Senin, 06 Januari 2014

Because Your Smile Par 8

#1DLS "Your Smile" Part 8
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)

-----------------------------------------------------


Setelah itu, mobil yang dikendarai Liam ini diselimuti oleh keheningan. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Entah mereka sudah lelah atau tidak tahu apa yang ingin dijadikan bahan pembicaraan. Liam terlihat fokus dengan jalanan sepi yang ada di hadapannya. Sedangkan Krichel, ia sedang melihat keluar jendela mobil. Sepertinya ia melamun. Tapi entah apa yang dilamunkannya. Oh, sebenarnya, ia sedang bosan karena Liam tidak mengajaknya mengobrol. Bisa saja sih Krichel yang mengajaknya mengobrol, tapi, setiap kali ia menoleh ke Liam dan bermaksud mengajaknya berbicara, ia selalu ragu karena dilihatnya ekspresi Liam yang sangat serius. Seperti sedang ada yang dipikirkannya. Apakah Liam sedang ada masalah? Tetapi, tadi saat di apartemen, dia terlihat baik-baik saja. Tidak seperti sekarang ini. Ceria, tertawa, namun memang agak berbeda dengan apa yang pernah Krichel baca mengenai One Direction. Ada fakta yang mengatakan bahwa Liam paling cerewet di antara The Boys lainnya. Tapi, tadi dia jarang sekali berbicara. Ia hanya tertawa, dan menyahut jika ditanya.

Krichel memang sangat bisa membaca raut wajah orang. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa ia bisa melakukannya. Hanya saja disaat ia sedang memperhatikan wajah seseorang dan ia menangkap ekspresinya, ia langsung tahu apa yang dirasakan orang tersebut. Dan ketika ia bertanya pada si pemilik ekspresi tersebut, benar saja apa yang dipikirkan oleh Krichel. Aneh,
tapi Krichel menganggap itu sebagai salah satu keunggulannya. Krichel mulai penasaran dengan apa yang sekarang Liam rasakan. Sedihkah? Lalu, ia memutuskan untuk bertanya saja.

“Uhm, Liam?”

“Yea?” sahut Liam tidak memalingkan pandangannya pada jalan di hadapannya.

“Are you okay?” Krichel memberanikan diri untuk bertanya.

Terlihat Liam mengerutkan keningnya. Meresa aneh dengan pertanyaan Krichel barusan. “Yeah. Why you ask me like that?”

“Aku hanya merasa ada yang mengganjal dari dirimu. Apa kau sedang sedih?” ujar Krichel.

Liam terkejut mendengarnya. Sesungguhnya, ia memang sedang sedih saat ini. Ia kembali teringat dengan memory bersama mantan kekasihnya, Danielle. Bagaimana Krichel mengetahui aku sedang sedih? benak Liam. “Maksudmu?”

“Wajahmu terlihat sangat serius. Entah kenapa, bahkan aku melihat kesedihan di wajahmu. Ya, aku hanya ingin memastikan kalau kau baik-baik saja.” Jelas Krichel.

Liam tersenyum mendengarnya. Sepeduli inikah fansnya? Kekagumannya kepada Directioners menjadi semakin meningkat. Ternyata, mereka tidak cuma mengelu-elukan nama masing-masing personil 1D. Tapi, mereka semua peduli dengan 1D. “Tidak, aku tidak apa-apa.”
“Really?” Tanya Krichel tidak puas dengan jawaban Liam. Karena ia tahu pasti Liam sedang tidak ’tidak apa-apa’.

“Yes. Tenang saja, jangan mengkhawatirkanku.”

Krichel menyerah dan memutuskan untuk menerima jawaban dari Liam. Krichel kembali memperhatikan jalan memalui jendela mobil. Ternyata sebentar lagi sampai. Dan, tak lama kemudian, mereka pun tiba di rumah Krichel.

“Inikan rumahmu?” Tanya Liam memastikan ia tidak salah alamat.

“Yap! Terimakasih sudah mau mengantarku.” ucap Krichel tersenyum kepada Liam.

Liam pun membalas senyuman Krichel. “Your welcome. Nice to meet you, Krichel.” seru Liam sebelum Krichel keluar dari mobil.

“Nice to meet you too, Liam. I’m so glad we can be friends.” sahut Krichel.

Liam tersenyum dan mengangguk. “Aku juga.”

Krichel keluar dari mobil dan menutup kembali pintunya. Menunggu mobil itu benar-benar menghilang di tikungan sambil melambaik-lambaikan tangannya. Setelah mobil itu tak terlihat lagi, Krichel pun masuk ke dalam rumahnya. Berharap semoga Ayahnya belum pulang. Dan benar, tidak ada Mr.Damond di rumah itu. Krichel merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Merentangkan tangannya di atas kepala sofa. Dan memejamkan mata sejenak. Memutar kembali ingatan kejadian sehari penuh ini di dalam otaknya. Senyuman selalu mengembang di kedua lapis bibirnya. Sebenarnya, ia tak mau hari ini berakhir begitu cepat. Ia ingin waktu berhenti ketika ia dan idola-idolanya sedang bersuka ria. Namun, ia sadar bahwa itu takkan pernah terjadi. Ia juga sangat bersyukur karena Tuhan telah mengabulkan impiannya. Bahkan, memberikannya lebih. Yaitu, sebuah pertemanan. Krichel membuka matanya, beranjak ke dapur untuk mendapatkan sesuatu yang bisa dimakan. Ternyata
dirinya lapar juga.

Di dapur, Krichel hanya menemukan mi instan cup. Sepertinya, ia harus berbelanja keperluan sehari-hari secepatnya sebelum ia dan Ayahnya jatuh kelaparan. Tapi, untuk sekarang, mi instan juga sudah cukup ia rasa. Krichel pun langsung menyeduh mi itu dengan air panas dan menunggunya sampai mi itu empuk. Lalu terdengar suara bel berbunyi. Krichel bergegas ke pintu utama dan membukakan pintunya.
“Dad!” sapa Krichel kepada orang si penekan bel yang ternyata Mr.Damond. Sekarang Krichel sudah membiasakan dirinya untuk berbahasa inggris walaupun dengan Ayahnya. Ia melakukannya supaya ia terbiasa. Karena sangat tidak lucu ketika kita berbicara dengan orang dan tidak sengaja mengucapkannya dengan bahasa Indonesia.

“Hai, sweety!” ucap Mr.Damond mencium kening Krichel cepat.

“How is your day?” Tanya Krichel.

“Good. What about you?”

“Incredible!” jawab Krichel dengan gembira.

“Really. Why?”

“Uhm, Dad pasti tidak percaya jika aku menceritakannya.”

“Baiklah, jadi, kau ingin menceritakannya atau tidak?”

“Mungkin lain kali, he he.”

Mr.Damond hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Lalu ia pergi ke kamarnya. Krichel kembali ke dapur untuk mencheck mi instantnya. Sudah siap saji, lalu ia pun menuangkan bumbu, mengaduknya, dan langsung menyantapnya. Lima menit, waktu untuk menghabiskan mi instant itu. Mr.Damond keluar dari kamarnya dengan baju yang sudah digantinya menjadi piyama. Mr.Damond menuju ke dapur dan menyeduh secangkir kopi susu.

“Krichel, Dad punya kabar mengenai kuliahmu.”

“Apa itu Dad?” sahut Krichel.

“Kau mulai masuk kuliah pada awal bulan September. Tepatnya, pada saat musim gugur. Dad sudah mengurus semua keperluan kuliahmu. Soal kendaraan, kau akan Dad antar saat berangkat. Tapi pulangnya, kau naik taksi saja ya.” jelas Lelaki separuh baya bertubuh tinggi ini.

“Okay, Dad.”

“Sekarang, sebaiknya kau naik ke atas dan pergi tidur.”

“OK. Good night, Dad!” seru Krichel dan mulai melangkahkan kakinya menaiki tangga dan menuju kamarnya.

Setelah sampai di kamarnya, Krichel tidak langsung memejamkan matanya untuk tidur, tapi ia malah menyalakan laptopnya dan membuka akun Twitternya.
Ia membuka profile Twitternya dan langsung terkejut melihat daftar followers yang sangat melonjak naik. Bayangkan, kemarin, terakhir ia membuka Twitter, followersnya adalah 1.021 dan sekarang sudah menjadi 7.506! Apa yang sudah terjadi dengan Twitter?! Mengapa followers Krichel bisa melonjak dalam jangka waktu satu hari saja?! Lalu Krichel beralih membuka mentionnya. Dan ia kembali tercengang, banyak sekali mention masuk di Twitternya. Hampir 100 mention dengan User Name yang berbeda-beda! What’s going on here? Karena dirinya sangat tidak percaya apa yang sudah terjadi, Krichel pun mulai
membaca isi dari mentionnya.

“@KrichelDmnd You’re sooooo lucky! All of The Boys are following you in the same time!” Mention pertama yang Krichel baca.

Oh, ternyata ini semua penyebabnya adalah The Boys. Wah, ternyata benar mereka semua sudah mem-follow back Krichel! Krichel kembali membaca mention.

“@KrichelDmnd You got follow back and mention from One Direction! I hope someday I will be.”

“What? The Boys mention aku?” ucap Krichel kaget. Krichel mencari-cari mention yang mereka maksud. Tapi, di daftar mention yang tertera, Krichel tidak menemukan mention dari The Boys satu pun. Mungkin karena terlalu banyak mention yang muncul. Maka, ia beralih memeriksanya dari profile masing-masing The Boys saja. Ia membuka profile Twitter dari Zayn Malik. Ia lihat, tweet terakhir yang Zayn tulis adalah “Have an amazing day with the boys and our new friend @KrichelDmnd! Glad to meet you!” Krichel langsung tersenyum bahagia melihat isi dari tweet yang tertera tulisan ’14 minute ago’ itu. Lalu Krichel membuka profile Twitter Harry. Apakah Harry juga mengirimkan mention padanya? Dan, ya, mention dari Harry berisi, “Me and the boys are have fun with @KrichelDmnd. She’s a good girl! I hope some times we can chillin together again beauty J xx.” senyuman dan jantung yang berdebar sedang dialami Krichel sekarang.

Krichel kembali memeriksa profile Twitter The Boys satu per satu. Benar saja, semua pria tampan itu me-mention Krichel! Pantas saja Twitternya sekarang jadi begitu ramai. Isi mention yang dikirim oleh Niall adalah “I’m so happy you are have fun with us! and all of boys like you, Krichel haha, I’ve already told ya @KrichelDmnd”. Sedangkan mention dari Louis berisi “Crazy day! @KrichelDmnd , me and boys so happy you come to our partement and gotta good times today x”. Dan yang terakhir, mention yang dikirimkan oleh Liam. Liam menuliskan “1Derful!!! Can’t stop laughing when I’m with the lads and our friend KrichelDmnd today! xxx”. Krichel sungguh tidak percaya mereka semua akan menyukai kedatangan Krichel. Dan Krichel sangaaat senang karena mereka sudah menganggap kalau Krichel adalah teman sekarang. Berteman dengan sang idola adalah hal yang lebih dari membahagiakan bagi Krichel.
Kemudian Krichel menuliskan tweet yang ditujukan untuk semua The Boys. “Massive happy to be with ya’ll guys @NiallOfficial , @Louis_Tomlinson , @Real_Liam_Payne , @Harry_Styles , @ZaynMalik !!!! It’s the best time of my life! I hope we can meet again and spent the time together!” Terkirim. Baru saja beberapa detik tweet itu muncul di Timeline Twitter Krichel, sudah banyak sekali yang me-retweetnya. Banyak sekali mention yang kembali masuk dan membicarakan tentang kejadian hari ini. Krichel jadi bingung sendiri, bagaimana bisa ia membalas mention dengan begitu banyaknya?

Akirnya ia menuliskan tweet untuk menjelaskan atau minimal mewakili pertanyaan dari mereka semua. “Thank you for following me guys! and thank you for your praises. I’m very grateful to God for having given me the opportunity to meet with One Direction! What a life :D” dan terkirim. Setelah itu, Krichel melihat deretan Trending Topic World Wide yang tertera di sebelah kiri bawah tampilan Twitter. Ia membacanya satu per satu. Pada deretan ketiga, Krichel terkejut. Sangat terkejut. Di sana tertulis “Payzer are broke up”. Payzer adalah
singkatan nama belakang dari Liam dan Danielle, mantan kekasih Liam. Matanya membulat, jadi ini penyebab wajah Liam tadi terlihat sedih, benak Krichel. Sejak itu Krichel paham, ternyata Liam sangat merasa kehilangan. Tapi ia merasakan ada yang aneh. Hatinya senang ketika tahu Liam dan Danielle sudah mengakhiri hubungan. Dan ia juga merasa kecewa ketika tahu penyebab kesedihan Liam adalah berpisah dengan Danielle. Apa ini? Bukankah seorang fans akan merasa sedih jika idolanya kehilangan seseorang atau sesuatu yang berharga? Mengapa ia senang? Dan mengapa ia merasa kecewa ketika tahu Liam merasa kehilangan Danielle? Krichel tidak bisa menebak mengapa perasaannya seperti ini. Ia tidak mau pusing memikirkannya. Lalu Krichel memutuskan untuk mengistirahatkan matanya saja yaitu dengan pergi tidur. Krichel menutup laptopnya dan meletakkannya di meja disamping tempat tidur. Ia berbaring dan perlahan menutup matanya. Ia pasti akan bermimpi indah!



 ******************************


Ini adalah hari Sabtu. Dan untuk pertama kali seumur hidupnya Krichel bagun pagi di weekend seperti ini. Entah apa yang menyebabkan perubahan signifikan dari seorang Krichel. Krichel bagun dari tidurnya pada pukul 6:30 tanpa alarm! Keajaiban dunia kecil sudah terjadi. Krichel langsung berjalan ceria memasuki kamar mandi dan melakukan aktivitas pertamanya dihari itu, yaitu mandi. Dan untuk yang ini, ia tidak berubah sama sekali. Tetap saja waktu tempuh untuk Krichel mandi lebih dari 40 menit. Setelah selesai mendi, Krichel mengganti bajunya dengan pakaian santai untuk di rumah. Karena memang ia tidak berencana untuk pergi hari ini. Mungkin ia hanya menonton TV dan ya, apa saja yang bisa menyenangkan hatinya. Ayahnya juga sedang ada di rumah karena sedang libur.

Terdengar suara bel rumahnya berbunyi ketika Krichel sedang asyik menonton film kartun kesayangannya, Spongebob Squarepants. Sebenarnya, ia malas berjalan untuk membuka pintu. Tapi bel itu terus saja berbunyi. Akhirnya Krichel beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati pintu utama. Krichel membuka pintunya, dan seorang gadis berdiri di sana membawa kantung plastic merah yang entah apa isinya. Gadis itu terlihat sebaya dengan Krichel. Wajahnya cantik dan berkulit putih. Rambutnya berwarna blonde-kecoklatan dengan
panjang sepinggang dan bandana merah menghiasinya. Gadis itu tersenyum ketika Krichel membuka pintu.

Krichel membalas senyumannya. “Maaf, ingin mencari siapa ya?” ujar Krichel yang sama sekali tidak mengenali gadis ini.
“Uhm, aku adalah tetangga sebelah rumahmu. Aku ke sini untuk memberikan titipan dari ibuku.” jawab gadis itu sambil menunjukkan kantung plastik yang dibawanya. Suaranya terdengar lembut.

“Oh. Ehm, silakan masuk.” seru Krichel sedikit menggeser dirinya untuk memberi jalan masuk.

“Thanks.” sahutnya setelah berada di dalam rumah Krichel.

Krichel mempersilahkan gadis itu untuk duduk di ruang tamunya, dan Krichel duduk di sebelah gadis itu. Krichel melihat kantung plastik merah yang diletakkan di meja ruang tamu. Apa ini?” tanyanya.

“Cupcakes. Ibuku membuat cupcakes dan memberikan beberapa untuk keluargamu. Ia bilang ini sebagai tanda perkenalan. Aku tahu kau adalah tetangga baru.” jawab gadis itu dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibirnya. Ia manis, pikir Krichel.

“Terimakasih banyak. Uhm, siapa namamu?” ucap Krichel.

“Darlee Artensey. You can call me Darlee. And What’s your name?”

“Krichel Damond.” jawab Krichel kemudian berjabat tangan dengan gadis yang mengaku bernama Darlee itu.

Gadis yang ramah dan cantik, mungkin itu bisa mendeskripsikan bagaimana Darlee itu. Krichel tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan mempunyai tetangga yang sebaya dengannya. Terlebih lagi ia sepertinya adalah orang yang baik. Sepertinya Krichel akan mendapatkan teman baru.

Krichel dan Darlee membicarakan banyak hal. Terutama tentang lingkungan rumahnya sekarang ini. Darlee sudah lama tinggal di sisni, sejak ia lahir. Jadi, Krichel bisa menanyakan apa saja kepada Darlee tentang lingkungan rumahnya. Katanya, ini termasuk perumahan yang lumayan sepi. Bukan karena penduduknya yang sedikit, melainkan penduduknya yang gila pekerjaan. Dan kebanyakan yang tinggal di sini adalah para orang paruh baya. Mereka
mempunyai anak, dan anak-anak mereka lebih banyak yang berumur kurang dari 10 tahun atau 20 tahun ke atas. Jarang sekali remaja di daerah sini. Jadi, Krichel termasuk beruntung menemukan seorang remaja di sini. Dan ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia harus bisa berteman dengan Darlee. Karena bagaimana pun, Krichel adalah manusia yaitu makhluk sosial. Tidak mungkin ia bisa hidup tanpa teman. Terlebih lagi, Krichel adalah orang yang suka bergaul. Ia akan sangat senang jika mempunyai banyak teman.

Percakapan sederhana antara Krichel dan Darlee berlangsung tidak membosankan. Walaupun di dalam pembicaraan mereka yang paling banyak bicara adalah Krichel, namun Darlee termasuk sosok yang pandai berbicara. Dan sepertinya ia juga pendengar yang baik. Darlee selalu memberi respon ketika Krichel menceritakan dirinya dan kehidupannya di Indonesia. Begitu juga Krichel, ia mendengarkan secara saksama ketika Darlee bercerita tentang keluarganya.
Tidak terasa hari sudah menjelang siang. Krichel dan Darlee juga sudah mulai terlihat akrab satu sama lain.

“Aku rasa, aku harus pulang sekarang.” ujar Darlee melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 10:30.

“Oh, baiklah. Sekali lagi terimakasih banyak untuk cupcakesnya, Darlee.” Seru Krichel tersenyum.

“Sama-sama, Krichel.” jawab Darlee membalas senyuman Krichel.

“Senang bisa berkenalan denganmu. Ehm, aku harap, jika kau tidak keberatan, kita bisa berteman.” ucap Krichel sedikit canggung.

“Sama sekali tidak keberatan! Aku senang berbincang denganmu. Aku juga senang jika bisa mendapatkan teman baru. Dan kau adalah orang yang seru, jadi mana mungkin aku menolak pertemanan ini.” jawaban panjang Darlee yang masih disertai senyuman manisnya.

Krichel tertawa kecil. Sebelum Darlee pulang, Krichel sempat meminta nomor handphone Darlee terlebih dahulu. Begitu pun dengan Krichel, ia memberikan nomor handphonenya kepada Darlee. Jadi, jika ada sesuatu, mereka bisa saling berhubungan. Setelah itu, Darlee pamit pulang ke rumahnya. Krichel menemani Darlee sampai keluar pintu gerbang. Memerhatikan Darlee sampai ia menghilang di suatu rumah yang berada tepat di sebelah kiri rumah Krichel. Oh, di sana rumahnya, pikir Krichel.

Krichel kembali masuk dan berjalan menuju ruang TV, sebelumnya ia mengambil plastik yang berisi cupcakes itu. Di sana Krichel mendapati Ayahnya yang sedang duduk bersandar di sofa dan menonton film action. Krichel menghampirinya dan duduk di sisi Ayahnya. Menaruh plastik di atas meja di hadapannya.

“Apa itu, Krichel?” Tanya Mr.Damond.

“Pemberian dari tetangga sebelah rumah kita. Tadi anaknya yang mengantarkan.”

“Isinya?”

“Cupcakes!” jawab Krichel layaknya anak kecil.

“Wah kelihatannya enak.” seru Mr.Damond yang langsung membuka bungkusan plastik itu. Ia mengeluarkan kotak berbahan kertas dengan tutup atasnya yang berbahan plastik bening. Jadi, sebelum membukanya, kita sudah bisa melihat isinya dari bagian atas. Di sana terlihat 6 buah cupcakes berukuran sedang yang berwarna-warni, sangat manis.

Dan benar saja yang dikatakan Mr.Damond, rasanya sangat lezat. Krichel menikmati cupcakesnya bersama dengan Mr.Damond.

“Dad, tadi aku berkenalan dengan si pemberi cupcakes ini. Namanya Darlee. Orangnya ramah dan cantik. Aku sangat senang dengannya.” cerita Krichel.

“Bagus kalau begitu. Jadi, kamu sudah mendapatkan teman baru?” Krichel mengangguk dengan cepat dan bahagia. Mr.Damond membelai pony Krichel. “Dad ikut senang mendengarnya.”    

“Hm, Dad tidak ada rencana untuk pergi kan?” Tanya Krichel yang merubah ekspresinya menjadi serius.

“Sebenarnya ada. Kenapa?” Krichel menjadi sedih. Mr.Damond bisa melihat itu. Ia tahu, Krichel sangat membutuhkan sosok orang tua. Dan dirinya hanya bisa melakukan itu ketika sedang libur dikarenakan pekerjaan yang menuntutnya. “Tenang saja, Dad akan mengajakmu. Karena kita akan pergi berbelanja. Kau tahu kan kita belum membeli apa-apa untuk bersediaan di rumah?”

Krichel kembali tersenyum. Dirinya mengangguk sebagai jawaban. “Kapan kita pergi?” Tanya Krichel kemudian.

“Terserah padamu. Yang jelas tidak sekarang, Dad ingin menonton TV dulu.”  jawab Mr.Damond.

“Bagaimana kalau pukul 14:00 saja?” usul Krichel. Mr.Damond terlihat berpikir, lalu pada akhirnya mengangguk sembari tersenyum. “OK. Krichel ke kamar dulu ya, Dad!” ucap Krichel yang kemudian berlari kecil menaiki tangga.

Dikamar, Krichel meraih headphone just beat-nya, dan memasangkannya pada lubang kecil di bagian bawah handphonenya itu. Lalu, menutup telinganya dengan headphone sehingga tak ada yang dapat didengarnya lagi kecuali lagu yang terputar di samping kedua telinganya.



*********************************


“Dad! Sebelah sini!” seru Krichel memanggil Ayahnya yang sedang berada lumayan jauh darinya sehingga ia sedikit berteriak.

Mereka sedang mencari semua kebutuhan sandang pangan, terutama pangan untuk persediaan selama satu bulan di rumahnya. Mr.Damond sedang mencari peralatan mandi, namun tidak menemukannya. Krichellah yang baru saja menemukannya. Mr.Damond menghampiri putrinya.

Krichel dan Ayahnya membeli secara mendetail apa saja kira-kira yang dibutuhkannya pada supermarket besar itu. Sudah kurang lebih tiga jam mereka memburu kebutuhan hidup. Sekarang sudah ada tiga kantung plastik putih besar yang dibawa mereka. Sepertinya, ini sudah cukup. Setelah membayar di kasir, mereka berdua berniat untuk pergi ke café dulu untuk sekadar minum kopi atau makan-makanan ringan.
‘Ilana Café’ tulisan besar yang tepampang di atas pintu masuk café tersebut. Krichel dan Mr.Damond memasuki café itu dan menempati tempat duduk dekat jendela yang berada di pojok ruangan. Café yang lumayan sepi. Tidak banyak orang yang berkunjung di sini. Apakah hanya kali ini atau sering kali? Atau karena ini belum waktunya makan malam? Entahlah. Langit memang sudah menggelap, tapi sepertinya memang belum malam.
Mr.Damond memanggil pelayan dan memesan untuk dirinya dan Krichel. Sambil menunggu pesana datang, Mr.Damond memainkan handphonenya, sedangkan Krichel hanya memperhatikan orang-orang yang berada di café itu. Banyak yang berpasangan, ada juga yang beramai-ramai, bahkan ada juga yang hanya sendiri. Pandangan Krichel berhenti pada seorang lelaki yang duduknya agak jauh dari tempat duduknya dengan Mr.Damond. Sepertinya ia mengenali orang itu. Krichel tidak terlalu melihatnya dengan jelas karena jarak yang cukup jauh. Tapi, ia mencoba menangkap siapa sebenarnya dia? Matanya terus memperhatikan orang itu. Liam?!


-to be Continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar