#1DLS "Your
Smile" Part 6
created
by @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
“Hey! Uhm.. who is she?” sahut Liam lalu bertanya.
DEG! Jantung Krichel berdetak empat kali lebih
cepat. Dan ia semakin mempercepat pula adukan pada adonannya.
“Oh, dia temannya Niall dari Indonesia. Namanya
Krichel.” jawab Harry.
Krichel memejamkan matanya dan masih dalam mengaduk
adonannya.
Liam mengangguk mengerti. Dia melihat ke arah
Krichel, aneh. Mengapa dari tadi dia diam saja? Padahal dia pasti tahu kan kita
sedang membicarakannya. Batin Liam. “Dia kenapa?” Tanya Liam dengan berbisik.
Harry menoleh ke belakang, ke arah Krichel.
Menghampiri Krichel dan menepuk bahunya. “Krichel?”
Krichel sangat terkejut. Sampai-sampai adonan yang
sedari tadi di aduknya mengenai wajahnya karena ia mengaduk terlalu cepat dan
tiba-tiba langsung berhenti karena kaget. “Ya?” sahut Krichel kemudian lalu
menoleh. Jantungnya masih berdegup tak normal.
Liam dan Harry yang melihat ada noda adonan yang
menempel pada wajah Krichel, tertawa dengan terbahak. Krichel bingung, seketika
rasa gugupnya hilang. Mengapa mereka tertawa sampai seperti itu? tanyanya dalam
hati, sangat bingung. “What?”
Liam dan Harry masih tertawa. Krichel semakin merasa
bingung dan mulai kesal juga di tertawakan seperti ini. Tak lama, Liam
menghentikan tawanya namun masih tersenyum geli. “There is on your cheek!”
ucapnya sambil menunjuk Krichel. Krichel memegang pipi kirinya. “No! no! the
other cheek.” ucap Liam lagi. Lalu Krichel berpindah memegang pipi kanannya.
Seperti ada yang lengket, pikirnya. Ia melihat telapak tangan kanannya yang
memegang pipinya tadi. Ada noda putih. Lalu ia tersadar dan segera mengambil beberapa
lembar tisu yang kebetulan ada di hadapannya. Mengusap-usap pipinya dengan
panic. Setelah ia merasa pipinya sudah bersih, ia langsung memasang wajah
malunya. Tersenyum canggung dan memperlihatkan deretan giginya.
“Ha ha ha kau sangat lucu!” seru Liam masih tertawa,
tapi sudah mereda. Harry juga sudah meredakan tawanya. “Tadi siapa namamu?”
“Krichel.” jawab Krichel singkat. Masih merasakan
malu.
“Oh, yea, Krichel. Aku Liam.” ucap Liam mengulurkan
telapak tangannya dengan maksud menjabat tangan Krichel. Krichel menyambut
uluran tangan Liam. “Liam Payne.”
“Krichel Damond.”
Liam mengangguk, tersenyum, dan melepaskan jabatan
tangannya. Ia masih memandangi Krichel. Sepertinya ia pernah melihat gadis ini.
Tapi di mana? Liam berpikir sejenak, lalu teringat. Apakah gadis itu…? pikirnya
mengira-ngira. Krichel yang sadar dirinya dipandangi oleh Liam, memalingkan wajahnya
karena malu. Liam tersadar lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah
tingkah.
“Krichel, sepertinya kita harus menyelesaikan ini.”
seru Harry memecahkan keheningan.
“Ehm, baiklah, aku akan bergabung dengan mereka
saja.” ucap Liam menunjuk ke ruang TV lalu beranjak dari dapur.
Harry dan Krichel pun melanjutkan aktivitas mereka
sebelumnya. Tidak lama kemudian, pancake buatan Krichel dan Harry pun siap
dihidangkan. Mereka berdua membawa sepiring besar pancake itu ke ruang TV.
Ternyata Orang-orang itu sedang sangat serius memperhatikan alur cerita film
yang sedang mereka tonton.
“Panekuk siap!” seru Harry.
Niall pun langsung bangkit dari duduknya dan
menghampiri Krichel yang sedang membawa piringnya. Mengambil satu buah pancake
dan menggigitnya. Sepertinya, panasnya pancake yang baru saja di angkat dari
wajan tidak berpengaruh bagi Niall karena ia terlihat tidak kepanasan saat
memegang pancakenya.
“Niall!! Pelan-pelan! Bahkan aku belum menaruhnya di
meja.” Protes Krichel. Yang lainnya tertawa melihat tingkah Niall yang seperti
orang kelaparan.
“Sorry. I’m hungry, he he.” Sahut Niall. Ya, benar
saja, dia memang selalu kelaparan kan?
Krichel memutarkan bola matanya, lalu meletakkan
piring yang dipenuhi pancake itu di meja. Krichel duduk di sofa yang kosong.
Tepatnya, di sebelah Liam. Setelah itu, mereka menikmati hidangan yang telah
disediakan. Semuanya memuji rasa dari pancake itu. Manis, lembut, sangat enak.
Harry dan Krichel puas mendengar pujian dari mereka. Ternyata, membuat pancake
yang lezat tidak begitu sulit, benak Krichel. Hidangan itu habis seketika. Astaga!
Mereka ini lapar atau apa?
Film yang ditanyangkan sudah selesai dan hidangan
juga sudah habis. Suasana menjadi hening karena mereka bingung ingin melakukan
apa lagi. Tiba-tiba Niall pergi ke kamarnya dan kembali keluar membawa gitar.
“Bagaimana kalau kita bernyanyi?” ucap Niall
mengangkat gitar disebelah tangannya. Mereka saling pandang. “Kita persembahkan
untuk teman baru kita.” lanjutnya kemudian, menaik-turunkan kedua alisnya.
“OK!” sahut Louis disertai anggukan semuanya.
Krichel memasang wajah terkejut dan keningnya
berkerut. “What? Me?”
“Of course you are, Krichel!” seru Zayn.
“Yea! Dan kau harus ikut bernyanyi bersama kami.”
lanjut Niall menempati tempat duduk kosong di sebelah kanan Krichel. Sekarang
Krichel berada di antara Niall dan Liam. “Kalian tahu, Krichel mempunyai suara
yang bagus! Sangat bagus!”
Krichel kembali terkejut. Apa yang Niall bicarakan
ini? gerutunya dalam hati. “What?! No, no, he is lying.” ucap Krichel
menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah berkata ‘jangan percaya omongannya’. Dan
berharap mereka terpengaruh.
“Really?” sahut Liam menoleh ke Krichel, ternyata ia
percaya omongan Niall. “Okay, wait, I’m gonna take my guitar too.” lalu Liam
pergi mengambil gitarnya di sudut ruang TV, dan kembali duduk di tempatnya semula.
Krichel menepuk dahinya lalu menunduk, mengusap
wajahnya. The boys hanya tertawa melihat tingkah Krichel barusan.
“Bagaimana kalau kita mulai dari Kiss You?” usul
Harry. Semuanya setuju. “Kau hapal, kan?” Tanya Harry kepada Krichel.
“All of your songs!” jawab Krichel mengangguk
mantap.
“Yeah! The real Directioner! Ha ha ha.” seru Louis.
Niall dan Liam mulai memetik gitar mereka. Lalu
pembukaan diawali dengan suara merdu Zayn Malik.
“Oh I just wanna take you anyway that you like. We
could go out anyday, anynight. Baby, I’ll take tou there, take tou there, baby
I’ll take you there, yeah.”
Lanjut dengan suara suara serak Harry yang tak kalah
merdu, mengalun. “Oh tell me, tell me, tell me how to turn you love on. You can
get that anything that you want. Baby just shout it out, shout it out, baby
just shout it out, yeah.”
Lalu sekarang
suara lembut Liam dengan falsettonya. “And if you, you want me too. Lets make a
move.”
“Yeah, so tell me girl if everytime we..” Harry
menyahut.
Dan perpaduan suara The Boys dan Krichel kemudian.
“To-o-ouch, you get this kinda ru-u-ush. Baby say yeah, yeah. Yeah, yeah. If
you don’t wanna take it slow. and you just wanna take me home. Baby say yeah,
yeah. Yeah, yeah.”
Harry, “and let me kiss you!”
Intro, “Krichel, you turn!” seru Niall tiba-tiba
menyikut bahu Krichel. Krichel terkejut, tapi akhirnya ia menurut.
“Oh baby, baby don’t you know you got what I need.
Looking so good from your hair to your feet. C’mon come over here, over here.
C’mon come over here, yeah.”
Dilanjutkan dengan suara Niall. “Oh, I just wanna
show you off to all of my friends. Making them drool down a chiny chin chins.”
Niall menoleh ke Krichel. “Baby be mine tonight, mine tonight. Baby, be mine
tonight, yeah.” Krichel hanya tersenyum
Suara Liam mengalun lagi, “And if you, you want me
too. Lets make a move.”
Harry, “Yeah, so tell me girl if everytime we..”
Mereka melanjutkan nyanyiannya dengan ekspresi yang
sangat gembira. Menyanyikan lagu ‘Kiss You’ sampai selesai, dan kembali
menyanyikan lagi lagu-lagu lainnya. Seperti, Rock Me, Back For You, Heart
Attack, dan Live While We’re Young. Mereka sangat menikmati suasana seperti
sekarang ini. Perasaan senang menyelimuti hati mereka semua. Gelak tawa juga
menyertai mereka jika ada yang melakukan gerakan aneh dengan maksud bergoyang mengikuti
alunan musik. Mereka sampai lupa waktu karena saking menikmatinya. Sekarang
sudah menjelang sore, dan mereka semua memutuskan untuk menyudahi acara
menyanyi bersama-nya.
“Woah! Sangat menyenangkan, bukan?!” ucap Louis
dengan gembira.
“Ha ha, yeah! Dan Krichel, suaramu memang bagus.
Niall tidak berbohong.”
seru Zayn.
“Aku setuju dengan Zayn.” sahut Liam. Harry
mengangguk-angguk.
“Ha ha seorang Niall tidak mungkin berbohong!” ujar
Niall dengan percaya dirinya.
Krichel tersipu. Sebenarnya, dia tidak percaya bahwa
suaranya bagus. Dia memang suka bernyanyi, tapi dia hanyalah seorang penyanyi
amatir yang cuma menampilkan pertunjukkannya di ruangan kecil yang lembab, yang
disebut kamar mandi itu. Entah ada masalah apa dengan telinga mereka ini? umpat
Krichel dalam hati. Tapi, kenyataannya, suara Krichel memang bagus. Ia tidak
menyadari, bahwa nyanyiannya setiap hari membuat suaranya terlatih
dan berkembang menjadi seperti ini. Jadi, ia sama
sekali tidak menganggap bahwa suaranya sebagus yang The Boys katakan. seru
Zayn.
“No.. no. Aku tidak bisa bernyanyi tahu!” elak
Krichel.
“Kau bisa, Krichel.” sahut Harry meyakinkan. Krichel
tetap menggeleng.
“Hey, kita tahu suaramu itu bagus, Krichel. Kau saja
yang tidak menyadari itu.” lanjut Louis.
“Well, sebenarnya aku tidak pernah menganggap
pernyataan itu benar. Tapi, jika seperti itu, hm… thank you!” ujar Krichel
dengan senyuman manisnya.
Liam memperhatikan Krichel sedari tadi. Ternyata..
memang benar dia, batin Liam setelah melihat senyuman Krichel yang bisa
membuatnya terhanyut. Dia, gadis dengan senyuman terindah yang pertama kali
Liam lihat di taman tempatnya merenung itu. Liam tidak menyangka akan bisa
berada sedekat ini dengan ‘gadis bersenyum indah’ itu. Tapi, memang seperti ini
keadaannya. Liam sekarang bisa melihat senyum Krichel dengan jelas.
“Oh, ya, aku punya pertanyaan banyaaak sekali untuk
kalian. Boleh aku bertanya?” seru Krichel.
“Sure. Memang sebanyak apa pertanyaanmu?” Tanya
Zayn.
“Hmm, lumayan banyak. Pertama, untuk Harry.” sahut
Krichel yang kemudian mengalihkan pandangannya kepada Harry. Harry tidak
menyahut, tapi menegakkan duduknya seolah siap menerima pertanyaan. “Apa benar
kau menjalin hubungan dengan Taylor Swift?”
Bisa terlihat ekspresi wajah Harry yang terkejut.
Namun sedikit tertawa. “Tidak. Kami hanya berteman.”
Krichel merasa tidak puas dengan jawaban Harry.
Seperti ada yang janggal, Benak Krichel. Tadi, Harry memang menjawab dengan
ragu, sebenarnya. “Are you sure?” Krichel kembali bertanya dengan menyipitkan
kedua matanya, mencoba serius, tapi yang ada malah membuat Harry tertawa.
“Ha ha ha! Yeah, I’m really sure! Kenapa wajahmu
seperti tidak yakin begitu?” judge Harry.
“Well, aku memang tidak yakin. Tapi kalau memang
benar seperti itu, baiklah.” ujar Krichel, lalu memutarkan pandangannya, dan
berhenti di Liam. “Liam, satu pertanyaanku, dan mungkin ini adalah pertanyaan
semua Directioners di dunia.”
“What is that?” sahut Liam.
“Dengan apa kau makan jika kau takut dengan sendok?”
pertanyaan kali ini
memecahkan tawa semua penghuni ruangan, kecuali
Krichel tentunya. Wajah Krichel saat mengusulkan pertanyaan ini memang sangat
lucu. Terlihat jelas bahwa ia sangat penasaran. Kening berkerut, mata menyipit,
intonasi bertanyanya dan pertanyaan yang langsung terlontar tanpa basa-basi.
Liam sempat terlihat bingung, namun akhirnya
menjawab, “Ya, terkadang aku menggunakan garpu atau tanganku. Apa saja, asal
bukan sendok.”
Krichel mengangguk mengerti. Jawaban yang sudah
diperkirakan oleh Krichel, sebenarnya. Tapi ia tidak percaya bahwa Liam bisa
melakukan itu seumur hidupnya. “And, for all of you.” Krichel melihat personil
1D satu per satu. “Can you guys follow me back on twitter, please?” ucap
Krichel mengatupkan kedua tangannya dengan ekspresi penuh permohonan. The Boys
kembali tertawa.
“Tentu saja, Krichel! Give me your User Name and
I’ll follback you.” ucap Louis.
“Thank youuu!” seru Krichel sambil menepukkan
tangannya gembira. Ia mengetik sesuatu di handphonenya. “This is my User Name.”
lanjut Krichel memberikan handphonenya kepada Louis.
Louis membaca tulisan di layar handphone tersebut
yang bertuliskan ‘@KrichelDmnd’. “At Krichel di-em-en-di” ucap Louis
mengejanya. Krichel mengangguk mantap. “Okay, wait..” Louis membuka laptopnya
dan mulai mengerjakan sesuatu, yaitu membuka akun Twitternya.
“Kalian juga mau kan?” Tanya Krichel kembali. Lalu
disahuti dengan ‘Of course’ oleh semuanya secara bergantian.
***********************************
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Terasa sangat cepat dengan apa yang mereka semua sudah lakukan. Krichel melirik
jam tangannya. Oh, God, ini sudah terlalu malam baginya. Bukan apa-apa, Krichel
pergi saat Ayahnya sudah berangkat bekerja dan ia tidak berpamitan, jadi ia harus
sampai di rumah sebelum Ayahnya sampai di rumah juga. Dilihatnya The Boys yang
sedang asyik mengobrol. Ia harus pulang sekarang.
“Uhm, guys, I’m sorry I think I must go back to home
now.” ujarnya dengan ekspresi sedikit kecewa. Well, dia memang kecewa karena
harus mengakhiri kebersamaan ini. Ia takut, kesempatan seperti ini hanya datang
sekali seumur hidupnya. Ia tidak mau itu, ia ingin selamanya merasakan
kebahagiaan seperti ini, di antara idola-idolanya.
“Sayang sekali. Padahal kita masih ingin bersamamu.”
sahut Zayn.
“Yeah, me too, to be honest. Tapi, aku harus tiba di
rumahku sebelum Ayahku pulang. Karena jika ia tidak melihat aku di rumah, pasti
ia akan sangat panik mencariku.” jelas Krichel.
“Baiklah. Aku antar.” ucap Niall. Krichel tersenyum dan
mengangguk. Mengambil tasnya, dan bangkit berdiri. Niall mengambil jacketnya.
“Niall, wait! Aku baru mendapatkan SMS dari Paul,
kita harus ke studio untuk rekaman, sekarang.” seru Louis tiba-tiba dan
membiarkan Niall membaca pesan yang di tujukan untuk dirinya dan Niall itu.
“God! Tapi aku harus mengantar Krichel pulang.” kata
Niall.
“Niall, kalau begitu, aku pulang sendiri saja. Aku
bisa naik taxi.” sahut Krichel. Ia mengerti jika Niall dan Louis memang harus
rekaman, ya, dia tidak boleh merepotkannya.
“Tidak. Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pulang
sendirian. Kau penghuni baru di Amerika. Bagaimana jika kamu tersesat?” ucap
Niall yang sangat memperdulikan keselamatan Krichel.
Krichel terdiam. Benar juga yang dikatakan Niall. Ia
saja belum hafal betul dimana alamat rumahnya. Jelas saja, ia baru 2 hari
berada di Negara ini.
“Aku saja yang mengantarkannya.” ujar Liam
tiba-tiba.
“Kau tidak keberatan?” Tanya Niall.
“Tidak, tenang saja. Aku juga tidak setuju kalau
harus membiarkan Krichel pulang sendiri.” jawab Liam.
“Baiklah kalau begitu.” Niall menoleh ke arah
Krichel, berjalan mendekatinya. “Maaf, aku tidak bisa mengantarkanmu pulang.”
“Nevermind. Lagi pula ada Liam.” jawab Krichel.
Niall mengangguk. “Liam, ini, kau pakai mobilku
saja.” ujarnya melemparkan sebuah kunci mobil kepada Liam. Dengan sigap, Liam
menangkapnya. “Lou, kita berangkat pakai mobilmu saja ya?”
Louis mengangguk. “Kalau begitu, ayo kita
berangkat!”
“Sebaiknya kita juga pergi. Benarkan, Krichel?” kata
Liam.
“Ya.” sahut Krichel singkat.
“Hey, kalian berdua, stay here okay? Jangan pergi
kemana-mana, dan jangan mengotori ruangan!” seru Liam kepada Zayn dan Harry.
“Yes, Dad!” sahut mereka tak acuh.
Krichel tertawa melihatnya. Memang julukan Daddy
Direction yang diberikan untuk Liam sangatlah tepat. Dia terlihat seperti Ayah
bagi mereka semua.
Kemudian Krichel dan Liam berjalan menuju tempat
Niall memarkirkan mobilnya. Setelah sampai, mereka langsung memasuki mobil itu
dan Liam segera menyalakan mesinnya. Mobil melaju dengan kecepatan normal.
“Jadi, di mana alamat rumahmu?” ujar Liam membuka
pembicaraan. Krichel merogoh tas kecilnya, berniat mengambil sesuatu. Lalu, ia mengeluarkan
secarik kertas berukuran kecil yang bertuliskan alamat lengkap rumahnya. Dan
memberikannya kepada Liam.
Liam membaca kalimat itu sejenak. “Okay.” sahut Liam
kemudian.
-To be Continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar