#1DLS "Your Smile" Part 1
created by @DyahAnindes
I hope you will like it and enjoy reading it. I'm sorry if
this is a bad, tell me what you think about this story :)
----------------------------------------------------
The end of the night
We should say goodbye
But we carry on
While everyone’s gone
Never felt like this before
Are we friends or are we more?
As I’m walking towards the door
I’m not sure
But baby if you say you want me to stay
I’ll change my mind
'Cause I don’t wanna know I’m walking away
If you’ll be mine
Won’t go, won’t go
So baby if you say you want me to stay, stay for the night
I’ll change my mind.
Lean in when you laugh,
We take photographs
There’s no music on
But we dance along
Never felt like this before
Are we friends or are we more?
As I’m walking towards the door
I’m not sure.
But baby if you say you want me to stay
I’ll change my mind
'Cause I don’t wanna know I’m walking away
If you’ll be mine
Won’t go, won’t go
So baby if you say you want me to stay, stay for the night
I’ll change my mind.
I’ll change my mind.
Baby if you say you want me to stay
I’ll change my mind
But baby if you say you want me to stay
I’ll change my mind
'Cause I don’t wanna know I’m walking away
If you’ll be mine
Won’t go, won’t go
So baby if you say you want me to stay, stay for the night
I’ll change my mind.
Change My Mind by One Direction. Lagu ini baru saja di
akhiri oleh seorang gadis berambut hitam panjang dengan pakaian sederhana yang
sedang mendengarkan lagu dari Just Beatnya. Gadis ini sangat menghayati lagu
yang baru saja di putar pada track lagu di iPhonenya itu. Menyanyikan lagu
tersebut dengan fasih tak terbata-bata. Sepertinya gadis ini memang hapal betul
lirik dari lagu ini. Suara gadis ini tidak jelek. Tidak terlalu bagus juga,
tetapi cukup bisa di nikmati bagi siapa saja yang mendengarkannya. Suaranya
lembut, mungkin karena lagu yang dinyanyikannya juga termasuk mellow. Gadis ini
menghadap jendela dan memandangi hujan rintik yang membasahi benda yang terbuat
dari kaca tersebut.
Dengan memeluk boneka kesayangannya sembari memejamkan mata
dan menghayati lagu berikutnya yang diputar di iPhonenya saat ini. I Would,
judul lagu yang kali ini gadis itu sedang dengarkan. Seiring dengan irama
lagunya yang lumayan beat, gadis ini, Krichel mengayun-ayunkan bonekanya
seperti sedang berdansa atau lebih tepat dikatakan dengan nge-dance.
Krichel memang sangat amat menyukai Boyband asal Inggris
ini, ya, One Direction. Sebutan untuk gadis ini adalah Directioner, nama fans
dari One Direction. Krichel banyak mempunyai pernak-pernik bernuansa One
Direction. Mulai dari poster, gelang, kalung, jacket, baju, dan yang lainnya.
Kamarnya dipenuhi dengan tempelan poster-poster One Direction. Entah berapa
jumlahnya, banyak, sangat banyak. Mungkin keinginannya tentang One Direction
dihidupnya sudah terpenuhi semua. Oh, kecuali satu, bertemu dengan One
Direction. Ya, gadis ini belum pernah sama sekali bertemu dengan Boyband yang
sedang naik daun ini. Dan keinginannya untuk yang satu ini sepertinya mustahil
untuk terlaksanakan. Disamping perbedaan Negara yang sangat jauh, Indonesia-USA
(keberadaan One Direction saat ini), One Direction juga belum membicarakan soal
akankah mereka mengadakan konser di Indonesia.
Jika mengenai biaya, Krichel sudah cukup banyak mempunyai
uang hasil tabungannya. Jadi, untuk membeli tiket konser 1D, Ia rasa sudah
tercukupi. Tapi untuk pergi ke Negara maju tempat Boyband pujaannya itu berada,
rasanya tidak mungkin cukup. Dan mana mungkin orang tuanya mengizinkannya untuk
pergi ke sana sendirian. Krichel hanya gadis berumur 17 tahun yang belum pernah
ke luar negeri sendirian, ditambah sedang ada permasalahan diantara kedua orang
tuanya yang menyebabkan pertengkaran-pertengkaran terjadi dalam beberapa hari
ini. Dan tidak mungkin juga Ia izin pergi ke sana hanya karena untuk melihat
idola besarnya. Tingkat perizinan yang akan diberikan oleh orang tuanya adalah
0%. Jadi untuk sekarang ini Krichel hanya bisa mewujudkan obsesinya dengan
mempunyai segala hal tentang One Direction.
Ini adalah hari Minggu, pukul 09.00 WIB. Krichel masih
terbaring manis melekat pada benda besar yang terbuat dari busa itu. Kain
lembut nan tebal juga masih menutupi seluruh tubuh Krichel hingga batas
lehernya. Mustahil bagi Krichel bila dia sudah bangun sepagi ini dan terlebih
ini adalah Minggu. Dia pasti masih berada di alam mimpi indahnya bersama
artis-artis tampan dan membayangkan Ia sedang diperebutkan dengan mereka. Hmm..
gadis pemimpi.
RIIINGGGGGG!!!!
“Oh, shit man! Shut up you stupid clock!
this is Sunday!”. Gerutu Krichel lalu melemparkan sebuah bantal kearah jam
beker di meja yang terletak di samping tempat tidurnya itu.
RIIINGGGGGG!!!!
“Oke, oke aku bangun, benda mati cerewet! ugh!” Ia pun berjalan tertatih menuju
jam bekernya untuk mematikan bunyi nyaring itu. Setelah bersusah payah meraih
jam itu karena berjalan sambil mata terpejam, akhirnya Ia berhasil
menghentikannya.
Krichel memeriksa iPhonenya untuk melihat ada massage atau
tidak. Ternyata ada 5 massages belum dibaca. Ia membacanya satu per satu. Pesan
pertama dari Vivian, teman dekat Krichel. ‘Chel, nanti pergi nonton yuk!
penasaran banget nih sama Breaking Dawn part 2 hehe. Mau ya? kalau mau nanti
aku jemput jam 10.30, Ayolah ini kan Minggu ;)’ dan Krichel membalasnya ‘Oke,
darl. sampai ketemu yaaa..’ lalu Krichel membaca pesan yang kedua. Pesan ini
dari Vivian juga. Isinya sama persis seperti yang pertama. Tapi beda 15 menit
dilihat dari waktu terkirimnya. Mungkin Vivian sengaja mengirimkannya lagi
karena tidak mendapat balasan cukup lama. Pesan ketiga, keempat, dan kelima
pengirimnya hanyalah operator. “Ih sok kenal banget sih operator sampe SMS aku
segala, huh!” ucapnya dengan nada kesal, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Pukul 10.15, Krichel sudah rapi dengan dandanannya yang
tidak begitu elegan namun tetap bisa membuatnya cantik. Sepatu boots berbahan
kain setinggi betis berwarna coklat dengan banyak kancing, melekat di kedua
kakinya. Baju putih polos dibalut dengan jacket hitam yang dibiarkan terbuka
serta hot pants jeans membuat gadis mungil ini semakin cantik. Rambutnya Ia
gerai dan diberikan jepit rambut pink untuk menghiasi rambut hitam pekatnya
itu. Krichel menuruni tangga menuju ruang makan. Karena Ia tahu bahwa dirinya
sangatlah lapar.
“Pagi Ma..” sapa Krichel begitu melihat Ibunya sedang
menuangkan nasi goreng kedalam sebuah piring.
“Pagi, sayang. Ayo kita makan! Mama udah siapin semuanya.”
“Oke, Ma. Oya, Ma, Papa mana ?” Tanya Krichel sembari
menarik kursi dan duduk di hadapan Ibunya.
“Gak tau. Tadi malem Papa pergi waktu habis bertengkar sama
Mama. Tapi Mama gak tau dia pergi kemana.”
“Ma, sebenernya Papa sama Mama ada masalah apa sih? kenapa
beberapa hari belakangan ini Papa sama Mama sering berantem?” Tanya Krichel
penuh keseriusan, kemudian menggigit ujung roti yang beroleskan selai kacang
itu.
Ny. Damond-mamanya Krichel-terdiam sejenak. Menarik napas
dalam, lalu menghembuskannya. Terlihat sekali bahwa pertanyaan Krichel barusan
membuatnya terpukul.
“Mama sedang tidak ingin membicarakannya.” ucapnya
menggeleng pelan.
“Yasudah, kalau begitu. Mungkin Mama belum siap untuk
menceritakannya padaku. Tapi lain kali, aku harus tahu semua sebab-akibat Papa
dan Mama bertengkar. Ingat, aku anak kalian.” serunya dua kali lebih serius
dari pertanyaannya tadi.
TIINNN.. TIIIINNNN..
suara klakson mobil terdengar dari
depan rumah Krichel.
“Vivian sudah datang. Aku akan pergi menonton bersamanya.
Mama hati-hati ya di rumah sendirian. Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku, dan
aku akan segera pulang.” tukas Krichel lalu mencuim kedua pipi Ibunya.
“Iya sayang, kamu juga hati-hati ya!”
“Bye, Ma…”
“Oh My Lovely Godness! It’s amazing film I ever watch!!!
Aaaaa.. iya kan, Chel?” seru Vivian yang sangat takjub atas apa yang baru saja
mereka tonton berdua bersama Krichel. Gadis ini memang sangat ekspresif. Jadi
apapun perasannya, ia pasti akan mengekspresikannya.
“Please deh, Vi. Gak usah lebay! Bagus sih emang filmnya,
banget malah, tapi gak usah segitunya jugaaa..” gerutu Krichel yang mulai
pusing dengan ocehan Vivian yang memang sepanjang film diputar Ia selalu
mengeluarkan komentar-komentar berlebihan bahkan mengekspresikannya juga dengan
berlebihan.
“Abis aku bener-bener terkesima, Chel. Adegan-adegan filmnya
itu lhoo! Apalagi pas peperangannya! Astaga, aku sampe kehabisan kata-kata
betapa kerennya film ituu!”
“Ya, ya, Vi. Enough ya lebaynya. Mending sekarang kita
pulang, yuk!” ajak Krichel sembari melihat jam tangannya, pukul 13.55.
“Kenapa kita gak makan siang dulu, Chel? Aku laper nih..
Kamu juga laperkan?” ucap Vivian menaik-turunkan alisnya karena Ia tahu bahwa
Krichel adalah tipe cewek yang mudah lapar.
Well, sebenarnya perkataan Vivian memang sangat benar.
Bahkan Krichel sudah menahan lapar sejak dari pertengahan film tadi.
“Hmm,
boleh juga.”
10 menit kemudian, mereka sampai di foodcourt yang terletak
pas di samping kiri Carefour. Setelah mereka duduk di bangku yang kosong,
mereka langsung memesan makanan yang mereka inginkan. Tak lama pesanan pun
datang dan mereka berdua langsung melahap makanan masing-masing tanpa mengobrol
sama sekali. Mungkin kedua gadis ini sangatlah lapar. Tidak terkesan buru-buru,
15 menit kemudian mereka selesai makan siang.
“Vi, aku mau ke toilet dulu ya, kebelet, hehe”. ucap Krichel
dengan cengirannya yang khas.
“Oke, jangan lama-lama ya.”
“Sip..”
Krichel pun beranjak dari meja tempat mereka makan tadi dan
menuju ke kamar mandi wanita. Krichel melangkah dengan terburu-buru. Ia melangkah
tanpa melihat ke depan, melainkan dengan merunduk. Entah kenapa, Ia merasa
orang-orang yang berada di foodcourt itu sedang memerhatikannya. Padahal, itu
Cuma perasaannya saja. Karena kenyataannya orang-orang itu sibuk dengan
urusannya masing-masing. Krichel memang seperti itu, jika berada di sekitar
orang banyak, Ia pasti nervous. Padahal Ia sedang tidak melakukan apa-apa, tapi
tetap saja perasaan aneh yang membuat wajahnya hangat itu menghampirinya.
Mungkin karena Krichel adalah gadis yang kurang percaya diri.
Ketika Ia ingin berbelok ke arah pintu toilet, Krichel
menabrak seseorang yang kelihatannya juga sedang terburu-buru. Krichel
terjatuh. Ia pun mengaduh kesakitan karena pas sekali bagian bokongnya
menyentuh lantai cukup keras.
“Aw.. Aduh sakit!” rintih Krichel sambil mengelus-elus
bagian bokongnya dan mencoba bangkit dari jatuhnya.
“I’m sorry, Girl! I didn’t mean..” seru seseorang
yang-sebernarnya- menabrak Krichel. Orang itu mencoba untuk membantu Krichel
berdiri. Namun Krichel tidak menghiraukan uluran tangan orang itu dan langsung
berdiri sendiri. Ia masih merunduk mencoba melihat bagian bokongnya apakah
kotor atau tidak.
“Are you okay?” Tanya seseorang itu yang sepertinya adalah
seorang pria.
Krichel mendongak melihat wajah orang itu. Dan ternyata… OH
MY GOD!!!!!! Sepertinya Ia sama sekali tidak percaya atas apa yang Ia lihat
dihadapannya saat ini. Tubuhnya membeku, jantungnya berdegup amat amat sangat
cepat. Napasnya tersenggal-senggal, dengkulnya melemas. Wajahnya seketika
terasa sangat hangat-bahkan panas, berkeringat-hingga terasa sampai telinganya.
Lidahnya tidak berfungsi untuk saat ini, kaku, sangat kaku. Suaranya juga
tercekat. Padahal ingin sekali Ia berteriak sekencang mungkin jika Ia bisa.
Mata Krichel membesar dan unuk beberapa detik mengerjap-erjap tanpa henti
seakan yang dilihatnya saat ini adalah seorang artis terkenal yang sangat Ia
idolakan.
“Hey, girl? are you alright?” ulang seseorang itu karena
selama beberapa menit ini gadis yang Ia tabrak tidak berkata sedikit pun.
Melainkan terus melihat lekat ke wajahnya dengan ekspresi yang tidak Ia
mengerti. Seseorang itu melambai-lambaikan telapak tangannya tepat di depan
mata Krichel.
Tiba-tiba Krichel melemas dan jatuh pingsan. Astaga!
Bagaimana tidak! Ternyata orang yang berada di hadapannya itu adalah Niall
Horan, salah satu personil One Direction! Terang saja Krihel menjadi seperti
itu. Pasti Ia sangat kaget karena memang sangat tidak mungkin seorang artis
luar negeri papan atas yang sudah sangat terkenal bisa berda di foodcourt kecil
seperti ini. Bukan, bahkan sangat sulit dipercaya artis ini bisa berada di
Indonesia! Dan terlebih lagi, artis ini adalah idola besar Krichel yang selama
ini sangat Ia harapkan untuk bisa bertemu dengannya.
“Oh my God! Apakah aku menabraknya terlalu kencang sampai
gadis ini jatuh pingsan? apakah tulang belakangnya patah? apa dia mati? Ya Tuhan..
apa yang harus aku lakukan?” seru Niall Horan dalam bahasa Inggris, terlihat
sekali bahwa Ia sangat khawatir. Ia takut terjadi apa-apa dengan gadis yang
tidak di kenalnya ini dan harus bertanggung jawab karenanya.
Niall pun menggendong Krichel dengan terbaring di kedua
lengan besarnya. Berjalan dengan tergesa-gesa dan langsung membawa Krichel
masuk ke dalam mobilnya yang Ia parkir tepat di depan pintu masuk mall ini.
Niall membaringkan Krichel pada bangku belakang. Lalu beranjak ke tempat kemudi
dan duduk di depan stir mobilnya.
“Kemana aku harus pergi membawanya? Ke Rumah
Sakit? ah, tidak. Akan panjang urusannya. Atau aku bawa ke rumah Oscar saja? di
sana kan sedang tidak ada orang, jadi aman. Tapi, kalau gadis ini terluka
bagaimana? Yah, biar sajalah. Yang penting aku harus menolongnya.” gerutu Niall
sembari mengendarai mobilnya. Ia akan membawa Krichel ke rumah Oscar-sepupu
Niall-dan akan merawatnya sampai Krichel sadarkan diri.
Perlahan Krichel mencoba membuka kedua matanya. Sangat berat
dan kepalanya sakit. Krichel masih tidak bisa melihat jelas berada dimana dia
sekarang. Ia juga tidak mengerti mengapa Ia bisa berada disini. Apa yang
sebenarnya terjadi? pikirnya. Krichel mendudukan dirinya dan bersandar di
kepala kasur berwarna biru dongker itu. Melihat sekeliling dan berpikir, aku
ini ada dimana? bagaimana bisa aku berada disini? Kepalanya semakin pusing jika
memikirkan hal itu. Jadi, Ia putuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak.
Karena Ia juga tidak tahu mengapa kepalanya jadi sesakit ini.
“Hey, kamu sudah sadar rupanya? syukurlah..” ucap Niall yang
muncul membawakan segelas air putih yang diletakkan di atas nampan.
Krichel membuka mulutnya lebar-lebar, membesarkan matanya,
dan kemuadian menutup mulutnya menggunakan kedua tangan lalu menggeleng cepat.
“Impossible.” gumamnya pelan.
-to be continued-
Maaf ya kalo banyak typo ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar