatir.

“Krichel, I’m sorry, I must to go to the toilet.”

Krichel terkekeh. Sempat-sempatnya Liam merasa ingin buang air disaat seperti ini? ha ha ha. “O-okay.” sahut Krichel sembali tertawa kecil.

“Kamu jalan saja terus sampai ke tempat kita pernah duduk berdua di sana,” ucap Liam menunjuk suatu tempat. “lalu aku akan menemuimu di sana, oke?”

“OK then.” Krichel mengangguk mengerti. Lalu berjalan perlahan ke tempat yang dimaksudkan oleh Liam tadi.

Liam sebenarnya tidak benar-benar pergi ke toilet, melainkan ia kembali ke mobilnya dan mengambil gitar. Kemudian bersembunyi di balik pohon kelapa besar sambil memerhatikan Krichel dari belakang. Kelihatannya ia sedang merencanakan sesuatu. Liam tidak melepaskan pandangannya dari Krichel. Sampai akhirnya Krichel berhenti di tempat yang ia maksud, dan berdiri terdiam di sana. Ia segera merogoh saku celananya dan mengambil suatu benda. Benda hitam berukuran persegi panjang kecil seperti kunci alarm mobil. Di benda itu juga terdapat satu tombol kecil. Entah apa kegunaan dari benda tersebut. Tanpa ragu, Liam menekan tombol yang ada di benda itu. Sekejap, sesuatu yang sangat tidak terkira muncul di permukaan pasir pantai. Dan Krichel terlihat sangat terkejut saat itu.



-to be continued-