Senin, 06 Januari 2014

Because Your Smile Part 11

#1DLS "Your Smile" Part 11
created by @DyahAnindes


enjoy reading ;)


-----------------------------------------------------

To : Liam Payne
Aku ingin berkunjung ke apartement kalian. Sekalian mau memperkenalkan salah satu temanku. Dia directioner!

From : Liam Payne
Oh yasudah kalau begitu, kamu dan temanmu datang saja sekitar pukul 3. Atau perlu aku jemput?

To : Liam Payne
Tidak, tidak usah
J aku dan temanku naik taxi saja he he.

From : Liam Payne
Baiklah. Sampai bertemu nanti Krichel :D xxx

To : Liam Payne
Okay! See you Liam!

Begitulah kira-kira isi percakapan singkat antara Krichel dan Liam. Krichel jadi tidak sabar melihat bagaimana tanggapan Darlee bahwa hari ini ia akan mengajaknya bertemu dengan One Direction. Ha ha, ia pasti akan berteriak terima kasih padaku banyak sekali dengan sangat gembira! seru Krichel dalam hati. Setelah itu, Krichel mengalihkan pandangannya ke layar handphone dan mulai mencari kontak nomor handphone Darlee. Ia akan mengabarinya lewat telepon saja. Sudah ketemu, Krichel langsung menekan tombol hijau.

“Halo, Krichel!” suara diseberang sana menyapa.

“Hai, Darlee! hm, apakah tawaranmu mengajakku pergi keluar masih berlaku?” ujar Krichel.

“Tentu saja! Aku menunggu balasan SMS darimu sejak tadi tahu?!” protes Darlee.

“Iya, maaf. Tadi aku membalas SMS dari Liam dulu, he he.”

“Oh. Okay. Ya, ya, aku mengerti.” seru Darlee dengan nada malas. Sebenarnya ia sedang menggoda Krichel.

“Ha ha, apa deh kamu ini! Eh, aku punya kabar gembira!”

“Kabar apa?”

“Tapi, kamu janji tidak akan berteriak ya! Aku bisa tuli nanti!”

“Tergantung apa isi beritanya. Kalau kamu bilang kamu akan mempertemukanku dengan 1D pasti aku berteriak ha ha ha.” ucap Darlee dengan nada bercanda. Mengapa bisa tepat sekali jawabannya? pikir Krichel.

Krichel menghela napas. “Berarti aku harus bersiap menutup telingaku rapat-rapat.”

“A-a-apa? Ja-jad-jadi?”

“Tunggu dulu! Aku mau menutup telingaku. Ya, Darlee, jam 3 sore nanti!”

Benar saja, Krichel langsung menutup telinga kanannya dan kemudian terdengar suara teriakan kencang yang terdengar jauh. Karena diseberang sana, Darlee berteriak dengan menjauhkan handphonenya. Darlee juga tidak ingin membuat temannya tuli seketika.

“K-Ka-Kamu serius, Chel?” Tanya Darlee yang kini napasnya terengah-engah karena menahan semua teriakan yang masih ingin Darlee keluarkan.

“Iya, aku serius. Aku juga sudah bicara pada Liam tadi.”

“OH MY GOD! Thank you, thank you, thank you, thank you Krichel!” seru Darlee.
Benarkan dugaanku? Ha ha. Ucap Krichel dalam hati.

“Ya, ya, you’re welcome honey.” sahut Krichel dengan tawaan kecil.

“Baiklah, nanti aku akan ke rumahmu sebelum kita berangkat.”

“Okay. Bye Darlee.”

“Bye, Krichel.”

Dan suara nada sambungan putus pun terdengar. Krichel tersenyum bahagia menatap layar handphonenya. Ia senang bisa membuat temannya sesenang itu. Ia juga senang akhirnya ia bisa berkumpul kembali dengan 5 orang tampan yang konyol itu. Pasti hari ini akan menjadi hari yang menakjubkan.



********************************************



Sudah lewat lima menit dari pukul 3 tepat. Krichel sedang berdiri di depan pagar rumahnya ditemani dengan sebuah taxi yang sudah datang tepat waktu. Flat shoes cokelat yang menutup telapak, jemari, dan tumit kedua kakinya itu ia hentak-hentakkan ke tanah seperti orang yang sedang menunggu sesuatu. Ya memang benar, ia sedang menunggu Darlee yang belum kelihatan juga bahkan sehelai rambutnya. Kemana gadis itu? Dengan jarak rumah tidak sampai 10 meter saja bisa membuatnya terlambat? Oh pasti masalah bukan terletak pada perjalanannya ke rumah Krichel, tapi apa saja yang dilakukan gadis blonde itu di dalam rumahnya. Tak lebih dari dua menit kemudian, Darlee muncul dari depan rumahnya dan berlalri kecil menghampiri Krichel.

“Bagaimana nona?” ledek Krichel setelah Darlee sudah berada dihadapannya.

“He he he he. Ya, maaf aku terlambat. Ayo langsung berangkat.”

“Maaf diterima.” sahut Krichel singkat lalu berjalan mendekati taxi dan masuk ke dalamnya diikuti dengan Darlee.

Dalam perjalanan, Darlee terus saja menggosokkan kedua telapak tangannya yang basah. Astaga, dia terlihat nervous sekali! Apa aku juga seperti ini waktu itu? benak Krichel berbicara. Perjalanan hanya berlangsung kurang dari 15 menit. Sekarang mereka sudah berada di lobby apartement tempat The Boys beristirahat. Krichel dan Darlee saling bergandengan menelusuri lorong-lorong apartement sampai akhirnya masuk ke dalam lift. Darlee masih terlihat gugup. Sebenarnya Darlee ini tipe orang yang cuek pada hal apapun. Ia juga mudah menyembunyikan perasaan dengan ekspresi yang biasa saja. Tapi entah mengapa dia terlihat jelas sekali gugupnya. Atau mungkin ini karena di depan Krichel saja? Jadi ia tidak masalah jika Krichel tahu bahwa ia sedang gugup. Dan benar saja, di sinilah mereka sekarang. Berada di depan pintu masuk ruang 14 dan seorang lelaki berambut keriting yang membukakan pintu.

“Hai, Harry!” sapa Krichel lembut dengan senyuman.

“Hai, Krichel! Tidak menyangka kamu akan datang.” sahut Harry memperlihatkan lesung di kedua pipinya. “Ayo masuk!”

Krichel mendahului Darlee masuk ke dalam. Darlee menyusul karena tarikan dari tangan Krichel. “Halo semuanya!” Krichel kembali menyapa. Semua penghuni ruangan menoleh ke arah Krichel.

“Lho, Krichel?” seru Niall seolah tak percaya bahwa Krichel di sini, di hadapan mereka.

“Ha ha! Maaf aku lupa memberitahu kalian kalau Krichel akan datang.” lalu suara Liam terdengar menyambar.

Krichel memperlihatkan senyumnya. Dan menoleh kepada Darlee, yang sekarang sudah merubah ekspresi wajahnya jadi biasa saja. “Kenalkan, ini Darlee, temanku yang juga Directioner.”

Lalu 5 orang lelaki itu secara bergantian menjabat tangan Darlee dan menyebutkan namanya masing-masing. Tidak lupa juga menyuarakan “Nice to meet you”-nya. Di sinilah mereka semua, berkumpul di ruang TV, tempat biasa mereka mengobrol, dan bercanda. Keadaan normal saat mereka berkumpul seperti saat ini adalah tertawa lepas dan tidak berhenti menceritakan sesuatu dengan topic yang berbeda-beda. Darlee juga terlihat nyaman dalam percakapan konyol ini. Buktinya, ia tidak lagi terlihat canggung. Ia selalu menjawab jika di tanya dan selalu menyahut jika itu perlu. Orang yang sangat cepat beradaptasi, itulah Darlee.

“Bagaimana kalau kita bermain?” tukas Louis ditengah pembicaraan yang mulai memudar itu.

“Bermain apa?” tanya Darlee menanggapi.

“Kalian pasti tahu permainan ‘Truth or Dare’ kan? Yang belakangan ini marak di dunia maya?” ucap Louis memastikan.

Yang benar saja! Louis mau mengajak kita bermain Truth or Dare?! Permainan yang sangat mengerikan untukku! Dimana kita harus berani melakukan sesuatu yang konyol atau harus jujur menjawab pertanyaan yang menyebalkan. Sama sekali bukan ide yang bagus, Louis! gerutu Krichel dalam hati. Ia memang sebal betul dengan permainan yang biasa di sebut ‘ToD’ ini.

“Ide yang bagus!” seru Niall setelah ia menganggukkan kepalanya.

Lalu semua menyetujuinya. Bahkan Darlee! Krichellah satu-satunya orang di sana yang mengeluarkan ekspresi “HAH?!”-nya. Namun apa daya? Semua sudah menyetujinya, ia harus mengikuti mau tidak mau.

“Oke! Aku akan mencari botol kosong di dapur.” seru Zayn.

“Bantu aku menggeser ini!” ujar Liam yang terlihat sedang bersaha menggeser meja ruang TV agak meminggir agar di tengah ada tempat yang luas untuk kita membuat lingkaran dengan posisi duduk.

Semuanya membantu kecuali Krichel dan Darlee. Mereka berdua hanya menyaksikan aktivitas merepotkan itu. Para lelaki itu menggeser barang-barang yang ada sampai terbuatnya ruangan yang cukup luas di antara barang-barang yang baru digeser itu. Zayn kembali dengan membawa botol beling berwarna hijau yang ringan.

“Baiklah, ayo kita membuat lingkaran!” seru Zayn. Semuanya menuruti.

Mereka semua duduk di lantai dengan kaki bersila. Membuat lingkaran yang tidak terlalu besar namun rapi. Krichel dan Darlee bersampingan. Liam duduk di sebelah kiri Krichel. Dan terus ke kiri secara berurutan Louis, Niall, Zayn, dan Harry. Dengan begitu, Darlee bersebelahan dengan Harry. Dan jujur saja, setiap melihat Harry, jantung Darlee mempercepat pompaan darahnya. Krichel sudah tahu bahwa personil favorite Darlee memang lah Harry Styles.

“Siapa yang pertama memutar botolnya?” Tanya Harry.

“Bagaimana kalau Ladies First?” usul Niall menaik-turunkan kedua alisnya.

“Ya, tapi, disini yang wanita ada dua.” sahut Louis.

“Begini saja. Aku akan mengajukan sebuah pertanyaan. Siapa diantara kalian berdua yang mengangkat tangannya terlebih dahulu dan jawabannya benar, ia yang pertama memutar botolnya, bagaimana?” sekarang usul dari Zayn. Semua melihat ke arah Krichel dan Darlee. Krichel dan Darlee pun mengangguk setuju. “Baiklah. ini pertanyaan yang sangat mudah. Apalagi bagi seorang Directioners.” sambung Zayn. “Oke, kalian boleh angkat tangan setelah hitungan ketiga ya! Pertanyaannya, apa single pertama One Direction?”

Kedua gadis itu langsung gatal ingin mengangkat tangan kanannya. Tapi, Zayn belum mulai menghitung, jadi mereka tunggu sampai hitungan yang ke tiga.

“1..2..3!”

Beda sepersekian detik hampir bersamaan. Tapi, Krichel terlihat lebih dulu mengangkat tangannya ketimbang Darlee.

“Jadi jawabannya?” tanya Zayn.

“What Makes You Beautiful, of course.” jawab Krichel mantap dan yakin. Jelas saja, itu adalah pertanyaan termudah setelah 1+1 bagi dirinya.

“Ha ha ha, oke, kamu duluan yang putar botolnya.” ujar Liam.

Krichel mencondongkan badannya untuk bisa meraih botol tersebut. Lalu setelah ia memegangnya, dengan kuat ia memutar botol itu. Botol berputar sangat cepat. Semua orang di situ menunggu pada siapakah ujung botol itu berhenti dan siapakah yang akan mendapatkan tantangan pertama. Botol itu melambat dan akhirnya benar-benar berhenti pada… Harry!

Krichel menoleh ke Harry dan tersenyum iseng. “Jadi, Truth or Dare, Harry?”

Harry terlihat berpikir. “Truth.” jawabnya kemudian. Truth adalah dimana seseorang itu harus menjawab jujur apapun pertanyaannya.

Krichel menoleh sejenak ke arah Darlee. Terpikirkan oleh Krichel bahwa ia akan membuat detakan jantung Darlee menderu-deru. Sungguh pikiran yang usil. “Menurut kamu Darlee itu bagaimana?” ujarnya.

Saat itu Darlee langsung menoleh ke Krichel dan membulatkan matanya. Krichel hanya menanggapinya dengan tawaan meledek.

“Ayo, Harry jawab dengar jujur! Ha ha!” seru Louis. Semuanya memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan jawaban dari Harry.

“Hmm, Darlee itu gadis yang menyenangkan dan pastinya dia itu cantik.” jawab Harry pada akhirnya. Dan ketika ia mengucapkan kata ‘cantik’ ia menoleh ke Darlee. Benar, jantung Darlee seolah akan berhenti saat itu juga. Sorakan dari sahabat-sahabatnya itu langsung terdengar. Mereka menggoda Harry.

“Hanya itu saja?” Krichel kembali bertanya karena merasa tidak puas.

“Aku kan baru mengenalnya hari ini. Jadi, mana mungkin aku mengatakan hal yang macam-macam.” jelas Harry. Benar juga yang ia katakan. “Oke, sekarang aku yang memutar botolnya.” seru Harry. Karena memang begitu peraturannya. Orang yang mendapatkan tantangan berhak untuk memutar botol pada kesempatan selanjutnya dan berhak memberi tantangan. Botol itu kembali berputar. Dan kembali melambat sampai akhirnya berhenti. Liam, yang sekarang harus menerima tantangan. “Truth or Dare?” tanya Harry.

“Dare.” jawab Liam mantap. Untuk Dare, ini adalah di mana seseorang harus melakukan apa saja yang disuruh oleh si penantang.

Harry langsung berpikir untuk mengerjai Liam. Ia sudah tahu bahwa pandangan Liam kepada Krichel itu berbeda. Dan dia menebak Liam menyukai Krichel. Walaupun ia tidak yakin, tapi tebakannya itu betul. “Tatap mata Krichel selama satu menit!”

“WHAT?!” malah Krichel yang terkejut. “Mengapa harus aku?” protesnya.

Jelas saja Krichel protes. Liam disuruh menatap matanya di depan orang-orang konyol ini! Sama saja memperlihatkan kebodohan Krichel karena akan terhanyut oleh tatapannya! GILA! Sebenarnya tantangan ini untuk aku atau Liam? gerutu Krichel dalam hati. Karena ini secara tidak langsung menantang Krichel untuk tetap terlihat biasa jika harus berpandangan dengan Liam. Itu pasti sangat sulit!

“Oke!” seru Liam.

Tuhan selamatkanlah akuuu! jeritan hati Krichel. Krichel tidak berani menoleh ke arah Liam. Krichel malah menoleh ke Darlee. Darlee sedang tertawa saat itu. Lalu menoleh ke Krichel dengan pandangan yang seolah berkata “Rasakan!” Sial! Darlee pasti sangat senang, pikir Krichel.

“Hey, Krichel! Ayolah Liam akan menjawab tantangannyaa!” seru Harry, sang pemberi tantangan.

Dengan sangat perlahan dan berat hati Krichel memutarkan tubuhnya menghadap Liam. Dan mulai melihat tepat ke mata cokelat tua yang selama ini membuat Krichel tersesat di dalamnya. Liam juga mulai melihat lekat-lekat ke mata Krichel. Sebenarnya bukan hanya Krichel yang merasakan jantungnya akan pecah saat ini. Liam juga merasakan hal yang sama. Krichel jadi teringat saat dipantai menawan itu. Mereka berdua juga sempat bertatapan seperti ini sebelum sunset mulai turun. Keindahan itu seolah tergambar kembali di mata Liam. Nyaman, suasana yang sekarang mulai terasa. Memang inilah perasaan Krichel setiap kali manatap Liam.

Dan selama tatapan itu berlangsung, ada sepasang mata yang tidak mau melihat pemandangan di hadapannya ini. Sepasang mata biru Niall. Niall tahu ini hanyalah sebuah permainan. Tapi, entah kenapa hati Niall terasa sakit melihat Krichel menatap mata orang lain selain dirinya.

“Yap. Sudah satu menit!” seru Harry. Liam dan Krichel pun tersadar dan saling memalingkan wajah.

“Ha ha haaa! Bagaimana rasanya?” goda Zayn. Tidak ada yang menjawab itu. Mereka berdua hanya tersenyum malu karena salah tingkah.

“Sekarang aku yang memutar botolnya!” seru Liam dan meraih botol itu. Memutarnya dan kembali menunggu akan dimana ujung botol ini menunjuk. Berhenti, dan…. Louis!

“Mati aku.” ucap Louis spontan. Membuat gelak tawa pecah seketika.

“Oke Louis, Truth or Dare?” aju Liam.

“Hmm, Truth.” jawab Louis.

“Baiklah. Jujur saja aku sangat ingin mendengar jawaban ini. Mana yang kau lebih relakan jika ia hilang, Kevin atau wortel?” ujar Liam menyuarakan pertanyaannya. Semuanya tertawa mendengar pertanyaan Liam.

“Oh, God! Oh GOD!” seru Louis menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. “Kevin… wortel… Oh My God! Aku tidak bisa menjawabnyaaaa!” Gelak tawa kembali pecah karena kelakuan konyol Louis ini. Memang benda yang paling berharga di hidupnya itu adalah Kevin dan wortel. Kevin adalah boneka atau bisa disebut patung burung merpati yang ringan. Barang itu sudah seperti sahabatnya sendiri. Sedangkan wortel adalah makanan kesukaan Louis. Ia tidak bisa makan tanpa ada sentuhan wortelnya. Bagaimana jika mereka hilang? Louis tidak bisa membayangkan itu.

“Ayolah Louis, ini kan hanya sebuah pertanyaan. Mereka tidak akan hilang!” bujuk Liam.

“Baiklah. Dengan sangat berat hati aku akan menjawab… Keviiiiin, hu hu hu.” jawab Louis dengan mengekspresikan wajah menangis. Tidak ada yang tidak tertawa di ruangan itu. Louis memang raja konyol! Louis langsung mendengus dan meraih botolnya. Ia memutarnya terlalu kencang. Jadi botol itu berputar sangat cepat, lebih cepat dua kali lipat. Sehingga menunggunya berhenti pun lumayan lama. Tapi, ya, seperti benda yang normal pada umumnya, benda itu berhenti juga. Dan sekarang sasarannya adalah Niall! “Apa pilihanmu?”

“Dare!” jawab Niall tanpa basa-basi dan berpikir.

“Hmm.. apa ya tantangannya?” Louis berpikir. Ia mau tantangan yang bisa membuatnya tertawa atau yang membuat Niall sangat berat melakukannya. “Hmm, Coba peragakan pernyataan cinta kepada Krichel!”

“WHAT?!” Niall terkejut bukan main! Krichel juga. Sungguh tantangan yang tidak pernah terbayangkan oleh Niall sebelumnya. “Louis, itu konyol!” protes Niall.

“Ayolah Niall, ini kan hanya berpura-pura!” bujuk Louis.

Niall tahu kalau ini hanya berpura-pura. Tapi mengapa harus Krichel? Mengapa harus orang yang benar-benar ia cintai? Mengapa ia harus menyatakan cinta sebelum hatinya siap? Mungkin kalau Louis menyuruhnya untuk menyatakan cinta kepada Darlee, itu mudah. Karena ia tidak mempunyai perasaan apa-apa padanya. Tapi, mau tidak mau ia harus melakukannya. “Oke, oke.” sahutnya.

“Krichel, ayo berdiri!” seru Harry.

“Kenapa?” Tanya Krichel.

“Ayolah, biar seru, Krichel!” sambung Harry.

“Sana berdiri.” cetus Darlee menyenggol bahu Krichel. Krichel memutar kedua bola matanya dan menuruti apa yang mereka inginkan, ia berdiri dan melangkah ke tengah-tengah lingkaran. Begitu pun Niall.

Sekarang Krichel dan Niall saling berhadapan. Niall sangat bingung apa yang harus dikatakannya. Ia saja belum tentu berani melakukan ini suatu saat nanti. Dan sekarang, ia harus melakukannya?! Niall, tenangkan dirimu! Ini hanyalah permainan! Lakukan, dan selesai! ujar Niall dalam hatinya. Sekaligus mengatur napasnya yang mulai tidak beraturan.
Niall mulai berlutut di hadapan Krichel. Menumpu salah satu lututnya dengan lantai. Tangan kanannya meraih tangan kanan Krichel. Suara siulan mulai terdengar di sini. Sungguh, Niall-sangat-gugup! Niall mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Krichel. Krichel pun menunduk untuk melihat wajah Niall. Seperti pangeran dan sang putri. Dimana sang pangeran akan melamar putri cantiknya. “I love you. Would you be my girlfriend?” seru Niall pada akhirnya setelah mengatur napas lumayan lama. “Done!” ucapnya dan langsung kembali berdiri. Suasana menjadi hening. Liam, sangat cemburu melihat kejadian barusan. Tapi ia harus bisa menahan emosinya karena ia tahu ini hanyalah permainan.

“Kenapa? Apa aku harus menjawabnya juga?!” seru Krichel pada semuanya. Terdengar seperti protes karena mereka semua malah terdiam.

“Ha ha ha. Tidak, tidak. Sudah cukup!” jawab Louis.

“Baiklah. Siap-siap siapa gilirannya sekarang.” ujar Niall setelah dirinya dan Krichel kembali duduk di tempatnya. Lalu ia memutar botol itu. Dan berhenti pada, Darlee! “Truth or Dare, Darlee?”

“I choose… Dare!” jawab Darlee.

“Oke! Kamu harus menahan tawa sementara Louis akan memperlihatkan gerakan lucu!” seru Niall menyampaikan tantangannya.

“Boleh saja!” sahut Louis. Louis memulai gerakannya dengan menjerengkan kedua matanya, menarik kedua daun telinganya, dan menjulurkan lidah secara bersamaan. Niall yang berada disebelahnya, menaikkan ujung hidung Louis dengan telunjuk sehingga kedua lubangnya melebar. Sekarang Louis terlihat seperti babi bermata jereng! Liam, Krichel, Harry, Zayn, terlebih lagi Niall, tertawa terbahak-bahak! Niall yang paling terpingkal melihat itu. Ya, Krichel saja menjulukinya mister-always-laughing karena tawaannya yang mengundang orang lain untuk tertawa juga. Darlee sebenarnya ingin sekali tertawa. Tapi ia menahannya dengan sekuat tenaga, seperti tantangannya. Ternyata benar, Darlee mampu menyembunyikan perasaan dengan memgekspresikannya dengan biasa saja. Semua masih tertawa, sampai Louis menormalkan wajahnya lagi. Semuanya bertepuk tangan karena Darlee berhasil melakukannya.

“Hebat, hebat!” seru Zayn.

“Itu mudah bagiku.” ujar Darlee menaikkan kedua bahunya menyombong. Lalu beranjak memegang botol hijau itu, dan memutarnya. Semua menunggu harap-harap cemas. Sampai akhirnya botol kembali melambat dan berhenti.

“Dare!” cetus Zayn setelah ujung botol itu mununjuk dirinya, tanpa di tanya pun ia langsung menjawab.

Darlee memiringkan senyumnya. Pikiran jahil lagi-lagi terlintas. Ia tahu bahwa Zayn adalah orang paling narsis sepanjang masa yang pernah ia ketahui. Kita lihat saja, apakah Zayn mampu menjawab tantangan dari Darlee. “Katakan kalimat ini sama persis dengan apa yang kuucapkan!”

“Apa itu?” tanya Zayn penasaran.



-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar