Senin, 06 Januari 2014

Because Your Smile Part 10

#1DLS "Your Smile" Part 10
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)


-----------------------------------------------------

Krichel membuka Dirrect Massage Twitternya. DM-singkatan dari Dirrect Massage- yang pertama ia lihat adalah dari @Real_Liam_Payne. Astaga! Orang ini, baru saja dibicarakan sudah muncul. Krichel melihat waktunya, lima menit yang lalu. Berarti baru saja, mungkin Liam masih online Twitter.

“@
KrichelDmnd Hai Krichel! Bolehkah aku meminta nomor Handphone-mu?” isi DM dari Liam untuk Krichel.

Krichel terkejut mengapa tiba-tiba Liam meminta nomor Handphone-nya. Namun, ia menuruti permintaan Liam dan membalas DM-nya dengan menyertakan nomor Handphone-nya. Terkirim, Krichel masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Hal sepele, tapi mampu membuat Krichel penasaran. Apa mungkin ini karena perasaannya? Darlee yang melihat Krichel kebingungan berniat untuk bertanya.

“Ada apa?”

“Liam meminta nomor handphone-ku.” jawab Krichel.

“Benarkah?!” sahur Darlee terkejut juga.

Krichel mengangguk. Ia kembali memeriksa DM-nya, apakah sudah ada balasan dari Liam. Ketika ia periksa, ternyata tidak ada. Tak lama, HP Krichel bergetar, tanda ada pesan masuk. Tidak ada nama pengirim. Siapa kira-kira? pikir Krichel. Krichel membaca isi SMS itu yang berisi:

Hi, Krichel! This is me, Liam. Thanks for giving me your number :) What are you doin’ btw?
Perasaan Krichel pada saat itu langsung berbunga-bunga. Tidak pakai pikir panjang, Krichel langsung menjawab SMS itu.

To: Liam Payne
Oh, hi Liam! You’re welcome ;) Nope, just chilling with my friend in my house. What about you?

Terkirim. Krichel langsung tersenyum bahagia kepada Darlee.

“Siapa yang SMS?” Tanya Darlee.

“Guess who!” seru Krichel membuat Darlee semakin ingin tahu.

“Liam?” jawabnya menerka-nerka. Krichel mengangguk-anggukan kepalanya dengan sangat cepat, sembari memperlihatkan deretan giginya.

Lalu handphone Krichel bergetar lagi. Dengan sigap, Krichel membuka SMS itu karena handphonenya masih ia genggam.

From: Liam Payne
Aku sedang tidak melakukan apa-apa. Oh ya, Krichel, bagaimana kalau aku mengajakmu jalan-jalan sore ini? Kamu mau? ;)

Di sini ekspresi Krichel lebih bahagia dari yang tadi. Ia langsung menoleh ke Darlee. Darlee pun siap mendengarkan apa yang akan Krichel katakan.

“Liam mengajakku jalan nanti sore!” ujar Krichel dengan tekanan disetiap kata yang ia ucapkan.

“Aaaa! Congrats!” sahut Darlee dengan wajah yang turut berbahagia.

Krichel membalas SMS dari Liam tersebut.

To: Liam Payne
Sepertinya menarik :D oke, aku mau. Dimana kita akan bertemu?

From: Liam Payne
Di café tempat kita bertemu waktu itu saja. Bagaimana?

Krichel menyetujui itu. Mereka akan bertemu pukul 16:00 di Ilana café. Krichel jadi tidak sabar menanti sore hari. Senyumnya terus mengembang tak bisa membayangkan betapa senangnya ia sore ini akan menghabiskan waktu berdua saja dengan Liam. Banyak khayalan-khayalan konyol yang tergambar dipikiran Krichel. Tapi, Krichel langsung menyingkirkannya jauh-jauh sambil tertawa sendiri menyadari betapa konyolnya ia membayangkan hal seperti itu.



********************************************



Krichel keluar dari taxi dengan terburu-buru. Ia membayar argonya dan bergegas untuk menyebrangi jalan menuju Ilana café. Ya, Ilana café terletak di seberang jalan tempat Krichel turun dari taxi. Ia terburu-buru karena ia terlambat dari jadwal perjanjiannya dengan Liam. Mereka seharusnya bertemu pada pukul 4 sore, tapi ini sudah lewat 15 belas menit dari perjanjian. Karena ini janji pertamanya dengan Liam, Krichel jadi merasa sangat tidak enak sudah terlambat seperti ini. Krichel menyebrangi jalan dengan cepat, tapi tetap berhati-hati. Ia juga tidak mau mencelakakan dirinya kalau ia tidak melihat kiri-kanan saat menyebrang.
Saat berada di dalam café-masih berada di dekat pintu masuk- Krichel menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Liam Payne. Ketika ia menoleh ke arah kanan, seseorang sedang melambai-lambaikan tangannya kepada Krichel. Krichel yakin, itu pasti Liam. Jadi, ia jalan mendekati orang itu. Dan setelah berada di hadapannya, Krichel pun menempati kursi kosong di depan Liam.

“I’m so sorry, I’m late.” ucap Krichel sangat merasa bersalah.

“No problem. Aku juga baru sampai.” jawab Liam disertai dengan senyuman. Sebenarnya, Liam sudah sampai di café ini sejak lima menit sebelum pukul 4 sore. Tapi ia mengatakan itu supaya Krichel tidak terlalu merasa bersalah. Liam memang sangat pandai menjaga perasaan. Terlebih lagi wanita.

Krichel tersenyum, menghembuskan napas leganya. “Jadi, kamu ingin mengajakku kemana?” tanyanya kemudian.

“Suatu tempat yang pasti kamu akan sangat menyukainya.” jawab Liam dengan tatapannya yang tidak telepas dari Krichel.

Krichel merasa salah tingkah diperhatikan oleh Liam seperti itu. Ia menunduk merasa malu, dengan senyuman dibalik tundukkanya. Liam bangkit berdiri dan mengulurkan tangan kanannya kepada Krichel.

“Ayo kita berangkat sekarang saja.” seru Liam.

Krichel memandang uluran tangan Liam. Lalu dengan ragu meraihnya dan bangkit berdiri. Liam dan Krichel meninggalkan café itu dengan tangan Krichel yang digenggam oleh Liam. Krichel merasakan jantungnya berdetak tidak menentu. Krichel sangat merasa senang. Mereka menempuh perjalanan yang sama sekali tidak Krichel ketahui akan kemana. Tempat seperti apa yang Liam bilang akan sangat disukai oleh Krichel? Dan mengapa Liam mengajak Krichel ke tempat itu?

Selama perjalanan, di mobil Liam, Krichel dan Liam membicarakan apa saja saat itu. Liam berbeda sekali dengan malam dimana ia mengantarkan Krichel pulang. Ini baru Liam yang biasanya. Liam tanpa kesedihan yang terpancar dari matanya. Liam yang banyak bicara dan tidak pernah kehabisan kata-kata. Liam yang Krichel inginkan. Melihat Liam sedih sungguh membuat hati krichel tidak enak. Dan melihat kebahagiaan Liam kembali seperti ini, membuat semangat baru bagi Krichel. Tidak tersasa sudah satu jam perjalanan mereka lalui. Dan nampaknya, mereka sudah sampai pada tujuannya.

“Kita sudah sampai.” seru Liam.

Krichel melihat suasana di luar mobil melalui kaca jendela mobil. Pantai? tanyanya dalam hati. Ya, Liam mengajak Krichel kesebuah pantai. Suasana di pantai itu tidak terlalu ramai. Dan tidak seperti yang Krichel bayangkan. Krichel pikir, Liam akan mengajaknya ke suatu tempat yang sangat indah. Tapi pantai ini terlihat seperti pantai biasa yang pernah Krichel lihat.

“Hey, kenapa diam? Ayo turun.” ucap Liam yang tiba-tiba sudah berada di samping pintu tempat duduk Krichel. Liam membukakan pintunya, dan Krichel pun keluar dari mobil. Liam kembali menutup pintu mobil.

“Terimakasih.” sahut Krichel. Liam membalasnya dengan senyuman manis.

Liam kembali menggandeng tangan Krichel dan membimbingnya memasuki pantai itu. Krichel terkejut. Ternyata pantai ini jauh lebih indah jika dilihat langsung dari dalam. Airnya berwarna sangat biru. Bersih, tidak ada sampah sama sekali. Pasir pantai yang sangat lembut. Warnanya hampir mendekati putih bersih. Liam mengajak Krichel untuk duduk di atas pasir putih nan lembut itu. Mereka menghadap kelautan luas. Duduk berdua sambil menekukkan kaki mereka. Krichel menumpukan kedua tangan pada lututnya, melipat tangannya.

“Mengapa kamu mengajakku kesini?” Tanya Krichel membuka pembicaraan pertamanya di pantai indah itu.

“Ingin memperlihatkan sesuatu.” jawabnya. Liam menoleh kepada Krichel dan menatapnya dengan mata yang mengarah tepat pada mata Krichel. “Terimakasih atas kata-katamu waktu pertemuan pertama kita di café.” lanjut Liam.

“Kata-kataku? Yang mana?” Tanya Krichel yang tidak merasa pernah mengatakan apa-apa.

“Kita tidak boleh larut dalam kesedihan. Ia pergi, karena bukan ialah yang tercipta untuk kita. Dengan kepergiannya kita jadi bisa menemukan kembali seseorang yang lebih tepat. Dan tanpa kita ketahui, seseorang itu adalah jodoh kita.” jawab Liam mengucapkan kembali persis seperti yang pernah Krichel ucapkan.

“Wow, aku tidak menyangka kamu bisa menghapalnya.” sahut Krichel.

“Kata-kata itu sangat meresap di otakku, jadi mana mungkin aku lupa. akan selalu aku ingat. Sekali lagi terimakasih.”

Krichel merasa hatinya sedang melayang di udara. “Sama-sama. Aku senang bisa membantumu, Liam.” jawab Krichel menatap mata Liam. “Aku juga senang melihat senyumanmu kembali terukir dengan tulus, tanpa paksaan.”

Sekarang, giliran hati Liam yang merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia sangat senang dan bahagia atas ucapan gadis di sampingnya ini. Mata Liam terus menatap dalam ke mata Krichel. Begitu pun dengan Krichel. Dirinya seolah terpenjara dan tak bisa lepas dari mata kecokelatan Liam. Mereka saling memandang untuk beberapa saat. Sama-sama terhanyut dalam tatapan masing-masing. Tidak sadar bahwa mereka sedang berada di kenyataan. Detak jantung mereka berdua sama-sama tidak beraturan. Di hadapan mereka, matahari sedang beranjak turun untuk berganti dengan bulan. Entah apa yang menyebabkannya, Liam langsung tersadar dan memalingkan wajahnya dan kembali menatap ke depan. Sangat terlihat bahwa ia salah tingkah.

Sunset akan segera muncul. “Krichel! Lihat itu!” seru Liam menunjuk ke arah matahari terbenam.

Indah sekali. Pemandangan matahari terbenam yang sangat sulit dipercaya. Langit yang mulai menggelap di sertai dengan turunnya matahari. Langit itu mempunyai lapisan warna. Di paling atas, langit berwarna gelap. Di bawahnya, langit berwarna keunguan terpampang jelas. Dan warna yang terakhir, berada dibawah langit keungun, tertera warna jingga kemerahan dengan matahari di dalamnya. Pemandangan yang tidak pernah Krichel lihat sebelumnya. Pandangan Krichel tidak bisa lepas dari sang dewa penerangan itu. Diperhatikannya matahari yang mulai turun. Sangat perlahan, tapi pasti. Matahari yang seolah akan tenggelam dilautan luas. Sungguh sangat menakjubkan. Tenggelamnya matahari itu berlangsung sekitar 10 menit.

“So beautiful.” seru Krichel agak berbisik saking takjubnya atas apa yang barusan ia lihat dengan matanya sendiri.

“Ya.” sahut Liam. Ia mendengar apa yang barusan Krichel ucapkan. “Itulah yang aku ingin perlihatkan padamu.”

Tak sadar, satu tetes air mata Krichel meluncur ke pipi mulusnya. Bahagia akan keindahan alam ini. Tapi, ia langsung menghapusnya.

“Kenapa kamu menangis?” nada cemas Liam terdengar.

“Ah-tidak. Tidak apa. Terimakasih Liam, ini sangat indah. Aku tidak percaya bisa melihat pemandangan semenakjubkan ini.”

Liam tersenyum. Ia senang bisa membuat Krichel bahagia. Ia senang bisa menjadi penyebab Krichel menangis bahagia. Dan tentu saja senyuman itu, senyuman yang sejak awal memikat pandangan Liam. Perlahan tangan kiri Liam mendekat ke tangan kanan Krichel, hingga akhirnya bersentuhan. Liam mengenggam tangan Krichel erat. “Sama-sama.” ujar Liam lembut.

Krichel melihat tangannya yang digenggam Liam. Lalu menatap Liam dengan senyuman.
“Aku senang melihat senyumanmu.” ucap Liam.

Jantung Krichel menambah kecepatan berdegupnya entah berapa kali lipat. Krichel teringat ada seseorang yang pernah mengatakan hal yang sama. Niall. Niall juga pernah berkata bahwa ia senang melihat senyuman Krichel. Pipi Krichel memanas. Tidak bisa berkata apa-apa. Rasa gugupnya muncul karena 4 kata yang barusaja Liam katakan padanya. Oh, Tuhan, aku benar-benar jatuh cinta kepa lelaki ini, Krichel berucap dengan hati terdalamnya.
Langit sudah gelap seutuhnya. Bintang-bintang dan sang bulan yang sekarang menggantikan perkerjaan matahari. Pemandangan langit ini juga tidak kalah indah, ribuan bintang berkerlap-kerlip dan bulatnya bulan purnama menghiasi benda lebar tak berbatas yang sekarang gelap gulita ini. Krichel mendongakkan wajahnya, melihat ke atas. Liam mengikuti gerakan Krichel. Dan disinilah mereka sekarang. Setelah melihat pemandangan sunset yang begitu indah, mereka duduk di bawah keindahan pemandangan langit, berpegangan tangan. Sungguh hari yang tidak bisa dilupakan bagi Krichel maupun Liam.

Dinginnya angin malam menusuk sampai ke dalam tulang. Krichel merasa sangat kedinginan karena ia hanya berpakaian dress biru muda tanpa lengan dengan panjang di atas lutut. Gerakan Krichel yang gemetar semakin meyakinkan bahwa ia kedinginan.

“Pasti kamu kedinginan.” ujar Liam, mendekatkan tubuhnya dengan Krichel, dan merangkulnya dari samping. Liam tidak memakai jacket, namun ia memakai kaus berlengan panjang. Jadi, ia cukup merasa hangat. “Sudah cukup hangat?”

Ya, hangat. Berada sedekat ini dengan Liam membuat suhu tubuhnya meningkat. Detakan jantung yang cepat membuat pompaan darah yang semakin cepat juga, sehingga darah di dalam tubuh Krichel mengalir deras menghangatkan badannya. Krichel mengangguk.

“Terimakasih.” ucap Krichel. Krichel menyandarkan kepalanya di bahu kiri Liam. Nyaman sekali. Mereka berdua menikmati moment ini sejenak. Membiarkan benih-benih cinta bertumbuh seiring waktu berputar.

“Hey, bagaimana kalau kita makan malam dulu?”seru Liam menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Krichel.

Krichel menatap ke atas, menatap wajah Liam. Wajah mereka sangat berdekatan saat ini. “B-baiklah.” seru Krichel sedikit tergagap karena gugup atas tatapan mata Liam.



********************************************



Gadis berambut hitam panjang itu baru saja selesai mandi dan mengganti bajunya dengan piyama, bersiap untuk tidur. Krichel tidak bisa berhenti tersenyum mengingat keindahan malam ini. Mengingat tatapan mata Liam dan kata-kata Liam yang menyanjung hatinya. Mengingat aroma tubuh Liam saat ia bersanding di pelukan Liam di bawah taburan bintang. Mengingat semua tentang Liam yang sekarang memenuhi pikiran Krichel Damond. Bahkan sekarang gadis ini jadi tidak merasakan kantuk sama sekali karena otaknya sibuk dengan segala tentang lelaki british itu. Krichel mengambil gitar berwarna putihnya di sudut ruangan. Ia beranjak keluar kamar dan ingin menuju ke taman kecil di belakang rumahnya.

“Mau kemana Krichel?” tegur Mr.Damond ketika Krichel melewatinya di ruang TV.

“Cuma ke taman belakang kok Dad. Mau main gitar.” jawab Krichel.

“Tapi ini sudah malam, nak.”

“Ya, tapi Krichel belum bisa tidur. Mungkin dengan bernyanyi Krichel jadi bisa tidur. Boleh ya Dad?” bujuk Krichel.

“Ya sudah, lagi pula ini juga belum terlalu malam.” Mr.Damond melirik jam dinding tepat menempel di dining di atas TV, menunjukkan pukul 20:07. “Tapi janji, harus masuk sebelum jam 10, mengerti?” ujar Mr.Damond memberikan peringatan.

“Okay, Dad!” sahut Krichel lalu meneruskan langkahnya sampai pada taman belakang rumah Krichel.

Di taman kecil itu hanya terdapat beberapa jenis bunga dan pohon. Tapi tempat itu cukup nyaman bagi seseorang yang ingin menyendiri. Di sana terdapat sebuah bangku panjang berwarna hijau tua yang terletak di samping pohon cemara yang cukup tinggi. Krichel menempati bangku tersebut. Memangku gitar putih kesayangannya di paha. Ia memandang langit malam sejenak dan tersenyum. Menghirup udara malam yang dingin sambil memejamkan mata. Lalu kembali melihat gitar di pangkuannya, membenarkan posisinya dan bersiap untuk memetiknya.

“I’ve tried playing it cool. But when I’m looking at you, I can never be brave. Cause you make my heart race.” suaranya mengalun seiring dengan petikan gitar.

“Shot me out of the sky. You’re my kryptonite. You keep making me weak yeah, frozen and can’t breathe. Something gotta give now. Cause I’m dying just to make you see. That I need you here with me now. Cause you’ve got that one thing.” lanjut Krichel mulai menikmati lagu yang berjudul ’One Thing’ ini.

“So get out, get out, get out of my head. And fall into my arms instead. I don’t, I don’t, Don’t know what it is. But I need that one thing, and you’ve got that one thing.” lalu Krichel memainkan intro sejenak.

“Now I’m climbing the walls..” sambung seseorang dan yang pasti itu bukan suara Krichel. Krichel terkejut dan langsung menghentikan permainan gitarnya, lalu menoleh ke sumber suara.

“Mengapa berhenti?” ucap seseorang itu.

“Niall?!” seru Krichel sangat terkejut.

“Wah, ternyata selain mempunyai suara yang bagus, kamu juga bisa bermain gitar ya!” ujar Niall sembari melangkah mendekati gadis berpiyama itu.

Krichel hanya tertawa kecil. “Mengapa kamu bisa tahu aku di sini?”

“Jelas papa-mu yang memberitahuku, Krichel Damond!” jawab Niall mengacak sedikit poni Krichel, lalu duduk di sebelahnya. “Tadi Mr.Damond menyuruhku untuk langsung menemuimu di taman belakang. Ya sudah, ia menunjukkan jalannya dan aku menghampirimu.” sambung Niall menjelaskan.

Krichel membenahi poni-nya sambil bergumam “Oh.” yang lumayan panjang.
“Hey, ayo lanjutkan lagi nyanyiannya!” seru Niall.

“OK!” sahut Krichel dan kembali memetik gitarnya dengan melody yang tadi sempat terputus. Kali ini, Krichel membiarkan suara Niall mengalun.

“Now I’m climbing the walls. But you don’t notice at all. That I’m going out of my mind, all day and all night.”

Krichel kembali mengambil suara. “Something gotta give now. Cause I’m dying just to know your name. That I need you here with me now. Cause you’ve got that one thing.”

Dan bersama-sama. “So get out, get out, get out of my head. And fall into my arms instead. I don’t, I don’t, Don’t know what it is. But I need that one thing. So get out, get out, get out of my mind. And come on come into my life. I don’t, I don’t, Don’t know what it is. But I need that one thing, and you’ve got that one thing.”

Mereka melanjutkan lagu itu sampai selesai. Terlihat suasana menyenangkan di antara mereka berdua. Mata mereka ikut bernyanyi seolah mengekspresikan apa makna dari lagu itu, yang sebenarnya memang sedang dialami oleh keduanya. Mereka sampai lupa kalau hari sudah malam. Untung saja daerah rumah Krichel jarak rumah ke rumah tidak terlalu berdekatan, jadi mungkin tidak terdengar sampai ke telinga para penduduk lain. Dan, akhirnya mereka selesai menyanyikan lagu itu.

“Mengapa kamu memilih lagu ini untuk dinyanyikan? Apa suasana hatimu sedang sesuai dengan lagu ini?” kata Niall bertanya.

“Ya, begitulah.” jawab Krichel dengan menyunggingkan senyum.

“You know what ‘one thing’ mean’s?” seru Niall kembali bertanya.

“Yap.”

“What?”

“Love.” jawab Krichel mantap.

“So, now you are fall in love?” ucap Niall melontarkan pertanyaan ke-enamnya pada malam hari ini kepada Krichel. Dan pertanyaan yang sebenarnya Niall takut untuk mendengarkan jawabannya. Jika benar Krichel sedang jatuh cinta, siapa yang sedang dicintainya? Dirinyakah?

Krichel tidak menjawab pertanyaan Niall yang satu ini. Ia malah hanya tersenyum sembari memandang tarian rumput yang menggelitik telapak kakinya di bawah sana karena tertiup angin.

“Krichel? Mengapa diam saja?”

“Niall, mengapa kamu jadi banyak tanya seperti ini? Ha ha, aneh.” ujar Krichel menyuarakan tawaan renyahnya.

“Ya, bukan apa-apa. Aku hanya penasaran.”

Krichel menoleh ke Niall masih dengan tawaan kecil. “Ya, aku memang sedang jatuh cinta.”

Perasaan Niall langsung tidak beraturan. Jawaban yang takut Niall dengarkan akhirnya terdengar. Satu pertanyaan yang kini ada di benak Niall. “Dengan siapa?” ucapnya memberanikan diri untuk bertanya. Tapi, ia tak tahu apakah ia sanggup untuk mendengar jawaban dari Krichel. Bagaimana jika Krichel menyebutkan nama selain dirinya? Hidup Niall pasti akan hancur dimulai dari hari ini. Ia hanya berharap Krichel tidak mau menjawabnya.

“Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Dan pasti akan sangat terkejut!” dan inilah jawaban yang keluar dari mulut Krichel.

Entah harus lega atau penasaran yang sekarang Niall bingungkan. Akan sangat terkejut? Memang kenapa aku harus terkejut? Apakah seseorang itu adalah seseorang yang aku kenal? Atau malah seseorang itu benar aku? Pertanyaan-pertanyaan dalam hati Niall. Hanya pertanyaan terakhirlah yang Niall harapkan jawabannya ‘Ya.’ Tapi Niall tidak ingin berharap terlalu jauh dulu. Karena ia belum siap untuk menerima kenyataan bahwa andai bukan dia yang dicintai Krichel. Jadi, Niall tidak mengajukan pertanyaan lagi untuk saat ini. Niall hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Baiklah kalau begitu.”

“Krichel!” terdengar suara berat lelaki menyebut nama Krichel. Krichel dan Niall menoleh ke sumber suara itu. Dan ternyata adalah Mr.Damond. “Apa janjimu pada Dad?”

Krichel langsung meraih tangan Niall dan melihat ke jam tangan yang Niall kenakan. Pukul 10 malam. “Astaga, cepat sekali waktu berjalan.” ucapnya pada diri sendiri. Tapi Niall mendengarnya.

“Ada apa?” tanya Niall.

Krichel tidak menjawab pertanyaan Niall. Melainkan menjawab panggilan Ayahnya. “Iya, Dad, aku masuk sekarang!” serunya sedikit berteriak. “Maafkan aku, Niall, aku sudah berjanji untuk masuk ke rumah pukul 10.” ucapnya.

“Oh, begitu. Ya sudah kalau begitu aku pamit pulang, ya.”

Krichel mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan memasuki rumah besar itu. Niall berpamitan dengan Mr.Damond dan langsung pergi untuk pulang ke apartementnya.



********************************************



Krichel terbangun dari tidurnya karena mendengar suara getaran. Krichel membuka mata dan meraba-raba untuk menggapai handphonenya. Dapat! Ia langsung melihat ke layar handphone. 2 pesan masuk baru. Pesan pertama yang ia baca adalah dari Liam Payne! Krichel membuka matanya lebar-lebar dan langsung terduduk di tempat tidurnya.

From : Liam Payne
Good Morning, Krichel! ;)

Kalimat singkat itu mampu membuat mata Krichel segar. Tunggu, pagi? Memang ini sudah pagi? Ucap Krichel dalam hati. Krichel melihat waktu pesan itu masuk ke handphonenya. 21.05.2013 08:05 AM, itulah tulisan yang tertera di atas isi SMS yang barusan dibacanya. Asataga, benar! Sudah pagi ternyata. Krichel merasa mengapa waktu tidurnya cepat sekali. Tapi, rasa kantuknya langsung berubah menjadi semangat oleh 3 kata yang dikirim Liam itu.

To : Liam Payne
Good Morning too Liam :D

Isi balasan untuk Liam dan sudah terkirim. Kemudian ia membuka pesan masuk lainnya. Tertera nama Darlee di sana. Lalu Krichel membaca pesan itu.

From : Darlee
Hei, Krichel, bagaimana kalau hari ini kita pergi keluar? Terserah kamu saja mau kemana. Aku sedang bosan di rumah. Bagaimana? Mau tidak?

Krichel berpikir sejenak. Ia sih mau saja pergi keluar bersama Darlee. Toh ia juga memang tidak punya kegiatan kan sebelum kuliahnya dimulai sampai bulan September nanti? Namun, Krichel bingung, kemana ya kira-kira? Krichel terdiam beberapa detik memikirkan sesuatu.

“One Direction! Ha ha, ya! Darlee kan salah satu Directioners juga. Pasti ia akan sangat senang jika bertemu mereka!” seru Krichel berbicara sendiri. Handphone Krichel kembali bergetar. Pesan masuk dari Liam. “Sekalian saja aku tanya apakah mereka sibuk atau tidak.” ucapnya lalu membuka SMS dari Liam itu.

From : Liam Payne
Aku kira kamu belum bagun, ha ha ha :p

To : Liam Payne
Ya, aku bangun karena ada SMS darimu, he he. Oh, ya, hari ini The Boys ada acara tidak?

From : Liam Payne
Sebenarnya sekarang kita sedang ada di studio rekaman. Tapi, mungkin akan selesai pukul 3 sore nanti. Memang kenapa?

To : Liam Payne
Aku ingin berkunjung ke apartement kalian. Sekalian mau memperkenalkan salah satu temanku. Dia directioner!



-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar