#1DLS "Your Smile" Part 7
created by @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
“Dan masih ada aku kan, Liam?” ucap Zayn bercanda sambil
mengedipkan matanya pada Liam.
“Ha ha ha ha ha..” serempak mereka semua tertawa di sertai
gelengan mendengar ucapa Zayn tadi.
-skip-
Pukul 9 pagi di waktu Amerika Serikat.
"Astaga!!! Aku hampir
terlambat!” seru Krichel yang segera melompat dari tempat tidurnya. Berlari ke
kamar mandi sampai-sampai dirinya terselandung dengan selimutnya.
“Oh, shit!”
gerutunya sambil menahan sakit.
Untung saja ia tidak terpeleset ketika kakinya
melangkah masuk ke kamar mandi. Waktu mandi Krichel berjalan 20 menit. Dan itu
pun masih terasa kurang untuk Krichel. Karena ia tidak sempat berlulur
–rutinitas tambahan Krichel setiap mandi. Dan itu juga dikerjakannya serba
terburu-buru. Waktu mandi Krichel biasanya sampai 40 atau 45 menit. Entah apa
yang dilakukannya saat mandi. Yang jelas hari ini adalah waktu mandi tercepat
Krichel.
“Kenapa dihari sepenting ini harus bangun siang, sih?”
gerutunya sambil mengacak-acak lemari pakainannya untuk memilih baju apa yang
pantas untuk di kenakannya.
“Baju apa yang harus aku pakai untuk bertemu
mereka?” satu per satu baju ia lempar ke tempat tidurnya.
“Atau pakai dress
saja?” ia berpikir sejenak.
“Ah tidak! Aku tidak bisa leluasa jika mengenakan dress.”
Ia kembali memilih-milih.
“Kemeja?” ia kembali berpikir.
“Ugh, terkesan sangat
cowok!”.
Dan pada akhirnya ia memilih kaus hitam berlengan panjang dengan
gambar love pink besar menutupi bagian depannya. Lalu celana jeans putih
panjang serta sepatu converse putih bertalinya. Rambutnya ia kuncir satu
kebelakang dengan menyisakan pony dan sedikit rambut yang jatuh pada pipi kiri
dan kanannya. Ia juga membawa tas berwarna hitam yang berukuran sedikit lebih
besar dari dompet untuk menaruh uang dan handphonenya.
Pukul 08.56, Krichel sudah selesai berpakaian dan berdandan.
Sebenarnya ia tidak suka berdandan. Dandanan andalannya, ya, hanya mengenakan
bedak dan menyisir. Suara klakson mobil terdengar.
“Untung aku tepat waktu.” serunya lalu langsung bergegas
keluar rumah.
“Good morning, Niall!” sapa Krichel ketika ia sudah berada
di hadapan Niall.
“Morning, sweet.” sahut Niall tersenyum. Lalu memperhatikan
Krichel dari atas sampai bawah.
“You look like… Beauty Simple Girl.”
Krichel hanya tertawa mendengarnya, sedikit tersipu. Mereka
berdua pun menaiki mobil Niall. Tak lama, mereka sudah berada di dalam mobil.
“Kita berangkat sekarang?” Tanya Krichel.
“Next year.” jawab Niall bergurau.
“Of course now, Krichel!
Ha ha. Kenapa? Kamu gugup?”.
Krichel tidak menjawab. Ia hanya tersenyum masam
dan menunduk. Niall menggapai tangan Krichel dan mengenggamnya sembari
tersenyum manis. Krichel menoleh ke wajah Niall dan membalas genggaman tangan
Niall. Krichel tersenyum, lalu mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya
perlahan.
“Apa kamu sudah sarapan?”
Krichel menggeleng.
“Tadi aku bangun kesiangan jadi tidak
sempat untuk sarapan.”
“Sama.” sahut Niall tertawa kecil.
“Yasudah, aku akan
mengajakmu untuk makan cheese burger. Kedai kecil yang menjual cheese burger
itu berjualan di taman. Tepatnya, di pinggir taman. Tamannya indah, nanti kamu
pasti akan suka.” Krichel mengangguk sebagai jawaban.
Niall melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Selama
perjalanan, mereka berdua mengobrol dengan asyik. Niall banyak menceritakan
tentang The Boys. Bahkan dia menceritakan profilnya satu per satu. Krichel
hanya mendengarkannya dengan saksama dan sering kali tertawa karena ada saja
tingkah Niall yang lucu sehingga membuat dirinya tertawa. Dan masing-masing
dari The Boys juga mempunyai sifat-sifat unik yang lucu. Ternyata perkiraan
Krichel selama ini benar, pasti akan merasa sangat nyaman dan seru jika ia
berada di antara lelaki-lelaki tampan itu.
Mobil Niall berhenti di bawah pohon besar yang rindang.
Mereka sudah sampai pada taman yang dimaksud oleh Niall. Niall turun dari mobil
lalu membukakan pintu untuk Krichel.
“Thank you.” ucap Krichel.
“Ayo kita masuk ke taman.” ajak Niall. Krichel menyamakan
langkahnya dengan Niall, tangannya digenggam.
Krichel dan Niall memasuki taman yang sedang ditumbuhi
bunga-bunga indah itu. Oh, ya, ini adalah bulan Mei berarti sedang musim semi.
Jelas saja bunga-bunga ini bermekaran dengan sangat indah. Krichel sangat
takjub melihatnya. Baru pertama kali ia melihat taman seindah ini.
“Kamu suka?” Tanya Niall.
“Sangat.” jawab Krichel mengitari pandangannya ke seluruh
taman.
Niall tersenyum puas. Senang sekali rasanya membuat Krichel
bahagia. Karena dengan membuatnya bahagia, senyuman itu selalu muncul di
wajahnya. Dan itulah yang Niall tunggu setiap dirinya berada di sisi Krichel.
Mereka berjalan menyusuri taman. Sampai akhirnya mereka menemukan kursi kosong
lalu duduk di kursi taman yang berwarna cokelat kemerahan itu.
“Aku akan memesan dua cheese burger. Kamu tunggu di sini
ya!” seru Niall yang di jawab dengan anggukan Krichel. Lalu Niall pun
meninggalkan Krichel di kursi itu.
Liam sedang melihat pancaran dirinya di air sungai yang
tenang itu. Ia sedang berada di taman, tepatnya di jembatan batu yang di
bawahnya terletak sungai yang jernih. Ia menyilangkan tangannya pada pingiran
jembatan. Menoleh kebawah, melihat wajahnya yang terpantul oleh cahaya sehingga
terpancar di air sungai itu. Masih meratapi kesedihannya. Dia memang tidak
ingin seperti ini, tapi ia tidak bisa. Sekeras apapun ia mencoba, bayangan
gadis yang menyakitinya itu masih berputar-putar dengan jelas di otaknya. Ia
pergi ke taman ini dengan maksud untuk menenagkan pikirannya. Membersihkannya
dari bayangan gadis itu. Tapi yang terlintas di pikirannya masih saja orang
yang sama, Danielle.
Liam mengambil napas lalu membuangnya. Membalikkan badannya
lalu bersandar di pinggiran jembatan batu itu. Mengitari pandangan ke seluruh
penjuru taman. Ada anak-anak kecil yang sedang bermain, ia tersenyum
melihatnya. Ada sepasang kekasih yang sedang duduk berdua di bangku taman, dan
kali ini dia langsung mengalihkan pandangan. Bunga-bunga indah yang bermekaran
sedikit membuat hati Liam tenang dan melupakan masalahnya. Sampai pada akhirnya
pandangannya terhenti pada seorang gadis yang sedang duduk sendiri di bangku
taman, di sebelah tanaman bunga tulip kuning yang cantik. Gadis itu sedang
melihat-lihat sekitar taman. Sepertinya gadis itu sangat menyukai taman ini.
Dan jelas sekali pasti ini kali pertamanya berada di sini. Karena kalau orang
yang sudah biasa, pasti tidak setakjub itu lagi melihat taman ini.
Gadis itu selalu mengembangkan senyumannya. Liam bisa
melihat itu. Senyuman yang indah, seindah wajahnya. Pikir Liam. Untuk beberapa
saat ini, Liam terhanyut oleh senyuman gadis itu. Senyumannya sama seperti
bunga-bunga di taman ini. Indah, dan menenangkan jiwa. Siapa kira-kira gadis
itu? Tak sadar, Liam sejenak sudah melupakan masalahnya dengan melihat senyuman
gadis itu. Liam pun ikut tersenyum seolah terhipnotis dengan senyuman itu.
Tapi, tak lama, Liam kembali ke kenyataannya. Memalingkan pandangannya dari
gadis itu, menggeleng-gelenggkan kepalanya.
“Apa yang aku pikirkan?” ucapnya berbicara pada diri
sendiri.
Liam mengangkat tangan kirinya untuk melihat angka di jam
tangannya. Pukul 10.15, Liam beranjak dari taman itu dan menuju ke cafe
terdekat. Sejak pagi, Liam sudah keluar dari apartemen dan menyusuri
jalan-jalan sesuka hatinya dengan tujuan menenangkan pikiran. Sampai-sampai ia
lupa bahwa dirinya belum makan sejak kemarin malam. Jadi, ia memutuskan untuk
pergi ke salah satu café terdekat untuk sarapan.
Niall kembali ke kursi taman yang sedang di tempati Krichel
dengan tiga buah cheese burger di tangannya.
“Kamu bilang akan memesan dua cheese burger?” Tanya Krichel
mengerutkan dahinya.
“Ya tadinya, tapi setelah aku pikir-pikir, aku sangat lapar
jadi aku akan makan dua, he he.” jawab Niall dengan polosnya.
“Ha ha ha! Ternyata benar. You’re the hungry boy!” ucap
Krichel tertawa lepas. Niall hanya tersenyum canggung.
Lalu mereka pun duduk berdua di kursi taman itu. Menikmati
cheese burger sembari memandangi pemandangan di sekitar taman indah itu.
Walaupun ini sudah memasuki akhir musim semi, tapi keindahan tanaman-tanaman
yang tumbuh belum hilang. Udara yang hangat semakin membuat keindahan alam
lebih terpancar. Krichel bahagia sekali karena bisa merasakan hangatnya musim
semi dan kecantikan alam di musim semi. Ia jadi tidak sabar ingin merasakan
bagaimana keadaan alam di musim-musim lainnya. Terlebih musim dingin. Ia ingin
merasakan kelembutan butiran-butiran salju. Melihat seberapa indah benda putih
nan elegan itu jika mendarat di telapak tangannya. Pasti sangat cantik.
Pikirnya.
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah menghabiskan santapan
mereka. Krichel dan Niall pun beranjak meninggalkan taman dan menuju ke tempat
Niall memarkirkan mobilnya. Setelah sampai, mereka berdua langsung masuk ke
dalam dan melanjutkan perjalanannya menuju apartemen di mana The Boys tinggal.
Tidak jauh dari taman itu. Ternyata waktu tempuh ke apartemen The Boys hanya 5
menit dari taman. Dan sekarang, mereka berdua sudah berada di depan apartemen
itu.
Masih di dalam mobil, Krichel tiba-tiba membeku saking
gugupnya. Niall yang sudah membuka pintu mobil, kembali menutupnya karena
dilihatnya Krichel yang seperti itu.
“Are you okay?” Tanya Niall khawatir.
“Yea, I’m just… Nervous.”
“Hey, calm down. Aku yakin kamu bisa mengendalikan emosi
kamu. Krichel, kamu harus percaya diri.” ucap Niall meyakinkan hati Krichel.
Krichel mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya
perlahan.
"Yeah, you’re right. I can do it!”
“Good!” sahut Niall mengelus pelan pony Krichel.
Mereka berdua berjalan memasuki apartemen dengan tangan
Krichel yang digenggam oleh Niall. Tangan Krichel begitu dingin, Niall bisa
merasakan itu. Pintu lift terbuka, ruangan The Boys berada di lantai lima.
Apartemen itu bisa dibilang sangat megah. Terdiri dari 11 lantai dengan 1
lantainya yang terdiri dari 3 buah ruangan yang besar. Cat apartemen itu
berwarna keemasan. Terlihat sangat mewah layaknya sebuah hotel bintang lima.
Ya, tapi Krichel tidak meragukannya. Jelas saja The Boys tinggal di apartemen
semegah ini. Mereka kan artis papan atas.
Ting! Suara dentingan dari lift disertai dengan terbukanya
pintu lift. Mereka sudah berada di lantai lima. Perlahan Krichel dan Niall
melangkahkan kakinya keluar dari lift. Tangan Krichel kembali mendingin, lebih
dingin dari sebelumnya. Niall yang mengetahui rasa nervous Krichel yang semakin
meningkat, mempererat genggaman tangannya. Seolah memberikan keyakinan bahwa
Krichel pasti bisa mengendalikan rasa gugupnya.
‘Room 14’ tulisan yang tertera di pintu yang sekarang ada di
hadapan Niall dan Krichel.
“This is our room! Are you ready?” ucap Niall menoleh ke
arah Krichel sebelum ia memegang gagang pintu untuk membukanya.
Niall melepas genggaman tangannya dengan Krichel dan mulai
memegang gagang pintunya. Oh, shit! mengapa aku jadi ikut merasa gugup? Pikir
Niall. Tapi, dengan cepat ia langsung membuang perasaan itu dan tertawa kecil.
“Niall, wait!” seru Krichel. Niall hanya menanggapinya
dengan senyuman lalu memutar gagang pintunya.
Dengan cepat Krichel langsung
beranjak ke belakang badan Niall. Tidak tahu kenapa, ia masih saja merasa belum
siap. Niall tidak sadar kalau Krichel bersembunyi di balik badannya. Sampai
pintu itu terbuka.
“Hey, guys!” sapa Niall kepada teman-temannya.
“Hallo, Niall!” sahut Louis yang menyadari kedatangan Niall.
Yang lain tampaknya tidak menyadari kedatangan Niall karena sedang asyik
menonton TV. Atau.. oh, bukan. Mereka sedang memperebutkan remot TV! Astaga.
“Hey, mana teman yang kau ceritakan?” Tanya Louis. Semua yang ada di ruangan
menoleh ke arah Louis berbicara. Mereka baru sadar akan kedatangan Niall.
Niall menoleh ke sebelah kiri. Tidak ada orang di sana.
“Krichel?” Niall mencari dimana sosok Krichel.
Lalu Niall menoleh ke belakang.
“Hey, what are you doing?!”
Krichel hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Lalu perlahan memunculkan dirinya dan pada akhirnya kembali berdiri di samping
Niall. Niall menggandeng Krichel masuk ke dalam ruangan.
“This is my friend,
Krichel.” ucap Niall setelah berada di hadapan The Boys.
Krichel diam membeku. Dilihatnya satu per satu para lelaki
di hadapannya saat ini. Detak jantungnya menjadi cepat. Napasnya tercekat.
Serasa ia akan jatuh pingsan lagi. Tapi, ia menguatkan dirinya dan mencoba
mengontrol emosinya. Mengatur napasnya yang mulai tidak beraturan.
“Hallo, Krichel! I’m Zayn Malik.” seru lelaki yang biasa
dipanggil Zayn itu sembari menjulurkan tangan kanannya dan memperlihatkan
senyuman mautnya.
Sekarang pandangan Krichel beralih ke wajah sang pemilik
uluran tangan ini. Mencoba tersenyum, lalu kembali menjabat tangannya.
“Louis Tomlinson.” lanjut lelaki berbaju garis-garis ini
tersenyum dan juga mengulurkan tangannya untuk menjabat Krichel. Krichel
menjabat tangan Louis.
“My name is Krichel Damond. Ehm, Krichel Nash Damond.” ujar
Krichel setelah mengumpulkan segenap tenaga untuk berbicara.
“Ayo duduk!” seru Niall tiba-tiba. Dan langsung di turuti
oleh semua yang ada di ruangan.
“Well, boys, ini adalah temanku yang berasal
dari Indonesia. Dan dia seorang Directioner.” lanjut Niall mengembangkan
senyumannya.
“Tapi, kenapa kamu telihat…” Nervous. Itu yang akan
dikatakan oleh Zayn, tapi ia menghentikan ucapannya.
Niall tertawa kecil.
“Asal kalian tahu, dia ini sangat
sangat sangat gugup berhadapan dengan kalian! Ha ha ha.”
Krichel yang merasa
diledeki segera memukul bahu Niall.
“Aw!” ringis Niall mengusap bahunya.
“Ha ha! Hey, Krichel, biasa sajalah. Kami senang bisa
mempunyai teman baru sepertimu. Ya kan, guys?” seru Louis.
Semuanya mengangguk.
Krichel hanya tersenyum canggung. Masih mencoba menenangkan
dirinya agar tidak gugup lagi. Dan sepertinya, kali ini dia berhasil. Ia mulai
mengembangkan senyum manisnya dengan lebar.
“Akhirnya aku bertemu kalian
jugaaa!” ucap Krichel tiba-tiba dengan sedikit berteriak dan langsung beranjak
berdiri.
Niall dan kawan-kawan sampai terkejut melihatnya.
“Bolehkah aku
memeluk kalian?” seru Krichel.
“Of course!” sahut Harry yang juga beranjak berdiri, lalu
membuka kedua tangannya seolah ingin menangkap Krichel.
Kemudian Zayn dan Louis
pun juga ikut berdiri. Dengan cepat, Krichel langsung menghampiri Harry dan
memeluknya erat. Harry membalas pelukannya.
“Nice to meet you, Krichel.” ujar
Harry saat memeluk Krichel.
Zayn dan Louis
pun juga memeluk Krichel dengan erat secara bergantian. Niall tersenyum senang
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Krichel.
“Oh, ya, di mana
Liam?” Tanya Krichel kemudian.
Niall, Louis, Zayn, Harry, dan Krichel kemudian mengobrol di
ruang TV itu. Mereka sepertinya memiliki pembicaraan yang sangat seru. Terlihat
dari mereka yang tidak sama sekali merasa bosan. Semua ikut berbicara,
menceritakan apa saja kepada Krichel. Mereka juga banyak menanyakan tentang
pribadinya Krichel. Seperti di mana tempat tinggalnya, kapan sampai di Amerika,
bahkan mereka menanyakan bagaimana suasana di Negara Indonesia. Bagaimana
Directioner di sana, seberapa banyak, dan masih banyak lagi. Krichel menjawab
semua pertanyaan-pertanyaan itu dengan sangat antusias. Seolah ia sangat
bahagia tinggal di Indonesia, dan bangga akan apa yang dimilikinya. Semua
mendengarkan cerita Krichel secara saksama. Krichel memang orang yang banyak
bicara, bahan pembicaraannya tidak pernah habis. Apalagi menceritakannya dengan
orang-orang yang baru ia kenal, pasti banyak hal yang akan Krichel ceritakan
pada mereka.
Semua menikmati pembicaraan yang lumayan lama itu. Krichel
sangat senang mengobrol dengan mereka. Karena ada saja tingkah mereka yang
menggelitik perut Krichel sehingga ia tertawa dengan lepas. Melihat tingkah
Louis yang sangat usil, Niall dengan tawaan yang bisa mengocok perut, Zayn yang
kadang suka berbicara tidak jelas, bahkan Harry yang bisa terbilang paling
pendiam dari mereka, biasa mengeluarkan lelucon yang amat lucu. Sayang sekali,
Liam, tidak ada di antara mereka. Padahal, jika ia boleh mengatakan, Liam lah
personil 1D favourite Krichel. Sebenarnya, Krichel memfavoritekan mereka semua,
tapi jika ia di suruh memilih salah satu, ia akan memilih Liam Payne.
“Aku lapar,” seru Niall tiba-tiba.
“membicarakan banyak hal
seperti ini ternyata bisa mengosongkan perutku.” lanjutnya. Semua tertawa
mendengarnya.
“Okay, aku akan membuatkan pancake. Bagaimana?” tawar Harry.
“Sounds great!” sahut Niall gembira.
“Kamu bisa memasak?” Tanya Krichel kepada Harry.
Harry mengangguk
bangga.
“Wow!” seru krichel kemudian.
“Harry adalah juru masak di sini.” sambung Louis menepuk
bahu Harry.
“Apa aku boleh membantumu?” Tanya Krichel.
“Baiklah. Asal jangan kau hancurkan saja dapurku.” ledek
Harry yang ditanggapi dengan tawaan semuanya.
Harry dan Krichel beranjak menuju dapur apartemen.
Sedangkan, Zayn, Louis, dan Niall masih berada di ruang TV. Entah mereka
melanjutkan obrolan atau malah menonton TV. Di dapur, Harry menyiapkan semua
bahan yang dibutuhkan untuk membuat pancake. Seperti tepung, gula, telur dan
lain-lain. Ini adalah kali pertama Krichel membuat pancake. Jadi, di sini ia
bisa sekaligus belajar. Harry menjelaskan takaran-takaran yang akan dipakai.
Krichel mendengarkannya dengan serius. Ia melaksanakan apa saja yang Harry suruh.
“Krichel, kamu bisa pecahkan dua buah telur dan
memasukkannya ke dalam mangkuk ini?” ujar Harry sambil memberikan Krichel
mangkuk berukuran kecil.
Sedangkan Harry sedang menuangkan tepung dan gula ke dalam
mangkuk plastic putih yang berukuran cukup besar.
“Krichel, apa kamu sudah
selesai dengan telurnya?”
“Sudah.” sahut Krichel dan memberikannya kepada Harry.
“OK. Kamu bantu aku mengaduk adonan ini, aku akan menuangkan
airnya sedikit demi sedikit.” ucap Harry.
Krichel mengangguk dan mulai mengaduk
adonannya. Harry menuangkan air sedikit demi sedikit.
Liam meninggalkan café itu setelah ia menyantap habis
hidangannya. Ia bermaksud untuk kembali ke apartemen dan beristirahat. Liam
mengendarai sepeda motor besarnya dengan kecepatan normal. Pikirannya sekarang
sudah mulai jernih, tidak serumit tadi. Selain karena melihat senyuman gadis di
taman tadi, mengisi perutnya juga membuat dirinya bisa melupakan sejenak
masalahnya. Perjalanan menuju apartemen hanya ditempuh selama lima menit, letak
café itu sangat dekat dengan apartemennya. Liam memarkirkan motornya di tempat
parkir khusus yang sudah tersedia di halaman belakang apartemen. Setelah itu,
ia pun berjalan memasuki apartemen dan langsung menuju ruang di mana ia tinggal
bersama teman-temannya. Ketika ia sampai, ia langsung memutar gagang pintu dan
memasuki ruangan.
“Liam! Dari mana saja kau?” seru Zayn layaknya seorang ibu
yang memergoki anaknya yang baru pulang, ketika Liam baru saja membalikkan
badannya setelah menutup pintu.
“Hanya berjalan-jalan. Ada apa?” jawab Liam.
“Tidak. Hanya bertanya.” sahut Zayn yang kembali memasang
wajah datar. Liam memutarkan bola matanya sambil bergeleng-geleng menahan geli.
Liam berjalan ke dapur berniat untuk mengambil segelas air putih.
Ternyata tenggorokannya sangat kering saat ini. Liam mengambil gelas yang
terletak di samping kulkas, membuka kulkas, dan menuangkan air ke dalam
gelasnya. Lalu meneguk habis air di gelas itu. Liam menutup kulkas dan kembali
meletakkan gelas di meja di samping kulkas. Ia melihat Harry dan seorang gadis
berada di dapur itu. Siapa gadis itu? ucap Liam dalam hati.
“Hey, Liam!” tegur Harry yang baru menyadari
kehadiran Liam di situ.
Krichel yang sedang mengaduk adonan di dalam mangkuk
besar itu seketika
langsung menghentikan aktivitasnya. Tidak berani
menoleh ke belakang.
Liam? Apa itu benar Liam? Tanya Krichel dalam hati.
Rasa gugupnya kembali
muncul. Tangannya mendingin lagi, jantungnya pun
berdetak cepat lagi. Ia
kembali mengaduk adonan kue itu. Tapi karena dirinya
sedang gugup, ia tidak
sadar bahwa ia mengaduk adonannya dengan sangat
cepat.
“Hey! Uhm.. who is she?
-to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar