#1DLS "Your
Smile" Part 8
created
by @DyahAnindes
enjoy reading ;)
-----------------------------------------------------
Setelah
itu, mobil yang dikendarai Liam ini diselimuti oleh keheningan. Tidak ada yang
mengeluarkan suara. Entah mereka sudah lelah atau tidak tahu apa yang ingin
dijadikan bahan pembicaraan. Liam terlihat fokus dengan jalanan sepi yang ada
di hadapannya. Sedangkan Krichel, ia sedang melihat keluar jendela mobil.
Sepertinya ia melamun. Tapi entah apa yang dilamunkannya. Oh, sebenarnya, ia
sedang bosan karena Liam tidak mengajaknya mengobrol. Bisa saja sih Krichel
yang mengajaknya mengobrol, tapi, setiap kali ia menoleh ke Liam dan bermaksud
mengajaknya berbicara, ia selalu ragu karena dilihatnya ekspresi Liam yang
sangat serius. Seperti sedang ada yang dipikirkannya. Apakah Liam sedang ada
masalah? Tetapi, tadi saat di apartemen, dia terlihat baik-baik saja. Tidak
seperti sekarang ini. Ceria, tertawa, namun memang agak berbeda dengan apa yang
pernah Krichel baca mengenai One Direction. Ada fakta yang mengatakan bahwa
Liam paling cerewet di antara The Boys lainnya. Tapi, tadi dia jarang sekali
berbicara. Ia hanya tertawa, dan menyahut jika ditanya.
Krichel
memang sangat bisa membaca raut wajah orang. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa
ia bisa melakukannya. Hanya saja disaat ia sedang memperhatikan wajah seseorang
dan ia menangkap ekspresinya, ia langsung tahu apa yang dirasakan orang
tersebut. Dan ketika ia bertanya pada si pemilik ekspresi tersebut, benar saja
apa yang dipikirkan oleh Krichel. Aneh,
tapi
Krichel menganggap itu sebagai salah satu keunggulannya. Krichel mulai penasaran
dengan apa yang sekarang Liam rasakan. Sedihkah? Lalu, ia memutuskan untuk
bertanya saja.
“Uhm,
Liam?”
“Yea?”
sahut Liam tidak memalingkan pandangannya pada jalan di hadapannya.
“Are
you okay?” Krichel memberanikan diri untuk bertanya.
Terlihat
Liam mengerutkan keningnya. Meresa aneh dengan pertanyaan Krichel barusan.
“Yeah. Why you ask me like that?”
“Aku
hanya merasa ada yang mengganjal dari dirimu. Apa kau sedang sedih?” ujar
Krichel.
Liam
terkejut mendengarnya. Sesungguhnya, ia memang sedang sedih saat ini. Ia
kembali teringat dengan memory bersama mantan kekasihnya, Danielle. Bagaimana
Krichel mengetahui aku sedang sedih? benak Liam. “Maksudmu?”
“Wajahmu
terlihat sangat serius. Entah kenapa, bahkan aku melihat kesedihan di wajahmu.
Ya, aku hanya ingin memastikan kalau kau baik-baik saja.” Jelas Krichel.
Liam
tersenyum mendengarnya. Sepeduli inikah fansnya? Kekagumannya kepada
Directioners menjadi semakin meningkat. Ternyata, mereka tidak cuma
mengelu-elukan nama masing-masing personil 1D. Tapi, mereka semua peduli dengan
1D. “Tidak, aku tidak apa-apa.”
“Really?”
Tanya Krichel tidak puas dengan jawaban Liam. Karena ia tahu pasti Liam sedang
tidak ’tidak apa-apa’.
“Yes.
Tenang saja, jangan mengkhawatirkanku.”
Krichel
menyerah dan memutuskan untuk menerima jawaban dari Liam. Krichel kembali
memperhatikan jalan memalui jendela mobil. Ternyata sebentar lagi sampai. Dan,
tak lama kemudian, mereka pun tiba di rumah Krichel.
“Inikan
rumahmu?” Tanya Liam memastikan ia tidak salah alamat.
“Yap!
Terimakasih sudah mau mengantarku.” ucap Krichel tersenyum kepada Liam.
Liam
pun membalas senyuman Krichel. “Your welcome. Nice to meet you, Krichel.” seru
Liam sebelum Krichel keluar dari mobil.
“Nice
to meet you too, Liam. I’m so glad we can be friends.” sahut Krichel.
Liam
tersenyum dan mengangguk. “Aku juga.”
Krichel
keluar dari mobil dan menutup kembali pintunya. Menunggu mobil itu benar-benar
menghilang di tikungan sambil melambaik-lambaikan tangannya. Setelah mobil itu
tak terlihat lagi, Krichel pun masuk ke dalam rumahnya. Berharap semoga Ayahnya
belum pulang. Dan benar, tidak ada Mr.Damond di rumah itu. Krichel merebahkan
dirinya di sofa ruang tamu. Merentangkan tangannya di atas kepala sofa. Dan
memejamkan mata sejenak. Memutar kembali ingatan kejadian sehari penuh ini di
dalam otaknya. Senyuman selalu mengembang di kedua lapis bibirnya. Sebenarnya,
ia tak mau hari ini berakhir begitu cepat. Ia ingin waktu berhenti ketika ia
dan idola-idolanya sedang bersuka ria. Namun, ia sadar bahwa itu takkan pernah
terjadi. Ia juga sangat bersyukur karena Tuhan telah mengabulkan impiannya.
Bahkan, memberikannya lebih. Yaitu, sebuah pertemanan. Krichel membuka matanya,
beranjak ke dapur untuk mendapatkan sesuatu yang bisa dimakan. Ternyata
dirinya
lapar juga.
Di
dapur, Krichel hanya menemukan mi instan cup. Sepertinya, ia harus berbelanja
keperluan sehari-hari secepatnya sebelum ia dan Ayahnya jatuh kelaparan. Tapi,
untuk sekarang, mi instan juga sudah cukup ia rasa. Krichel pun langsung menyeduh
mi itu dengan air panas dan menunggunya sampai mi itu empuk. Lalu terdengar
suara bel berbunyi. Krichel bergegas ke pintu utama dan membukakan pintunya.
“Dad!”
sapa Krichel kepada orang si penekan bel yang ternyata Mr.Damond. Sekarang
Krichel sudah membiasakan dirinya untuk berbahasa inggris walaupun dengan
Ayahnya. Ia melakukannya supaya ia terbiasa. Karena sangat tidak lucu ketika
kita berbicara dengan orang dan tidak sengaja mengucapkannya dengan bahasa
Indonesia.
“Hai,
sweety!” ucap Mr.Damond mencium kening Krichel cepat.
“How
is your day?” Tanya Krichel.
“Good.
What about you?”
“Incredible!”
jawab Krichel dengan gembira.
“Really.
Why?”
“Uhm,
Dad pasti tidak percaya jika aku menceritakannya.”
“Baiklah,
jadi, kau ingin menceritakannya atau tidak?”
“Mungkin
lain kali, he he.”
Mr.Damond
hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Lalu ia pergi ke
kamarnya. Krichel kembali ke dapur untuk mencheck mi instantnya. Sudah siap
saji, lalu ia pun menuangkan bumbu, mengaduknya, dan langsung menyantapnya.
Lima menit, waktu untuk menghabiskan mi instant itu. Mr.Damond keluar dari
kamarnya dengan baju yang sudah digantinya menjadi piyama. Mr.Damond menuju ke
dapur dan menyeduh secangkir kopi susu.
“Krichel,
Dad punya kabar mengenai kuliahmu.”
“Apa
itu Dad?” sahut Krichel.
“Kau
mulai masuk kuliah pada awal bulan September. Tepatnya, pada saat musim gugur.
Dad sudah mengurus semua keperluan kuliahmu. Soal kendaraan, kau akan Dad antar
saat berangkat. Tapi pulangnya, kau naik taksi saja ya.” jelas Lelaki separuh
baya bertubuh tinggi ini.
“Okay,
Dad.”
“Sekarang,
sebaiknya kau naik ke atas dan pergi tidur.”
“OK.
Good night, Dad!” seru Krichel dan mulai melangkahkan kakinya menaiki tangga
dan menuju kamarnya.
Setelah
sampai di kamarnya, Krichel tidak langsung memejamkan matanya untuk tidur, tapi
ia malah menyalakan laptopnya dan membuka akun Twitternya.
Ia
membuka profile Twitternya dan langsung terkejut melihat daftar followers yang
sangat melonjak naik. Bayangkan, kemarin, terakhir ia membuka Twitter, followersnya
adalah 1.021 dan sekarang sudah menjadi 7.506! Apa yang sudah terjadi dengan
Twitter?! Mengapa followers Krichel bisa melonjak dalam jangka waktu satu hari
saja?! Lalu Krichel beralih membuka mentionnya. Dan ia kembali tercengang,
banyak sekali mention masuk di Twitternya. Hampir 100 mention dengan User Name
yang berbeda-beda! What’s going on here? Karena dirinya sangat tidak percaya
apa yang sudah terjadi, Krichel pun mulai
membaca
isi dari mentionnya.
“@KrichelDmnd
You’re sooooo lucky! All of The Boys are following you in the same time!”
Mention pertama yang Krichel baca.
Oh,
ternyata ini semua penyebabnya adalah The Boys. Wah, ternyata benar mereka
semua sudah mem-follow back Krichel! Krichel kembali membaca mention.
“@KrichelDmnd
You got follow back and mention from One Direction! I hope someday I will be.”
“What?
The Boys mention aku?” ucap Krichel kaget. Krichel mencari-cari mention yang
mereka maksud. Tapi, di daftar mention yang tertera, Krichel tidak menemukan
mention dari The Boys satu pun. Mungkin karena terlalu banyak mention yang
muncul. Maka, ia beralih memeriksanya dari profile masing-masing The Boys saja.
Ia membuka profile Twitter dari Zayn Malik. Ia lihat, tweet terakhir yang Zayn
tulis adalah “Have an amazing day with the boys and our new friend
@KrichelDmnd! Glad to meet you!” Krichel langsung tersenyum bahagia melihat isi
dari tweet yang tertera tulisan ’14 minute ago’ itu. Lalu Krichel membuka
profile Twitter Harry. Apakah Harry juga mengirimkan mention padanya? Dan, ya,
mention dari Harry berisi, “Me and the boys are have fun with @KrichelDmnd.
She’s a good girl! I hope some times we can chillin together again beauty J
xx.” senyuman dan jantung yang berdebar sedang dialami Krichel sekarang.
Krichel
kembali memeriksa profile Twitter The Boys satu per satu. Benar saja, semua
pria tampan itu me-mention Krichel! Pantas saja Twitternya sekarang jadi begitu
ramai. Isi mention yang dikirim oleh Niall adalah “I’m so happy you are have
fun with us! and all of boys like you, Krichel haha, I’ve already told ya @KrichelDmnd”.
Sedangkan mention dari Louis berisi “Crazy day! @KrichelDmnd , me and boys so
happy you come to our partement and gotta good times today x”. Dan yang
terakhir, mention yang dikirimkan oleh Liam. Liam menuliskan “1Derful!!! Can’t
stop laughing when I’m with the lads and our friend KrichelDmnd today! xxx”.
Krichel sungguh tidak percaya mereka semua akan menyukai kedatangan Krichel.
Dan Krichel sangaaat senang karena mereka sudah menganggap kalau Krichel adalah
teman sekarang. Berteman dengan sang idola adalah hal yang lebih dari
membahagiakan bagi Krichel.
Kemudian
Krichel menuliskan tweet yang ditujukan untuk semua The Boys. “Massive happy to
be with ya’ll guys @NiallOfficial , @Louis_Tomlinson , @Real_Liam_Payne , @Harry_Styles
, @ZaynMalik !!!! It’s the best time of my life! I hope we can meet again and
spent the time together!” Terkirim. Baru saja beberapa detik tweet itu muncul
di Timeline Twitter Krichel, sudah banyak sekali yang me-retweetnya. Banyak
sekali mention yang kembali masuk dan membicarakan tentang kejadian hari ini.
Krichel jadi bingung sendiri, bagaimana bisa ia membalas mention dengan begitu
banyaknya?
Akirnya
ia menuliskan tweet untuk menjelaskan atau minimal mewakili pertanyaan dari
mereka semua. “Thank you for following me guys! and thank you for your praises.
I’m very grateful to God for having given me the opportunity to meet with One
Direction! What a life :D” dan terkirim. Setelah itu, Krichel melihat deretan
Trending Topic World Wide yang tertera di sebelah kiri bawah tampilan Twitter.
Ia membacanya satu per satu. Pada deretan ketiga, Krichel terkejut. Sangat
terkejut. Di sana tertulis “Payzer are broke up”. Payzer adalah
singkatan
nama belakang dari Liam dan Danielle, mantan kekasih Liam. Matanya membulat,
jadi ini penyebab wajah Liam tadi terlihat sedih, benak Krichel. Sejak itu
Krichel paham, ternyata Liam sangat merasa kehilangan. Tapi ia merasakan ada
yang aneh. Hatinya senang ketika tahu Liam dan Danielle sudah mengakhiri
hubungan. Dan ia juga merasa kecewa ketika tahu penyebab kesedihan Liam adalah
berpisah dengan Danielle. Apa ini? Bukankah seorang fans akan merasa sedih jika
idolanya kehilangan seseorang atau sesuatu yang berharga? Mengapa ia senang?
Dan mengapa ia merasa kecewa ketika tahu Liam merasa kehilangan Danielle?
Krichel tidak bisa menebak mengapa perasaannya seperti ini. Ia tidak mau pusing
memikirkannya. Lalu Krichel memutuskan untuk mengistirahatkan matanya saja
yaitu dengan pergi tidur. Krichel menutup laptopnya dan meletakkannya di meja
disamping tempat tidur. Ia berbaring dan perlahan menutup matanya. Ia pasti
akan bermimpi indah!
******************************
Ini
adalah hari Sabtu. Dan untuk pertama kali seumur hidupnya Krichel bagun pagi di
weekend seperti ini. Entah apa yang menyebabkan perubahan signifikan dari
seorang Krichel. Krichel bagun dari tidurnya pada pukul 6:30 tanpa alarm!
Keajaiban dunia kecil sudah terjadi. Krichel langsung berjalan ceria memasuki
kamar mandi dan melakukan aktivitas pertamanya dihari itu, yaitu mandi. Dan
untuk yang ini, ia tidak berubah sama sekali. Tetap saja waktu tempuh untuk
Krichel mandi lebih dari 40 menit. Setelah selesai mendi, Krichel mengganti
bajunya dengan pakaian santai untuk di rumah. Karena memang ia tidak berencana
untuk pergi hari ini. Mungkin ia hanya menonton TV dan ya, apa saja yang bisa
menyenangkan hatinya. Ayahnya juga sedang ada di rumah karena sedang libur.
Terdengar
suara bel rumahnya berbunyi ketika Krichel sedang asyik menonton film kartun
kesayangannya, Spongebob Squarepants. Sebenarnya, ia malas berjalan untuk
membuka pintu. Tapi bel itu terus saja berbunyi. Akhirnya Krichel beranjak dari
duduknya dan berjalan mendekati pintu utama. Krichel membuka pintunya, dan
seorang gadis berdiri di sana membawa kantung plastic merah yang entah apa
isinya. Gadis itu terlihat sebaya dengan Krichel. Wajahnya cantik dan berkulit
putih. Rambutnya berwarna blonde-kecoklatan dengan
panjang
sepinggang dan bandana merah menghiasinya. Gadis itu tersenyum ketika Krichel
membuka pintu.
Krichel
membalas senyumannya. “Maaf, ingin mencari siapa ya?” ujar Krichel yang sama
sekali tidak mengenali gadis ini.
“Uhm,
aku adalah tetangga sebelah rumahmu. Aku ke sini untuk memberikan titipan dari
ibuku.” jawab gadis itu sambil menunjukkan kantung plastik yang dibawanya.
Suaranya terdengar lembut.
“Oh.
Ehm, silakan masuk.” seru Krichel sedikit menggeser dirinya untuk memberi jalan
masuk.
“Thanks.”
sahutnya setelah berada di dalam rumah Krichel.
Krichel
mempersilahkan gadis itu untuk duduk di ruang tamunya, dan Krichel duduk di
sebelah gadis itu. Krichel melihat kantung plastik merah yang diletakkan di
meja ruang tamu. Apa ini?” tanyanya.
“Cupcakes.
Ibuku membuat cupcakes dan memberikan beberapa untuk keluargamu. Ia bilang ini
sebagai tanda perkenalan. Aku tahu kau adalah tetangga baru.” jawab gadis itu
dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibirnya. Ia manis, pikir Krichel.
“Terimakasih
banyak. Uhm, siapa namamu?” ucap Krichel.
“Darlee
Artensey. You can call me Darlee. And What’s your name?”
“Krichel
Damond.” jawab Krichel kemudian berjabat tangan dengan gadis yang mengaku
bernama Darlee itu.
Gadis
yang ramah dan cantik, mungkin itu bisa mendeskripsikan bagaimana Darlee itu.
Krichel tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan mempunyai tetangga yang
sebaya dengannya. Terlebih lagi ia sepertinya adalah orang yang baik.
Sepertinya Krichel akan mendapatkan teman baru.
Krichel
dan Darlee membicarakan banyak hal. Terutama tentang lingkungan rumahnya
sekarang ini. Darlee sudah lama tinggal di sisni, sejak ia lahir. Jadi, Krichel
bisa menanyakan apa saja kepada Darlee tentang lingkungan rumahnya. Katanya,
ini termasuk perumahan yang lumayan sepi. Bukan karena penduduknya yang
sedikit, melainkan penduduknya yang gila pekerjaan. Dan kebanyakan yang tinggal
di sini adalah para orang paruh baya. Mereka
mempunyai
anak, dan anak-anak mereka lebih banyak yang berumur kurang dari 10 tahun atau
20 tahun ke atas. Jarang sekali remaja di daerah sini. Jadi, Krichel termasuk beruntung
menemukan seorang remaja di sini. Dan ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan
ini. Ia harus bisa berteman dengan Darlee. Karena bagaimana pun, Krichel adalah
manusia yaitu makhluk sosial. Tidak mungkin ia bisa hidup tanpa teman. Terlebih
lagi, Krichel adalah orang yang suka bergaul. Ia akan sangat senang jika
mempunyai banyak teman.
Percakapan
sederhana antara Krichel dan Darlee berlangsung tidak membosankan. Walaupun di
dalam pembicaraan mereka yang paling banyak bicara adalah Krichel, namun Darlee
termasuk sosok yang pandai berbicara. Dan sepertinya ia juga pendengar yang
baik. Darlee selalu memberi respon ketika Krichel menceritakan dirinya dan
kehidupannya di Indonesia. Begitu juga Krichel, ia mendengarkan secara saksama
ketika Darlee bercerita tentang keluarganya.
Tidak
terasa hari sudah menjelang siang. Krichel dan Darlee juga sudah mulai terlihat
akrab satu sama lain.
“Aku
rasa, aku harus pulang sekarang.” ujar Darlee melihat jam tangannya yang
menunjukkan pukul 10:30.
“Oh,
baiklah. Sekali lagi terimakasih banyak untuk cupcakesnya, Darlee.” Seru Krichel
tersenyum.
“Sama-sama,
Krichel.” jawab Darlee membalas senyuman Krichel.
“Senang
bisa berkenalan denganmu. Ehm, aku harap, jika kau tidak keberatan, kita bisa
berteman.” ucap Krichel sedikit canggung.
“Sama
sekali tidak keberatan! Aku senang berbincang denganmu. Aku juga senang jika
bisa mendapatkan teman baru. Dan kau adalah orang yang seru, jadi mana mungkin
aku menolak pertemanan ini.” jawaban panjang Darlee yang masih disertai senyuman
manisnya.
Krichel
tertawa kecil. Sebelum Darlee pulang, Krichel sempat meminta nomor handphone
Darlee terlebih dahulu. Begitu pun dengan Krichel, ia memberikan nomor
handphonenya kepada Darlee. Jadi, jika ada sesuatu, mereka bisa saling
berhubungan. Setelah itu, Darlee pamit pulang ke rumahnya. Krichel menemani
Darlee sampai keluar pintu gerbang. Memerhatikan Darlee sampai ia menghilang di
suatu rumah yang berada tepat di sebelah kiri rumah Krichel. Oh, di sana
rumahnya, pikir Krichel.
Krichel
kembali masuk dan berjalan menuju ruang TV, sebelumnya ia mengambil plastik
yang berisi cupcakes itu. Di sana Krichel mendapati Ayahnya yang sedang duduk
bersandar di sofa dan menonton film action. Krichel menghampirinya dan duduk di
sisi Ayahnya. Menaruh plastik di atas meja di hadapannya.
“Apa
itu, Krichel?” Tanya Mr.Damond.
“Pemberian
dari tetangga sebelah rumah kita. Tadi anaknya yang mengantarkan.”
“Isinya?”
“Cupcakes!”
jawab Krichel layaknya anak kecil.
“Wah
kelihatannya enak.” seru Mr.Damond yang langsung membuka bungkusan plastik itu.
Ia mengeluarkan kotak berbahan kertas dengan tutup atasnya yang berbahan
plastik bening. Jadi, sebelum membukanya, kita sudah bisa melihat isinya dari
bagian atas. Di sana terlihat 6 buah cupcakes berukuran sedang yang
berwarna-warni, sangat manis.
Dan
benar saja yang dikatakan Mr.Damond, rasanya sangat lezat. Krichel menikmati
cupcakesnya bersama dengan Mr.Damond.
“Dad,
tadi aku berkenalan dengan si pemberi cupcakes ini. Namanya Darlee. Orangnya
ramah dan cantik. Aku sangat senang dengannya.” cerita Krichel.
“Bagus
kalau begitu. Jadi, kamu sudah mendapatkan teman baru?” Krichel mengangguk
dengan cepat dan bahagia. Mr.Damond membelai pony Krichel. “Dad ikut senang
mendengarnya.”
“Hm,
Dad tidak ada rencana untuk pergi kan?” Tanya Krichel yang merubah ekspresinya
menjadi serius.
“Sebenarnya
ada. Kenapa?” Krichel menjadi sedih. Mr.Damond bisa melihat itu. Ia tahu,
Krichel sangat membutuhkan sosok orang tua. Dan dirinya hanya bisa melakukan
itu ketika sedang libur dikarenakan pekerjaan yang menuntutnya. “Tenang saja,
Dad akan mengajakmu. Karena kita akan pergi berbelanja. Kau tahu kan kita belum
membeli apa-apa untuk bersediaan di rumah?”
Krichel
kembali tersenyum. Dirinya mengangguk sebagai jawaban. “Kapan kita pergi?”
Tanya Krichel kemudian.
“Terserah
padamu. Yang jelas tidak sekarang, Dad ingin menonton TV dulu.” jawab Mr.Damond.
“Bagaimana
kalau pukul 14:00 saja?” usul Krichel. Mr.Damond terlihat berpikir, lalu pada
akhirnya mengangguk sembari tersenyum. “OK. Krichel ke kamar dulu ya, Dad!”
ucap Krichel yang kemudian berlari kecil menaiki tangga.
Dikamar,
Krichel meraih headphone just beat-nya, dan memasangkannya pada lubang kecil di
bagian bawah handphonenya itu. Lalu, menutup telinganya dengan headphone sehingga
tak ada yang dapat didengarnya lagi kecuali lagu yang terputar di samping kedua
telinganya.
*********************************
“Dad!
Sebelah sini!” seru Krichel memanggil Ayahnya yang sedang berada lumayan jauh
darinya sehingga ia sedikit berteriak.
Mereka
sedang mencari semua kebutuhan sandang pangan, terutama pangan untuk persediaan
selama satu bulan di rumahnya. Mr.Damond sedang mencari peralatan mandi, namun
tidak menemukannya. Krichellah yang baru saja menemukannya. Mr.Damond menghampiri
putrinya.
Krichel
dan Ayahnya membeli secara mendetail apa saja kira-kira yang dibutuhkannya pada
supermarket besar itu. Sudah kurang lebih tiga jam mereka memburu kebutuhan
hidup. Sekarang sudah ada tiga kantung plastik putih besar yang dibawa mereka.
Sepertinya, ini sudah cukup. Setelah membayar di kasir, mereka berdua berniat
untuk pergi ke café dulu untuk sekadar minum kopi atau makan-makanan ringan.
‘Ilana
Café’ tulisan besar yang tepampang di atas pintu masuk café tersebut. Krichel
dan Mr.Damond memasuki café itu dan menempati tempat duduk dekat jendela yang
berada di pojok ruangan. Café yang lumayan sepi. Tidak banyak orang yang
berkunjung di sini. Apakah hanya kali ini atau sering kali? Atau karena ini
belum waktunya makan malam? Entahlah. Langit memang sudah menggelap, tapi
sepertinya memang belum malam.
Mr.Damond
memanggil pelayan dan memesan untuk dirinya dan Krichel. Sambil menunggu pesana
datang, Mr.Damond memainkan handphonenya, sedangkan Krichel hanya memperhatikan
orang-orang yang berada di café itu. Banyak yang berpasangan, ada juga yang
beramai-ramai, bahkan ada juga yang hanya sendiri. Pandangan Krichel berhenti
pada seorang lelaki yang duduknya agak jauh dari tempat duduknya dengan
Mr.Damond. Sepertinya ia mengenali orang itu. Krichel tidak terlalu melihatnya
dengan jelas karena jarak yang cukup jauh. Tapi, ia mencoba menangkap siapa
sebenarnya dia? Matanya terus memperhatikan orang itu. Liam?!
-to be Continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar