Senin, 06 Januari 2014

Because Your Smile Part 7

#1DLS "Your Smile" Part 6
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)

-----------------------------------------------------


“Hey! Uhm.. who is she?” sahut Liam lalu bertanya.

DEG! Jantung Krichel berdetak empat kali lebih cepat. Dan ia semakin mempercepat pula adukan pada adonannya.

“Oh, dia temannya Niall dari Indonesia. Namanya Krichel.” jawab Harry.

Krichel memejamkan matanya dan masih dalam mengaduk adonannya.

Liam mengangguk mengerti. Dia melihat ke arah Krichel, aneh. Mengapa dari tadi dia diam saja? Padahal dia pasti tahu kan kita sedang membicarakannya. Batin Liam. “Dia kenapa?” Tanya Liam dengan berbisik.

Harry menoleh ke belakang, ke arah Krichel. Menghampiri Krichel dan menepuk bahunya. “Krichel?”

Krichel sangat terkejut. Sampai-sampai adonan yang sedari tadi di aduknya mengenai wajahnya karena ia mengaduk terlalu cepat dan tiba-tiba langsung berhenti karena kaget. “Ya?” sahut Krichel kemudian lalu menoleh. Jantungnya masih berdegup tak normal.

Liam dan Harry yang melihat ada noda adonan yang menempel pada wajah Krichel, tertawa dengan terbahak. Krichel bingung, seketika rasa gugupnya hilang. Mengapa mereka tertawa sampai seperti itu? tanyanya dalam hati, sangat bingung. “What?”

Liam dan Harry masih tertawa. Krichel semakin merasa bingung dan mulai kesal juga di tertawakan seperti ini. Tak lama, Liam menghentikan tawanya namun masih tersenyum geli. “There is on your cheek!” ucapnya sambil menunjuk Krichel. Krichel memegang pipi kirinya. “No! no! the other cheek.” ucap Liam lagi. Lalu Krichel berpindah memegang pipi kanannya. Seperti ada yang lengket, pikirnya. Ia melihat telapak tangan kanannya yang memegang pipinya tadi. Ada noda putih. Lalu ia tersadar dan segera mengambil beberapa lembar tisu yang kebetulan ada di hadapannya. Mengusap-usap pipinya dengan panic. Setelah ia merasa pipinya sudah bersih, ia langsung memasang wajah malunya. Tersenyum canggung dan memperlihatkan deretan giginya.

“Ha ha ha kau sangat lucu!” seru Liam masih tertawa, tapi sudah mereda. Harry juga sudah meredakan tawanya. “Tadi siapa namamu?”

“Krichel.” jawab Krichel singkat. Masih merasakan malu.

“Oh, yea, Krichel. Aku Liam.” ucap Liam mengulurkan telapak tangannya dengan maksud menjabat tangan Krichel. Krichel menyambut uluran tangan Liam. “Liam Payne.”

“Krichel Damond.”

Liam mengangguk, tersenyum, dan melepaskan jabatan tangannya. Ia masih memandangi Krichel. Sepertinya ia pernah melihat gadis ini. Tapi di mana? Liam berpikir sejenak, lalu teringat. Apakah gadis itu…? pikirnya mengira-ngira. Krichel yang sadar dirinya dipandangi oleh Liam, memalingkan wajahnya karena malu. Liam tersadar lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah tingkah.

“Krichel, sepertinya kita harus menyelesaikan ini.” seru Harry memecahkan keheningan.
“Ehm, baiklah, aku akan bergabung dengan mereka saja.” ucap Liam menunjuk ke ruang TV lalu beranjak dari dapur.
Harry dan Krichel pun melanjutkan aktivitas mereka sebelumnya. Tidak lama kemudian, pancake buatan Krichel dan Harry pun siap dihidangkan. Mereka berdua membawa sepiring besar pancake itu ke ruang TV. Ternyata Orang-orang itu sedang sangat serius memperhatikan alur cerita film yang sedang mereka tonton.

“Panekuk siap!” seru Harry.

Niall pun langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Krichel yang sedang membawa piringnya. Mengambil satu buah pancake dan menggigitnya. Sepertinya, panasnya pancake yang baru saja di angkat dari wajan tidak berpengaruh bagi Niall karena ia terlihat tidak kepanasan saat memegang pancakenya.

“Niall!! Pelan-pelan! Bahkan aku belum menaruhnya di meja.” Protes Krichel. Yang lainnya tertawa melihat tingkah Niall yang seperti orang kelaparan.

“Sorry. I’m hungry, he he.” Sahut Niall. Ya, benar saja, dia memang selalu kelaparan kan?

Krichel memutarkan bola matanya, lalu meletakkan piring yang dipenuhi pancake itu di meja. Krichel duduk di sofa yang kosong. Tepatnya, di sebelah Liam. Setelah itu, mereka menikmati hidangan yang telah disediakan. Semuanya memuji rasa dari pancake itu. Manis, lembut, sangat enak. Harry dan Krichel puas mendengar pujian dari mereka. Ternyata, membuat pancake yang lezat tidak begitu sulit, benak Krichel. Hidangan itu habis seketika. Astaga! Mereka ini lapar atau apa?

Film yang ditanyangkan sudah selesai dan hidangan juga sudah habis. Suasana menjadi hening karena mereka bingung ingin melakukan apa lagi. Tiba-tiba Niall pergi ke kamarnya dan kembali keluar membawa gitar.

“Bagaimana kalau kita bernyanyi?” ucap Niall mengangkat gitar disebelah tangannya. Mereka saling pandang. “Kita persembahkan untuk teman baru kita.” lanjutnya kemudian, menaik-turunkan kedua alisnya.

“OK!” sahut Louis disertai anggukan semuanya.

Krichel memasang wajah terkejut dan keningnya berkerut. “What? Me?”

“Of course you are, Krichel!” seru Zayn.

“Yea! Dan kau harus ikut bernyanyi bersama kami.” lanjut Niall menempati tempat duduk kosong di sebelah kanan Krichel. Sekarang Krichel berada di antara Niall dan Liam. “Kalian tahu, Krichel mempunyai suara yang bagus! Sangat bagus!”
Krichel kembali terkejut. Apa yang Niall bicarakan ini? gerutunya dalam hati. “What?! No, no, he is lying.” ucap Krichel menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah berkata ‘jangan percaya omongannya’. Dan berharap mereka terpengaruh.

“Really?” sahut Liam menoleh ke Krichel, ternyata ia percaya omongan Niall. “Okay, wait, I’m gonna take my guitar too.” lalu Liam pergi mengambil gitarnya di sudut ruang TV, dan kembali duduk di tempatnya semula.
Krichel menepuk dahinya lalu menunduk, mengusap wajahnya. The boys hanya tertawa melihat tingkah Krichel barusan.

“Bagaimana kalau kita mulai dari Kiss You?” usul Harry. Semuanya setuju. “Kau hapal, kan?” Tanya Harry kepada Krichel.

“All of your songs!” jawab Krichel mengangguk mantap.

“Yeah! The real Directioner! Ha ha ha.” seru Louis.

Niall dan Liam mulai memetik gitar mereka. Lalu pembukaan diawali dengan suara merdu Zayn Malik.
“Oh I just wanna take you anyway that you like. We could go out anyday, anynight. Baby, I’ll take tou there, take tou there, baby I’ll take you there, yeah.”

Lanjut dengan suara suara serak Harry yang tak kalah merdu, mengalun. “Oh tell me, tell me, tell me how to turn you love on. You can get that anything that you want. Baby just shout it out, shout it out, baby just shout it out, yeah.”

 Lalu sekarang suara lembut Liam dengan falsettonya. “And if you, you want me too. Lets make a move.”

“Yeah, so tell me girl if everytime we..” Harry menyahut.

Dan perpaduan suara The Boys dan Krichel kemudian. “To-o-ouch, you get this kinda ru-u-ush. Baby say yeah, yeah. Yeah, yeah. If you don’t wanna take it slow. and you just wanna take me home. Baby say yeah, yeah. Yeah, yeah.”
Harry, “and let me kiss you!”

Intro, “Krichel, you turn!” seru Niall tiba-tiba menyikut bahu Krichel. Krichel terkejut, tapi akhirnya ia menurut.

“Oh baby, baby don’t you know you got what I need. Looking so good from your hair to your feet. C’mon come over here, over here. C’mon come over here, yeah.”

Dilanjutkan dengan suara Niall. “Oh, I just wanna show you off to all of my friends. Making them drool down a chiny chin chins.” Niall menoleh ke Krichel. “Baby be mine tonight, mine tonight. Baby, be mine tonight, yeah.” Krichel hanya tersenyum

Suara Liam mengalun lagi, “And if you, you want me too. Lets make a move.”

Harry, “Yeah, so tell me girl if everytime we..”

Mereka melanjutkan nyanyiannya dengan ekspresi yang sangat gembira. Menyanyikan lagu ‘Kiss You’ sampai selesai, dan kembali menyanyikan lagi lagu-lagu lainnya. Seperti, Rock Me, Back For You, Heart Attack, dan Live While We’re Young. Mereka sangat menikmati suasana seperti sekarang ini. Perasaan senang menyelimuti hati mereka semua. Gelak tawa juga menyertai mereka jika ada yang melakukan gerakan aneh dengan maksud bergoyang mengikuti alunan musik. Mereka sampai lupa waktu karena saking menikmatinya. Sekarang sudah menjelang sore, dan mereka semua memutuskan untuk menyudahi acara menyanyi bersama-nya.

“Woah! Sangat menyenangkan, bukan?!” ucap Louis dengan gembira.

“Ha ha, yeah! Dan Krichel, suaramu memang bagus. Niall tidak berbohong.”
seru Zayn.

“Aku setuju dengan Zayn.” sahut Liam. Harry mengangguk-angguk.

“Ha ha seorang Niall tidak mungkin berbohong!” ujar Niall dengan percaya dirinya.

Krichel tersipu. Sebenarnya, dia tidak percaya bahwa suaranya bagus. Dia memang suka bernyanyi, tapi dia hanyalah seorang penyanyi amatir yang cuma menampilkan pertunjukkannya di ruangan kecil yang lembab, yang disebut kamar mandi itu. Entah ada masalah apa dengan telinga mereka ini? umpat Krichel dalam hati. Tapi, kenyataannya, suara Krichel memang bagus. Ia tidak menyadari, bahwa nyanyiannya setiap hari membuat suaranya terlatih
dan berkembang menjadi seperti ini. Jadi, ia sama sekali tidak menganggap bahwa suaranya sebagus yang The Boys katakan. seru Zayn.
“No.. no. Aku tidak bisa bernyanyi tahu!” elak Krichel.

“Kau bisa, Krichel.” sahut Harry meyakinkan. Krichel tetap menggeleng.

“Hey, kita tahu suaramu itu bagus, Krichel. Kau saja yang tidak menyadari itu.” lanjut Louis.

“Well, sebenarnya aku tidak pernah menganggap pernyataan itu benar. Tapi, jika seperti itu, hm… thank you!” ujar Krichel dengan senyuman manisnya.
Liam memperhatikan Krichel sedari tadi. Ternyata.. memang benar dia, batin Liam setelah melihat senyuman Krichel yang bisa membuatnya terhanyut. Dia, gadis dengan senyuman terindah yang pertama kali Liam lihat di taman tempatnya merenung itu. Liam tidak menyangka akan bisa berada sedekat ini dengan ‘gadis bersenyum indah’ itu. Tapi, memang seperti ini keadaannya. Liam sekarang bisa melihat senyum Krichel dengan jelas.

“Oh, ya, aku punya pertanyaan banyaaak sekali untuk kalian. Boleh aku bertanya?” seru Krichel.

“Sure. Memang sebanyak apa pertanyaanmu?” Tanya Zayn.

“Hmm, lumayan banyak. Pertama, untuk Harry.” sahut Krichel yang kemudian mengalihkan pandangannya kepada Harry. Harry tidak menyahut, tapi menegakkan duduknya seolah siap menerima pertanyaan. “Apa benar kau menjalin hubungan dengan Taylor Swift?”

Bisa terlihat ekspresi wajah Harry yang terkejut. Namun sedikit tertawa. “Tidak. Kami hanya berteman.”

Krichel merasa tidak puas dengan jawaban Harry. Seperti ada yang janggal, Benak Krichel. Tadi, Harry memang menjawab dengan ragu, sebenarnya. “Are you sure?” Krichel kembali bertanya dengan menyipitkan kedua matanya, mencoba serius, tapi yang ada malah membuat Harry tertawa.

“Ha ha ha! Yeah, I’m really sure! Kenapa wajahmu seperti tidak yakin begitu?” judge Harry.

“Well, aku memang tidak yakin. Tapi kalau memang benar seperti itu, baiklah.” ujar Krichel, lalu memutarkan pandangannya, dan berhenti di Liam. “Liam, satu pertanyaanku, dan mungkin ini adalah pertanyaan semua Directioners di dunia.”

“What is that?” sahut Liam.

“Dengan apa kau makan jika kau takut dengan sendok?” pertanyaan kali ini
memecahkan tawa semua penghuni ruangan, kecuali Krichel tentunya. Wajah Krichel saat mengusulkan pertanyaan ini memang sangat lucu. Terlihat jelas bahwa ia sangat penasaran. Kening berkerut, mata menyipit, intonasi bertanyanya dan pertanyaan yang langsung terlontar tanpa basa-basi.

Liam sempat terlihat bingung, namun akhirnya menjawab, “Ya, terkadang aku menggunakan garpu atau tanganku. Apa saja, asal bukan sendok.”

Krichel mengangguk mengerti. Jawaban yang sudah diperkirakan oleh Krichel, sebenarnya. Tapi ia tidak percaya bahwa Liam bisa melakukan itu seumur hidupnya. “And, for all of you.” Krichel melihat personil 1D satu per satu. “Can you guys follow me back on twitter, please?” ucap Krichel mengatupkan kedua tangannya dengan ekspresi penuh permohonan. The Boys kembali tertawa.
“Tentu saja, Krichel! Give me your User Name and I’ll follback you.” ucap Louis.

“Thank youuu!” seru Krichel sambil menepukkan tangannya gembira. Ia mengetik sesuatu di handphonenya. “This is my User Name.” lanjut Krichel memberikan handphonenya kepada Louis.

Louis membaca tulisan di layar handphone tersebut yang bertuliskan ‘@KrichelDmnd’. “At Krichel di-em-en-di” ucap Louis mengejanya. Krichel mengangguk mantap. “Okay, wait..” Louis membuka laptopnya dan mulai mengerjakan sesuatu, yaitu membuka akun Twitternya.

“Kalian juga mau kan?” Tanya Krichel kembali. Lalu disahuti dengan ‘Of course’ oleh semuanya secara bergantian.



***********************************



Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Terasa sangat cepat dengan apa yang mereka semua sudah lakukan. Krichel melirik jam tangannya. Oh, God, ini sudah terlalu malam baginya. Bukan apa-apa, Krichel pergi saat Ayahnya sudah berangkat bekerja dan ia tidak berpamitan, jadi ia harus sampai di rumah sebelum Ayahnya sampai di rumah juga. Dilihatnya The Boys yang sedang asyik mengobrol. Ia harus pulang sekarang.
“Uhm, guys, I’m sorry I think I must go back to home now.” ujarnya dengan ekspresi sedikit kecewa. Well, dia memang kecewa karena harus mengakhiri kebersamaan ini. Ia takut, kesempatan seperti ini hanya datang sekali seumur hidupnya. Ia tidak mau itu, ia ingin selamanya merasakan kebahagiaan seperti ini, di antara idola-idolanya.

“Sayang sekali. Padahal kita masih ingin bersamamu.” sahut Zayn.

“Yeah, me too, to be honest. Tapi, aku harus tiba di rumahku sebelum Ayahku pulang. Karena jika ia tidak melihat aku di rumah, pasti ia akan sangat panik mencariku.” jelas Krichel.

“Baiklah. Aku antar.” ucap Niall. Krichel tersenyum dan mengangguk. Mengambil tasnya, dan bangkit berdiri. Niall mengambil jacketnya.

“Niall, wait! Aku baru mendapatkan SMS dari Paul, kita harus ke studio untuk rekaman, sekarang.” seru Louis tiba-tiba dan membiarkan Niall membaca pesan yang di tujukan untuk dirinya dan Niall itu.

“God! Tapi aku harus mengantar Krichel pulang.” kata Niall.

“Niall, kalau begitu, aku pulang sendiri saja. Aku bisa naik taxi.” sahut Krichel. Ia mengerti jika Niall dan Louis memang harus rekaman, ya, dia tidak boleh merepotkannya.

“Tidak. Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendirian. Kau penghuni baru di Amerika. Bagaimana jika kamu tersesat?” ucap Niall yang sangat memperdulikan keselamatan Krichel.
Krichel terdiam. Benar juga yang dikatakan Niall. Ia saja belum hafal betul dimana alamat rumahnya. Jelas saja, ia baru 2 hari berada di Negara ini.

“Aku saja yang mengantarkannya.” ujar Liam tiba-tiba.

“Kau tidak keberatan?” Tanya Niall.

“Tidak, tenang saja. Aku juga tidak setuju kalau harus membiarkan Krichel pulang sendiri.” jawab Liam.

“Baiklah kalau begitu.” Niall menoleh ke arah Krichel, berjalan mendekatinya. “Maaf, aku tidak bisa mengantarkanmu pulang.”

“Nevermind. Lagi pula ada Liam.” jawab Krichel.

Niall mengangguk. “Liam, ini, kau pakai mobilku saja.” ujarnya melemparkan sebuah kunci mobil kepada Liam. Dengan sigap, Liam menangkapnya. “Lou, kita berangkat pakai mobilmu saja ya?”

Louis mengangguk. “Kalau begitu, ayo kita berangkat!”

“Sebaiknya kita juga pergi. Benarkan, Krichel?” kata Liam.

“Ya.” sahut Krichel singkat.
“Hey, kalian berdua, stay here okay? Jangan pergi kemana-mana, dan jangan mengotori ruangan!” seru Liam kepada Zayn dan Harry.

“Yes, Dad!” sahut mereka tak acuh.

Krichel tertawa melihatnya. Memang julukan Daddy Direction yang diberikan untuk Liam sangatlah tepat. Dia terlihat seperti Ayah bagi mereka semua.

Kemudian Krichel dan Liam berjalan menuju tempat Niall memarkirkan mobilnya. Setelah sampai, mereka langsung memasuki mobil itu dan Liam segera menyalakan mesinnya. Mobil melaju dengan kecepatan normal.

“Jadi, di mana alamat rumahmu?” ujar Liam membuka pembicaraan. Krichel merogoh tas kecilnya, berniat mengambil sesuatu. Lalu, ia mengeluarkan secarik kertas berukuran kecil yang bertuliskan alamat lengkap rumahnya. Dan memberikannya kepada Liam.

Liam membaca kalimat itu sejenak. “Okay.” sahut Liam kemudian.



-To be Continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar